Search
Lanjutan artikel: Ciri-ciri seorang pendidik yang berhasil.
lanjutan artikel: ciri-ciri seorang pendidik yang berhasil.
keempat: adil.
orang-orang salaf (para ulama dahulu) adalah contoh yang paling ideal tentang keadilan mereka terhadap anak-anaknya, bahkan mereka menganjurkan untuk adil dalam memberikan ciuman kepada mereka. (lihat: al mughni ibn qudaamah: 5/666).
rasulullah saw. pernah memarahi seseorang yang mengambil anak laki-lakinya dan menciumnya kemudian ia meletakkannya di ruangannya sementara ketika putrinya datang ia hanya meletakkannya di sampingnya, maka rasulullah saw. bersabda: “mengapa engkau tidak menyamakan keduanya” dalam riwayat yang lain di katakan: “bagaimana keadilan kamu terhadap keduanya”. (lihat: di keluarkan oleh ibn addi di dalam kitab al kaamil fi dhu’afaai rriijaal”, 239/4, no hadits: 1067.
sikap adil di perlukan dalam hal interaksi, menghukum, memberikan nafkah, permainan, ciuman dan dalam hal-hal lain, seorang ayah tidak boleh bersikap pilih kasih terhadap anak-anaknya, akan tetapi di lain waktu bisa saja orangtua bersikap membeda-bedakan anak-anaknya hal ini di sebabkan beberapa hal diantaranya seperti seorang ayah tidak memberikan nafkah terhadap anaknya sebagai sanksi buatnya agar ia tidak melanggar lagi di lain kesempatan, dan memberikan nafkah yang lebih kepada anak yang berperangai baik, atau sebagian dari mereka ada yang lebih banyak kebutuhannya sementara hartanya kurang dan keluarganya banyak. (lihat: al mughni oleh ibn qudaamah: 604/5).
adil yang di maksudkan di sini tidak harus sesuai dengan cara berinteraksi, akan tetapi harus di bedakan antara anak yang sehat dan yang sakit atau yang masih kecil. (lihat: kaifa nurabbi athfaalunaa oleh mahmud al istanbuuli, hal: 62-63). hal ini karena keduanya lebih butuh kepada pertolongan daripada anak yang lain di karenakan kondisinya yang lemah, demikianpula sikap terhadap anak yang pernah pergi jauh meninggalkan kedua orangtua dalam waktu yang cukup lama karena untuk menuntut ilmu, berobat atau bekerja,maka orangtua harus memberikan pengertian kepada anak-anaknya yang lain dengan sikapnya memberikan kasih sayang lebih terhadap anaknya yang baru datang dari perjalanan yang panjang tersebut, namun perlu di perhatikan bahwa perhatian lebih terhadap anak tersebut tidak boleh terlalu berlebihan ukurannya dari yang lain, dan perbedaan pemberian kasih sayang tersebut dapat di mengerti dan di pahami oleh anak-anak yang lain.
yang sering menimbulkan kebencian diantara anak-anak adalah karena orangtua bersikap berlebihan dalam memuji salah satu anaknya dan menjelek-jelekkan yang lain, dan terkadang orangtua mengatakan hal tersebut di depan kerabatnya atau teman-temannya sehingga anak yang di jelek-jelekkan merasa sakit hati dan membenci saudaranya.
sikap adil bukan hanya pada bentuk luar saja, akantetapi harus juga di usahakan timbul dari lubuk hati yang paling dalam, orangtua harus bersikap terusterang terhadap anak-anakya tanpa membeda-bedakannya karena sikap yang seperti ini dapat menimbulkan sikap egois pada anak. (dengarkan kaset yang berjudul: tarbiyatul abnaa’oleh ahmad al qatthaan.
kelima: memberikan perhatian penuh.
pemahaman mengenai pendidikan yang sering kali di lupakan oleh kebanyakan keluarga di k arenakan mereka hanya memahami bahwa perhatian penuh terhadap anak ialah hanya dengan memenuhi segala keinginannya dan kebutuhannya, seorang ibu yang melarang anaknya untuk bermain karena merasa khawatir, menyuapinya sementara sang anak mampu untuk melakukannya sendiri, seorang ayah yang tidak membiarkan anaknya untuk melakukan suatu pekerjaan dengan alasan ia masih kecil, kedua hal ini dapat merusak mental anak dan menjadikan dia sangat bergantung pada orang lain dan berkeinginan lemah, bukti yang nyata ialah perbedaan yang sangat besar antara anak-anak desa dengan anak kota..(lihat: kaifa nurabbi ath faalunaas oleh mahmud al istanbuuli hal: 62-63).
perhatian penuh sebenarnya yang dapat mendatangkan manfaat ialah: perasaan yang tajam yang dapat membawa seorang pendidik untuk melatih anak-anaknya sekalipun hal tersebut sulit buat sangat anak. hal ini mempunyai tanda-tanda sebagai berikut:
- berdo’a: karena do’a orangtua terhadap anak-anaknya sangat makbul dan manjur, karena kasihsayangnya timbul dari lubuk hatinya yang paling dalam, maka dia mempunyai perasaan kasih sayang yang sangat dalam. (lihat: manhaj tarbiyah an nabiyaah oleh muhammad nur suaid hal: 322. oleh karena itu rasulullah saw. memberikan peringatan terhadap orangtua ketika mendo’akan anak-anaknya agar mendo’akannya dengan hal-hal yang baik karena di khawatirkan ketika ia mendo’akannya dengan hal yang jelek bertepatan dengan waktu yang makbul.
