pendidikan dan pengembangan bakat kreatif beberapa faktor yang dapat membantu seorang pembina atau orang tua untuk mencapai tujuan ini, sebagai berikut: 1.persiapan untuk menuntut ilmu. hal ini di mulai ketika anak masih berusia beliau, pada masa ayunan, anak di ajari tentang tauhid, dan cara menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut: siapat tuhanmu?, apa agamamu? dan siapa nabimu? kemudian setelah itu di ajari surah-surah pendek, rukun islam, sejarah nabi, fadhilah-fadhilah para sahabat dan tabi’in serta sejarah peperangan rasulullah saw. dan hal-hal lain. sebagaimana juga anak belajar dari orangtuanya tentang kecintaan keduanya terhadap ilmu pengetahuan, dan diam ketika mendengarkan ayat al qur’an dan hadits-hadits rasulullah saw. serta cerita para ulama baik yang ia dengarkan atau yang ia baca dan memuliaka kitab-kitab atau buku-buku yang di dalamnya terdapat ilmu-ilmu syar’i. kemudian menjaga dan memperhatikan alat-alat ilmu seperti pulpen, kertas dan kitab-kitab, membuatnya senang dengan sekolah, dan memperbolehkannya untuk mengunjunginya bersama dengan saudara atau saudarinya yang sudah besar[1]dan saudaranya harus mewaspadai dari menceritakannya hal-hal yang dapat membuatnya takut dengan sekolah, seperti rasa bosan karena terlalu banyak mata pelajaran dan pekerjaan rumah dan hal-hal lain yang dapat membuat seorang anak takut untuk masuk ke sekolah. 1.formal mengajar. hal yang merubah suatu negara kepada tatanan yang tertib ialah kunci menuntut ilmu, akan tetapi harus di dukung dengan pengajar-pengajar yang mempunyai kualitas dan kredibilitas yang tinggi, dan mewaspadai sekolah-sekolah yang mempunyai program kristenisasi kemudian mencari sekolah-sekolah yang mengumpulkan orang-orang yang sholeh[2]. hal-hal yang perlu di perbaiki oleh pengajar seyogyanya seorang pembina memperbaiki kekurangan-kekurangan yang terdapat di sekolah baru dengan beberapa sarana diantaranya, sebagai berikut: •membuat majlis menghafal al qur’an di mesjid, atau memilihkan guru khusus untuk membimbing hafalan al qur’an anak. •membiasakan anak membaca dan mendengarkan kaset-kaset yang bermanfaat, membentuk perpustakaan mini yang mengumpulkan buku-buku kebutuhan anak, dan sebaiknya di simpan di ruang tamu agar mudah di raih, kemudian perpustakaan tersebut di tata dengan rapih termasuk buku-bukunya harus yang bersih dan bagus[3], dan bermacam-macam temanya[4]. •menghadiri majlis-majlis ilmus seperti seminar, ceramah-ceramah di mesjid dan di tempat-tempat lain. •mempertemukan dengan ulama-ulama atau guru-guru yang mengajar di mesjid atau di rumah, memilihkan untuk anaknya guru atau pembina yang berkualitas dan mempunyai kredibilitas yang baik dan benar-benar paham dengan kebutuhan pendidikan anaknya[5]. kemudian orangtua harus mewaspadai dan memperhatikan anaknya dari melakukan maksiat karena hal tersebut dan mematikan hatinya[6], demikianpula harus mewaspadai ketegangan dan emosi yang dapat menghalangi masuknya ilmu[7], dan seyogyanya seorang pembina menanamkan pada anak-anaknya bahwa ilmu adalah sarana untuk beraktivitas bukan hanya untuk berbangga-bangga, menghafal atau untuk suatu pekerjaan[8]. oleh karena itu ilmu yang di perioritaskan adalah ilmu-ilmu syari’at, kemudian ilmu-ilmu lain yang di butuhkan oleh umat. pengembangan bakat kreatif pendidikan bertujuan untuk mengembangkan bakat-bakat anak dan kemampuannya, kemudian mempersiapkannya agar ia menjadi anggota masyarakat yang bermanfaat yang bertolak dari keinginannya dan hobinya agar ia bisa bekerja yang sesuai dengan bidangnya, kita bisa melihat bakat dan kemampuan anak melalui permainannya atau pada aktivitasnya yang lain, bakat yang terlihat ini di masa anak masih belia bisa di asah lebih dini, maka seorang pembina seyogyanya memberikan bantuan kepada anak-anaknya dengan alat-alat, bahan-bahan dan memberinya semangat agar ia dapat melihat bakatnya[9]. ibn qayyim rahimahullah mengajak untuk memperhatikan persiapan anak, jika ia cepat paham, cepat tanggap, kuat hafalannya dan lain-lain maka arahkanlah anak tersebut kepada suatu bidang ilmu tertentu, kemudian jika ia menyukai suatu aktivitas maka bantulah untuk mencapai sebab-sebabnya[10], oleh karena itu anak tidak boleh di paksakan untuk menguasai ilmu tertentu (kecuali ilmu agama karena hal tersebut adalah kebutuhan yang sangat urgen), akantetapi ia harus di berikan pilihan sembari memberinya masukan dan nasehat-nasehat dengan kemampuannya secara mental dan fisik[11]. -------------------------------------------------------------------------------- [1]lihat daurul bait fi tarbiyatil thifl al muslim oleh khalid as syantuut hal: 102. [2]lihat masuliyatu abu muslim fi tarbiyatil walaad oleh adnan baahaarits, hal: 334. [3]lihat kaifa nurabbi athfaalunaa oleh mahmud al istanbuuli, hal: 133. [4]lihat masuliyatul abul muslim fi tarbiyatil walad oleh adnan baahaarits, hal: 320, [5]lihat sumber yang telah lalu. [6]lihat jawaanib tarbiyah al islaamiyah oleh miqdaad yaaljin, hal:93-94. [7]lihat mas’uliyatul abu muslim fi tarbiyatil walad oleh adnan bahaarits, hal: 315. [8]lihat ushulu tarbiyah al islaamiyah oleh abdurrahman an nahlaawi, hal: 168. [9]lihat daurah fikri tarbawi fi ri’ayaatil muhuubin oleh luthfi barakaat, hal:39. [10]lihat tuhfatul mauduud oleh ibnul qayyim, hal: 190. [11]lihat mas’uliyatul abul muslim fi tarbiyatil walad oleh adnan baahaarits, hal: 335.