1. Articles
  2. Al-Asmâ-Ul-Husnâ Dan Penyimpangan Terhadapnya
  3. BOLEHKAH SESEORANG DIBERI NAMA DENGAN SALAH SATU NAMA ALLAH?

BOLEHKAH SESEORANG DIBERI NAMA DENGAN SALAH SATU NAMA ALLAH?

2719 2014/08/31 2024/10/14

Nama-nama Allah subhânahu wa ta’âla terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

  1. Nama-nama yang mengandung sifat yang hanya khusus dimiliki oleh Allah subhânahu wa ta’âla, seperti: Ar-Rahmân, Al-Khâliq, Al-Bâri, Al-Qayyûm, Al-Ilâh, Ar-Razzâq, Ash-Shamad,  dll. Nama-nama Allah yang seperti itu hanyalah milik Allah dan tidak boleh digunakan oleh makhluknya.

Oleh karena itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang seseorang diberi nama denganMalikul-Amlâk (Raja semua raja), dengan sabdanya:

 

( إِنَّ أَخْنَعَ اسْمٍ عِنْدَ اللَّهِ رَجُلٌ تَسَمَّى مَلِكَ الْأَمْلَاكِ… لَا مَالِكَ إِلَّا اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ )

Artinya: “Sesungguhnya nama yang paling hina di sisi Allah adalah seseorang yang bernamaMalikul-Amlâk (Raja semua raja)…Tidak ada raja kecuali Allah ‘azza wa jalla.”[12]

Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam melarang menggunakan nama tersebut, karena di dalamnya terdapat suatu penyerupaan dengan Allah pada nama dan sifat-Nya. Ini semua untuk menjaga tauhid, menjaga hak Allah dan menutup pintu-pintu menuju kesyirikan pada ucapan-ucapan manusia. Karena bisa saja, dengan nama-nama yang sebenarnya hanya dikhususkan untuk Allah, seseorang menyangka bahwa selain Allah yang menggunakan nama tersebut juga memiliki sifat-sifat yang terkandung pada nama tersebut. Ini termasuk syirik.

Mâlikul-Amlâk (Raja semua raja) adalah Allah. Tidak ada yang berhak memiliki gelar itu kecuali Allah. Oleh karena itu, para ulama sepakat akan terlarangnya menggunakan nama-nama jenis ini untuk makhluknya[13].

Di negara kita banyak orang yang menggunakan nama-nama yang seperti ini atau dipanggil dengan nama-nama tersebut, seperti: Rahmân, Shamad, Khâliq, Razzâq dll. Hal ini tentu tidak diperbolehkan.

  1. Nama-nama yang mengandung sifat yang tidak dikhususkan untuk Allah subhanahu wa ta’ala, seperti: Al-Halîm, Ar-Rahîm, Ar-Ra-ûf, Al-‘Azîz, Al-Karîm, Al-Hakîm, Al-Hakam, Al-‘Aliy dll. Nama-nama Allah yang seperti itu boleh digunakan oleh makhluknya. Karena Allah subhanahu wa ta’ala di dalam Al-Qur’an menamakan makhluknya dengan nama-nama tersebut, seperti pada ayat-ayat berikut:

 

قال الله تعالى: ﴿  فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلَامٍ حَلِيمٍ ﴾ [الصفات : 101]

 “Kemudian kami berikan kabar gembira kepadanya (yaitu Ibrahim) dengan seorang anak yang  (sabar/tenang).” (QS Ash-Shâffât : 101)

Allah menamai Nabi Muhammad dengan Ra-ûf dan Rahîm

قال الله تعالى: ﴿ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ ﴾ [التوبة : 128]

“(Dia) amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS At-Taubah : 128)

Di dalam kisah Nabi Yûsuf ‘alaihis-salâm, Allah menyebut penguasa pada saat itu dengan Al-Azîz.

قال الله تعالى: ﴿  قَالَتِ امْرَأَتُ الْعَزِيزِ ﴾

 “Istri Al-‘Azîz pun berkata.” (QS Yusuf : 51)

Para sahabat banyak yang menggunakan nama-nama seperti ini dan tidak diingkari oleh Rasulullah shallallâhu ‘alaihi wa sallam, seperti: ‘Ali, Karîm bin Al-Hârits bin ‘Amr As-suhami, setidaknya ada 10 orang bernama Hakîm dan setidaknya ada 30 orang yang bernama Al-Hakam.[14]

Akan tetapi, kita harus paham bahwa kesamaan nama dan sifat Allah dengan makhluknya tidak berarti Allah sama dengan makhluknya. Seseorang bisa saja dijuluki Halîm (yang sabar dan tenang), tetapi hilm (kesabaran/ketenangan) yang dimilikinya tidak akan sama dengan hilm yang dimiliki oleh Allah. Allah memiliki sifat yang sempurna, tidak ada kekurangan dan tidak ada yang bisa menandinginya.[15]

Meskipun menggunakan nama-nama jenis kedua diperbolehkan, tetapi tetap disunnahkan untuk menambahkan nama penghambaan di depannya, yaitu dengan menggunakan kata ‘Abd (عبد) untuk laki-laki, seperti: ‘Abdul-Halîm, ‘Abdul-Hakîm dll.[16]

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengganti nama seseorang yang bernama ‘Aziz menjadi ‘Abdurrahman sebagaimana disebutkan di dalam riwayat Khaitsamah bin ‘Abdirrahman bin Abi Sabrah, dia menceritakan bahwa dulu bapaknya – yaitu ‘Abdurrahman- pernah pergi bersama kakeknya menuju ke Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bertanya, “Siapa nama anakmu ini?” Kakekku pun menjawab, “’Azîz.” Nabi pun mengatakan, “Jangan kau namai dia dengan nama ‘Azîz. Tetapi, Namailah dia dengan ‘Abdurrahman.” Kemudian Nabi pun berkata, “Sesungguhnya nama-nama yang paling bagus adalah ‘Abdullâh, ‘Abdurrahmân dan Al-Hârits. [17]

Pada hadits ini tidak terdapat larangan menggunakan nama ‘Azîz, tetapi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggantikannya dengan yang lebih baik, yaitu ‘Abdurrahman.

Firman Allah:

قال الله تعالى: ﴿ وَذَرُوا الَّذِينَ يُلْحِدُونَ فِي أَسْمَائِهِ ﴾

Para ulama tafsir menyebutkan beberapa arti dari kata (يُلْحِدُونَ)pada ayat di atas, di antaranya adalah sebagai berikut[18]:

  1. Berbuat syirik (يُشْرِكُوْن), sehingga arti ayat tersebut: “Dan tinggalkanlah orang-orang yang berbuat syirik pada nama-nama-Nya.” Syirik pada ayat ini, maksudnya adalahtasybîh/tamtsîl (menyerupakan Allah dengan makhluk-Nya.
  2. Mendustakan (يُكَذِّبُوْن), sehingga arti ayat tersebut: “Dan tinggalkanlah orang-orang yang mendustakan nama-nama-Nya.”
  3. Menyimpangkan (يَنْحَرِفُوْنَ/يَمِيْلُوْنَ), sehingga arti ayat tersebut: “Dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya.”

 

Previous article Next article
Website Muhammad Rasulullah saw.It's a beautiful day