- memberikan perhatian penuh dengan mengontrolnya, hal ini karena proses pendidikan dan pembinaan berlangsung dalam waktu yang lama, tidak cukup hanya dengan memberikan nasihat-nasihat sambil berlalu walaupun orang yang memberikan nasihat tersebut ikhlas dan benar. (lihat: manhaj tarbiyah al islamiyah oleh muhammad qutb, hal: 285.
berdasarkan hal ini rasulullah saw. memberikan suatu isyarat melalui haditsnya yang berbunyi: “ perhatikanlah anak-anak kalian….dan perbaguslah didikan atau adab mereka”. (lihat: hadits ini di keluarkan oleh ibn maajah di dalam kitab mengenai etika atau adab, bab berbuat baik kepada kedua orangtua, dan bersikap yang baik kepada anak-anak perempuan, 1211/2, no hadits: 3671, dan lafadznya ialah: “muliakanlah anak-anak kalian dan perbaguslah didikan atau etika mereka”. hal ini di dhaifkan atau di lemahkan oleh al jazaairi di dalam kitabnya minhaajul muslim, hal: 91.
perhatian penuh terhadap anak tanpa meninggalkannya dalam waktu yang lama adalah termasuk factor yang dapat membantu berhasilnya seorang pendidik dalam membina anak-anaknya, akantetapi jika keadaan memaksakan hal tersebut karena pekerjaan, menuntut ilmu atau berdakwah yang mengharuskan seorang ayah jauh dari anak-anaknya maka tanggung jawab seorag ibu sangat berat, seorang pria yang sudah dapat mengira-ngira bahwa keadaannya akan seperti yang telah kita jelaskan maka hendaknya ia memilih seorang isteri yang benar-benar sholehah, kuat, dan mampu untuk melakukan hal yang sulit tersebut ketika di inginkan.
keenam: berpendirian teguh dan mempunyai tekad yang kuat.
hal ini adalah penopang pendidikan, orang yang mempunyai sikap seperti ini adalah menempatkan sesuatu pada tempatnya, ia tidak mempermudah jika benar-benar di butuhkan untuk bersikap keras. (lihat: ushuulu tarbiyah al islaamiyah oleh abdurrahman an nahlaawi, hal: 174.
adapun kriteria sikap yang berpendirian teguh dan mempunyai tekad yang bulat ialah: memberikan perhatian agar anaknya menjaga agamanya, akalnya, badannya dan hartanya, serta memindahkannya atau menghindarkannya dari hal-hal yang dapat membahayakan agamanya dan dunianya, dan tetap menganjurkannya untuk melakukan kebiasaan-kebiasaan orang-orang setempat selama tidak bertentangan dengan syaria’t islam.
jika seorang pendidik atau orangtua tidak mempunyai sikap berpendirian teguh dan bertekad bulat maka ia akan selamanya terkurung dalam ruang lingkup terlalu sayang terhadap anaknya, maka ia akan senantiasa memenuhi segala keinginan anaknya, dan tidak memberinya hukuman ketika ia melakukan kesalahan, maka akan muncul kemampuan yang lemah yang tunduk kepada hawanafsu, tanpa memperhatikan hak-hak yang di wajibkan untuknya. (lihat: kaifa nurabbi athfaalunaa oleh mahmud al istanbuuli hal: 63.
namun perlu di perhatikan bahwa sikap berpendirian teguh dan kebulatan tekad di sini bukan berarti mengawasi dengan sikap yang over terhadap segala tindakan dan ucapan anak, dan memberikan hukuman atas segala kesalahannya walaupun hanya persoalan kecil, akantetapi di lain waktu seorang pendidik harus bersikap bijak dan toleran terhadap anak jika memang kesalahannya tidak teralalu fatal. (lihat: ushuulu tarbiyah oleh abdurrahman an nahlaawi, hal: 175).
dan diantara tanda sikap berpendirian teguh dan kebulatan tekad ialah orangtua tidak harus selamanya memberikan setiap keinginan anaknya, sebagaimana juga seorang pendidik atau orangtua tidak harus tunduk dengan tangisan atau teriakan anaknya jika ia sedang menangis atau marah, agar anak dapat mengarti bahwa dengan cara menangis atau berteriak belum tentu dapat mencapai apa yang di inginkannya. (lihat: kaifa nurabbi athfaalunaa oleh mahmud al istanbuuli hal: 144. dan agar anak dapat mengerti bahwa jika meminta dengan suara yang pelan dan rendah serta penuh hormat lebih berpeluang untuk meraih apa yang di inginkannya.
