1. Articles
  2. Sepuluh Kaidah Penting Tentang istiqomah
  3. Kaidah Kedua

Kaidah Kedua

2188 2013/02/24 2024/12/17

Istiqomah yang hakiki adalah berpegang diatas manhaj (metode atau cara) yang tegak dan berjalan di atas jalan yang lurus .

Kita bisa mengambil petunjuk untuk bisa memahami istiqomah yang hakiki dengan meneliti serta memahami penukilan-penukilan yang berbarakah dari perkataanya para sahabat dan  tabi'in serta orang-orang yang mengikuti cara mereka dengan baik di dalam menjelaskan makna istiqomah serta penjabarannya. Berikut nukilan dari perkataannya mereka:

Telah berkata Shodiqul Ummah (orang yang jujur dalam umat ini) Abu Bakar semoga Allah meridhoinya di dalam tafsir firman Allah Ta'ala:

قال الله تعالى: {إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ ...} [الأحقاف: 13]

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah.." QS al-Ahqaaf: 13.

Beliau mengatakan: "Mereka adalah orang-orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun".[1]

Dan di riwayatkan dari Umar bin al-Khattab semoga Allah meridhoinya bahwasannya beliau jika membaca ayat ini di atas mimbar . Beliau mengatakan: "Mereka tidak mengaung seperti aungan srigala"  (diriwayatkan oleh Thabrani dalam tafsirnya [21/465])

Dan di riwayatkan dari Ibnu Abbas semoga Allah meridhoinya pada makna firman Allah Ta'ala :

قال الله تعالى: {إِنَّ ٱلَّذِينَ قَالُواْ رَبُّنَا ٱللَّهُ ثُمَّ ٱسۡتَقَٰمُواْ ...} [الأحقاف: 13]

"Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan Kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah.." QS al-Ahqaaf: 13.

Beliau mengatakan: "Diatas kalimat  syahadah (persaksian) laa ilaha ilaa allah".

Demikian pula di riwayatkan semisal ini dari Anas, Mujahid, al-Aswad bin Hilal, Zaid bin Aslam as-Sudi, Ikrimah dan selain mereka.[2]

Demikian pula di riwayatkan dari Ibnu Abbas semoga Allah meridhoi keduanya ketika menafsirkan  makna ayat di atas, beliau mengatakan: "Mereka beristiqomah di atas faraid (kewajiban-kewajiban.pent) yang mereka kerjakan".[3]

Abu Aliyah mengatakan: "Kemudian mereka mengikhlaskan agama serta amalannya kepada Allah semata".[4]

Sedangkan di riwayatkan dari Qatadah ketika beliau menafsirkan firman Allah Ta'ala "kemudian mereka tetap istiqamah..". Beliau berkata: "Mereka istiqomah di atas ketaatan kepada Allah Ta'ala". Di riwayatkan oleh Abdurazzaq dalam Mushanifnya 2618.

Ibnu Rajab telah menyebutkan perkataan-perkataan salaf seperti di atas tadi di dalam kitabnya Jaami'ul ulum wal hikam[5]. Beliau juga menjelaskan yang berkaitan tentang istiqomah tersebut dengan mengatakan: "Istiqomah adalah menempuh jalan yang lurus, yaitu (jalan yang lurus tersebut adalah) agama yang tegak lurus tanpa ada kebengkokan sedikitpun baik ke kiri maupun ke  kanan, yang mencakup di dalamnya semua perbuatan taat baik yang dhohir (nampak) maupun yang bathin (tersembunyi), dan meninggalkan seluruh larangan. Sehingga menjadikan wasiat ini (untuk istiqomah) merupakan wasiat yang mencakup seluruh dari cabang agama semuanya".[6]

Makna-makna yang terkandung dari ucapan para ulama tersebut tidaklah saling jauh berbeda satu sama lainnya, namun yang ada adalah saling menafsirkan sebagian dengan sebagian yang lainnya, di karenakan istiqomah termasuk dari kumpulan kalimat yang mengandung makna agama secara keseluruhan. 

Ibnu Qoyim menegaskan: "Istiqomah adalah sebuah kalimat yang mencakup dan terambil dari semua cabang agama, yang mana agama tersebut tegak di hadapan Allah di atas kejujuran yang sejati dan mau memenuhi janji".[7]

 

 



[1] . ideem 21/464. cet Muasasah Risaalah.

[2] . Lihat tafsir ath-Thabari 21/364-365.

[3] .  Diriwayatkan ole hath-Thabari dalam tafsirnya 21/465.

[4] .  Di nukil oleh Mawardi dalam kitab an-Nukatu wa al-Uyun 5/275,

[5] .  Jaami'ul ulum wal hikam hal 383-384.

[6]. Ideem  hal 385.

[7] . Madaariju Saalikin 2/105.

Previous article Next article

Articles in the same category

Website Muhammad Rasulullah saw.It's a beautiful day