1. Articles
  2. Macam-macam Syirik
  3. PEMBAGIAN SYIRIK YANG TERPILIH

PEMBAGIAN SYIRIK YANG TERPILIH

Under category : Macam-macam Syirik
1957 2014/08/16 2024/04/27

 

PEMBAGIAN SYIRIK YANG TERPILIH:

Barangkali pembagian yang mencakup seluruh pembagian-pembagian diatas, ialah pendapat yang membagi kesyirikan menjadi dua, syirik besar dan kecil.


Syirik besar; Yakni menjadikan sekutu atau tandingan bersama Allah ta'ala dalam Dzat, nama dan sifat-sifat -Nya. Atau menyamakan makhluk dengan Allah azza wa jalla pada sebagian hak yang di miliki oleh Allah Shhubhanahu wa ta’alla semata[1].


Bisa juga didefinisikan secara ringkas, yang dimaksud dengan syirik besar ialah seseorang menjadikan sekutu bagi Allah Shhubhanahu wa ta’alla dalam hak rububiyah -Nya, atau uluhiyah      -Nya atau nama dan sifat-sifat -Nya[2].


Dan hal itu bila dikaitkan dengan tauhid maka terbagi lagi menjadi dua:

  1. Syirik yang berkaitan dengan Dzat yang disembah, nama, dan sifat-sifat -Nya serta perbuatan -Nya. Sama dengan ungkapan syirik dalam rububiyah, asma dan sifat-sifat -Nya. Adapun definisi syirik dalam rububiyah, seperti dikatakan oleh:

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, beliau menjelaskan, "Adapun jenis kedua, yaitu syirik dalam rububiyah. Sesungguhnya Allah ta'ala adalah penguasa yang mengatur, pemberi dan yang menahan, pemberi mara bahaya dan manfaat, yang merendahkan dan yang mengangkat, memuliakan dan menghinakan. Maka barangsiapa bersaksi bahwa ada selain Allah Shhubhanahu wa ta’alla yang memberi dan mencegah, atau memberi mara bahaya dan manfaat, atau yang memuliakan dan menghinakan, maka dirinya telah terjatuh dalam syirik rububiyah"[3].


Dalam kesempatan lain beliau mengatakan, "Adapun yang pertama syirik dalam rububiyah yaitu menetapkan adanya pelaku (yang menciptakan dan mengurusi makhluk) selain Allah Shhubhanahu wa ta’alla, seperti halnya orang yang beranggapan bahwa binatang mampu menciptakan perbuatannya sendiri. Atau berasumsi bahwa gugusan bintang, atau benda alam, akal, ruh, malaikat, dan seterusnya mampu menciptakan perbuatannya sendiri. Pada hakekatnya dalam ucapan mereka terkandung peniadaan kejadian dan fenomena alam pada selain Allah…"[4].


Atau dengan bahasa ringkas orang yang menyekutukan Allah Shhubhanahu wa ta’alla bersama yang lain dalam hal khasais (kekhususan) rububiyah, atau mengingkari sedikit diantaranya, atau menyamakan dengan yang lain, atau menyerupakan yang lain bersama -Nya, maka itu terhitung syirik kepada Allah Shhubhanahu wa ta’alla, baik dalam masalah Dzat, perbuatan atau sifat-sifat -Nya.


Dan jenis syirik ini terbagi menjadi besar dan paling besar, dan keduanya tidak ada ampunan bagi pelakunya[5]. Dan hal itu terbagi menjadi dua:


  1. Syirik ta'thil (Pengosongan) dan ini merupakan kesyirikan yang paling jelek. Seperti kesyirikan yang dilakukan oleh Fir'aun tatkala mengatakan dengan sombongnya:

﴿ قَالَ فِرۡعَوۡنُ وَمَا رَبُّ ٱلۡعَٰلَمِينَ ٢٣ ﴾ [ الشعراء: 23 ]


"Fir'aun bertanya: "Siapa Tuhan semesta alam itu?". (QS asy-Syu'araa: 23).

 

Allah Shhubhanahu wa ta’alla berfirman dengan menukil ucapan Fir'aun tatkala berkata kepada Haman:

 

﴿ وَقَالَ فِرۡعَوۡنُ يَٰهَٰمَٰنُ ٱبۡنِ لِي صَرۡحا لَّعَلِّيٓ أَبۡلُغُ ٱلۡأَسۡبَٰبَ ٣٦ أَسۡبَٰبَ ٱلسَّمَٰوَٰتِ فَأَطَّلِعَ إِلَىٰٓ إِلَٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّي لَأَظُنُّهُۥ كَٰذِباۚ وَكَذَٰلِكَ زُيِّنَ لِفِرۡعَوۡنَ سُوٓءُ عَمَلِهِۦ وَصُدَّ عَنِ ٱلسَّبِيلِۚ وَمَا كَيۡدُ فِرۡعَوۡنَ إِلَّا فِي تَبَاب ٣٧ ﴾ [ غافر: 36-37 ]


"Dan berkatalah Fir'aun: "Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang Tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan Sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta". Demikianlah dijadikan Fir'aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan Dia dihalangi dari jalan (yang benar); dan tipu daya Fir'aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian". (QS Ghaafir: 36-37).

 

 


[1] . Ibnu Taimiyah, al-Istiqomah 1/344. Ibnu Qoyim, Madarijus Salikin 1/339.

[2] . Hafidh Hakami, Ma'arijul Qobul 2/483. Fatawa lajnah Daimah 1/516-517. Lihat juga Iqtidho Shirotol Mustaqim, Ibnu Taimiyah 2/3,7. al-Irsyaad hal: 2,5, oleh Ibnu Sa'di.

[3] . Majmu Fatawa 1/92.

[4] . Dar'u Ta'arudh al-'Aql wa Naql, Ibnu Taimiyah 7/390.

[5] . Ibnu Qoyim, Jawabul Kaafi hal: 309.

 

Previous article Next article

Articles in the same category

Website Muhammad Rasulullah saw.It's a beautiful day