diantara hal-hal yang sangat perlu di perhatikan oleh orangtua ialah aturan dalam rumah, orangtua harus memperhatikan jadwal waktu tidur, makan dan keluar dari rumah, karena hal ini dapat mempermudah untuk mengontrol akhlak anak, karena sebagian anak ada yang tidur pada waktu kapanpun yang sesuai dengan keinginannya, makan kapan saja, sehingga banyak waktunya yang terbuang karena begadang dan terlalu berlebihan ketika makan, hal ini dapat menyebabkan rusaknya ikatan hubungan antara orangtua dan anak dan tidak cermat dalam memanfaatkan waktu yang ada,
sebagaimana juga orangtua harus memperhatikan jadwal waktu anak harus berada di rumah, dan meminta izin ketika keluar…”. (lihat: 40 nasihat untuk memperbaiki rumah tangga oleh muhammad al mundjid, hal : 44).
ketujuh: baik dan sholeh.
kebaikan kedua orangtua mempunyai factor yang sangat besar untuk tumbuhnya seorang anak menjadi anak yang baik dan mendapatkan petunjuk, allah swt. berfirman:
“adalah kedua orangtuanya adalah orang yang sholeh”. (qs. al kahfi : 82).
didalamnya terdapat suatu bukti bahwa orangtua yang sholeh akan menjaga anaknya atau keturunannya agar tetap berperangai baik, sehingga keberkahan ibadahnya meliputi mereka dunia dan akhirat, dengan syafaatnya buat mereka, sehingga derajat mereka dapat terangkat di surga sebagaimana yang di nyatakan dalam al qur’an dan sunnah rasulullah saw. (lihat: taisiirul al ‘aliyyul qadir oleh muhammad ar rifa’i,hal: 88-89/3.
kedelapan: jujur.
yaitu selalu bersikap sesuai dengan yang sebenarnya baik dalam perkataan atau perbuatan, orang yang jujur sangat menjauhkan dirinya dari berbuat riya’ ketika sedang beribadah, serta menjauhkan diri dari bersikap fasik ketika sedang berinteraksi, menjauhkan diri dari mengingkari janji, menjauhkan diri dari persaksian palsu dan dari mengkhianati amanah”.(lihat: akhlak seorang musim oleh muhammad al mubid, hal: 61).
rasulullahsaw. memberikan peringatan kepada seorang ibu yang sedang memanggil anaknya karena ia ingin memberinya sesuatu, maka perempuan itu di tanya: apa yang kamu ingin berikan untuknya? maka ia menjawab: saya ingin memberinya sebuah kurma, maka rasulullah saw. bersabda: jika kamu tidak memberikannya sesuatu maka kamu tercatat sebagai pendusta”. (hadits ini di keluarkan oleh abu daud dalam kitab sunannya, pada kitab tentang adab, bab tentang bersikap keras terhadap kedustaan, no hadits: 4991, 716/2, dan di keluarkan oleh imam ahmad di musnadnya: 447/3.
diantara tanda-tanda kejujuran seorang pendidik atau orangtua ialah ia tidak berdusta kepada anaknya walaupun apa sebabnya, karena seorang pembina jika bersikap jujur maka ia akan di contohi oleh anak-anaknya, karena jika ia kedapatan bohong walaupun hanya sekali maka akan hilang pengaruh nasihatnya, oleh karena itu orangtua harus menepati janjinya terhadap anak-anaknya, jika ia tidak mampu untuk melakukannya maka ia harus mengutarakan alasannya dan permintaan maafnya kepada anak-anaknya. (lihat: akhlak seorang muslim oleh muhammad al mubid hal: 72).
sebagian anak sudah terbiasa belajar untuk bersikap riya’ karena belajar dari orangtuanya atau pembinanya yang selalu sengaja memperlihatkan orang lain ketika sedang melakukan hal-hal yang baik, sementara perlakuannya terhadap keluarganya berbeda dengan hal tersebut”. (lihat: ushuulu tarbiyah al islaamiyah oleh abdurrahman an nahlaawi, hal: 173.
kesembilan: penuh hikmah atau bersikap bijaksana.
yaitu meletakkan sesuatu yang sesuai pada tempatnya, oleh karena itu kedua belah pihak ayah dan ibu harus bekerjasama dan kompak dalam mendidik dan membina anak-anaknya sesuai dengan cara yang sepadan dengan keadaannya dan benar, jika ayah dan ibu tidak sepakat dalam satu hal maka seyogyanya keduanya memusyawarahkannya dengan baik tanpa menampakkan perselisihan keduanya di depan anak-anaknya.
wallahu a’lam bish shawaab.