Search
Hak Allah Kepada Hamba-Nya - 2
Maka hadits di atas menunjukkan bahwa dosa terbesar di sisi Allah adalah kesyirikan. Dan juga menunjukkan bahwa hal ini (syirik dosa terbesar) telah tertanam di dalam hati-hati para sahabat. Berdasarkan ucapan Ibnu Mas’ud, “Sesungguhnya dosa demikian memang besar.”
Lawan dari kesyirikan adalah tauhid, dan inilah agama Islam yang Allah tidak akan menerima agama lain selainnya dari siapapun. Sebagaimana ucapan Nabi Yusuf alaihissalam:
قال الله تعالى: ﴿ إن الحكم إلا لله أمر أن لا تعبدوا إلا إياه﴾ [يوسف:40]
“Keputusan itu hanyalah kepunyaan Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia.” (QS. Yusuf: 40)
Inilah agama yang karenanya Allah Ta’ala mengutus para rasul-Nya dan menurunkan kitab-kitabNya. Allah Ta’ala berfirman:
قال الله تعالى: ﴿ شرع لكم من الدين ما وصي به نوحا والذي أوحينا إليك وما وصينا به إبراهيم وموسى وعيسى أن أقيموا الدين ولا تتفرقوا فيه﴾ [الشرى:13]
“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu: Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah di dalamnya.” (QS. Asy-Syura: 13)
Dan Allah Ta’ala berfirman kepada Nabi-Nya shallallahu alaihi wasallam:
قال الله تعالى: ﴿ قل إنما أُمرت أن أعبد الله ولا أشرك به إليه أدعو وإليه مآب﴾ [الرعد: 36 ]
“Katakanlah “Sesungguhnya aku hanya diperintah untuk menyembah Allah dan tidak mempersekutukan sesuatupun dengan Dia. Hanya kepada-Nya aku seru (manusia) dan hanya kepada-Nya aku kembali.” (QS. Ar-Ra’d: 36)
Maka Dia memerintahkannya untuk beribadah kepada-Nya semata dan juga memerintahkan agar dia mengajak manusia kepadanya.
Dari Muadz bin Jabal radhiallahu anhu dia berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « كُنْتُ رِدْفَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى حِمَارٍ يُقَالُ لَهُ عُفَيْرٌ فَقَالَ يَا مُعَاذُ هَلْ تَدْرِي حَقَّ اللَّهِ عَلَى عِبَادِهِ وَمَا حَقُّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ قُلْتُ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ فَإِنَّ حَقَّ اللَّهِ عَلَى الْعِبَادِ أَنْ يَعْبُدُوهُ وَلَا يُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَحَقَّ الْعِبَادِ عَلَى اللَّهِ أَنْ لَا يُعَذِّبَ مَنْ لَا يُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَفَلَا أُبَشِّرُ بِهِ النَّاسَ قَالَ لَا تُبَشِّرْهُمْ فَيَتَّكِلُوا» [متفق عليه]
“Aku pernah membonceng di belakang Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam diatas seekor keledai yang diberi nama ‘Uqoir lalu Beliau bertanya: “Wahai Mu’adz, tahukah kamu apa hak Allah atas para hamba-Nya dan apa hak para hamba atas Allah?” Aku jawab: “Allah dan Rosul-Nya yang lebih tahu”. Beliau bersabda: “Sesungguhnya hak Allah atas para hamba-Nya adalah hendankah beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun dan hak para hamba-Nya atas Allah adalah seorang hamba tidak akan disiksa selama dia tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun”. Lalu aku berkata: “Wahai Rasulullah, apakah boleh aku menyampaikan kabar gembira ini kepada manusia?” Beliau menjawab: “Jangan kamu beritahukan mereka sebab nanti mereka akan berpasrah saja”. (HR. Al-Bukhari no. 2644 dan Muslim no. 44)
Makna hadits di atas adalah: Allah Ta’ala tidak akan menyiksa siapa saja yang menyempurnakan tauhid. Sementara konsokuensi menyempurnakan tauhid adalah menjauhi semua bid’ah dalam agama dan maksiat.
Ibnu Al-Qayyim rahimahullah berkata:
حق الإله عبادة بالأمر لا * بهوى النفس فذاك للشيطان
من غير إشراك به شيئاً هما * سبب النجاة فحبذا السببان
لم ينج من غضب الإله وناره * إلا الذي قامت به الأصلان
والناس بعد فمشرك بإلهه * أو ذو ابتداع أوله الوصفان
“Hak Allah adalah menyembahnya berdasarkan perintah, bukan dengan hawa nafsu, karena hawa nafsu itu untuk setan.
Tanpa disertai kesyirikan kepada-Nya sedikitpun, karena keduanya (menyembah dan menjauhi kesyirikan) adalah sebab keselamatan, maka betapa hebatnya kedua sebab ini.
Tidak ada yang akan selamat dari kemurkaan dan neraka Allah, kecuali orang yang menegakkan kedua sebab di atas.
Manusia selain itu hanyalah orang yang berbuat kesyirikan kepada Allah atau pelaku bid’ah.”
Beliau juga berkata:
ما للعباد عليه حق واجب * كلا ولا سعي لديه ضائع
إن عذبوا فبعدله أو نعموا * فبفضله وهو الكريم الواسع
“Hamba sama sekali tidak mempunyai hak yang wajib atas-Nya, sekali-kali tidak. Dan tidak ada sedikitpun usaha (amalan) yang sia-sia di sisi-Nya.
Jika mereka disiksa maka itu semata-mata karena keadilan-Nya, atau jika mereka diberi nikmat maka itu semata-mata karena keutamaan dari-Nya. Dan Dialah Maha Pemurah lagi Maha luas pemberian-Nya.”
Di antara bentuk syirik akbar adalah: Meminta kebutuhan dan keperluan kepada orang yang telah meninggal atau kepada orang yang masih hidup akan tetapi kebutuhan yang dia minta itu hanya Allah yang bisa memenuhinya. Juga meminta pertolongan (istighatsah) kepada orang yang telah meninggal, bernadzar untuknya, dan ibadah lainnya yang jika diserahkan kepada selain Allah akan menjadi syirik akbar.