Search
Sunnah-sunnah setelah bangkit dari ruku’
Sunnah-sunnah setelah bangkit dari ruku’. Berikut ini adalah beberapa sunnah saat i’tidal:
Memperpanjang pelaksanaan rukun ini
Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan dari Tsabit Al-Bunani, dari Anas – Radhiyallahu Anhu- ia berkata, “Aku sama sekali tidak mengurangi sedikitpun dari shalat Rasulullah –Shallallahu Alaihi wa Sallam- yang aku saksikan sendiri saat beliau memimpin shalat kami.” Setelah menyampaikan riwayat ini, Tsabit berkata, “Ada sesuatu pada shalat yang dicontohkan oleh Anas namun aku tidak melihat kalian melakukannya, yaitu ketika ia mengangkat kepalanya dari ruku’, maka ia akan berdiri tegak mematung, sampai-sampai ada yang bergumam di dalam hatinya, ‘pasti ia lupa.’
Begitu pula ketika ia bangun dari sujudnya, ia berdiam dengan sangat lama sampai-sampai ada yang bergumam di dalam hati, ‘pasti ia lupa.’” (HR. Bukhari no.821, dan Muslim no.472)
Memvariasikan ucapan rabbana wa lakal-hamd saat i’tidal (saat bangkit dari ruku’):
Allahumma rabbana wa lakal-hamd (ya Allah Tuhan kami, hanya milik-Mu segala pujian). (HR. Bukhari no.795, dari Abu Hurairah – Radhiyallahu Anhu-).
Allahumma rabbana lakal-hamd (ya Allah Tuhan kami, milik-Mu lah segala pujian). (HR. Bukhari no.796, dan Muslim no.404, dari Abu Hurairah –Radhiyallahu Anhu-)
Rabbana wa lakal-hamd (wahai Tuhan kami, hanya milik-Mu segala pujian). (HR. Bukhari no.799, dan Muslim no.411, dari bunda Aisyah–Radhiyallahu Anha-)
Rabbana lakal-hamd (wahai Tuhan kami, milik-Mu lah segala pujian). (HR. Bukhari no.722, dari Abu Hurairah –Radhiyallahu Anhu-)
Semua bacaan ini boleh diselang-seling pengucapan, sesekali mengucapkan satu bacaan dan di waktu lain mengucapkan bacaan yang lainnya.
Membaca doa yang diajarkan oleh Nabi saat i’tidal
Zikir yang diajarkan dalam syariat saat i’tidal antara lain adalah:
Rabbana lakal hamdu mil`us-samawati wal-ardhi wa mil`u ma syi`ta min syai`in ba’du, ahluts-tsana wal-majdi, ahaqqu ma qalal- abdu, wa kulluna laka abdun, allahumma la mani’a lima a’thayta wala mu’thiya lima mana’ta, wala yanfa’u dzal-jaddi minkal-jad (wahai Tuhan kami, milik-Mu lah segala pujian, pujian yang sepenuh langit, sepenuh bumi, dan sepenuh apapun yang Engkau kehendaki kebesarannya, wahai Tuhan kami yang pantas dipuji dan diagungkan dari pujian dan pengagungan apapun yang diucapkan oleh seorang hamba, dan kami manusia seluruhnya adalah hamba-Mu, ya Allah tidak ada yang dapat menghalangi apapun yang Engkau putuskan untuk diberikan, tidak ada yang dapat memberi apapun yang Engkau putuskan untuk tidak diberikan, dan sama sekali tidak bermanfaat kekayaan orang yang berharta di hadapan-Mu) (HR. Muslim no.477, dari Abu Sa’id –Radhiyallahu Anhu-)
Al-hamdulillahi hamdan katsiran thayyiban mubarakan fih (segala puji hanya milik Allah, dengan pujian yang berlimpah yang baik dan terberkati). Mengenai keutamaan doa ini Rasulullah –Shallallahu Alaihi wa Sallam- bersabda, “Aku melihat ada dua belas malaikat yang berlomba untuk mengangkat doa ini ke atas langit.” (HR. Bukhari no.799, dan Muslim no.600, dari Anas –Radhiyallahu Anhu-)
Allahumma thahhirni bits-tsalji wal-baradi wal-ma`il-barid, allahumma thahhirni minadz-dzunubi wal-khathaya kama yunaqqats-tsaubul-abyadhu minal-wasakh (ya Allah bersihkanlah aku dengan es, cairan yang dingin dan air yang dingin, ya Allah bersihkanlah aku dari kesalahan dan dosa seperti kain putih yang dibersihkan dari noda). (HR. Muslim no.476)
Doa-doa ini memang bisa dijadikan opsi untuk dibaca, namun akan lebih baik jika doa-doa ini dibaca semua agar dapat memperpanjang waktu pelaksanaan rukun beri’tidal.