1. Articles
  2. Sepuluh Kaidah Penting Tentang istiqomah
  3. Kaidah Ketujuh

Kaidah Ketujuh

1845 2013/02/25 2024/12/17

Bagi seorang muslim walupun sudah dapat beristiqomah namun jangan sampai bersandar kepada amalannya.

Sebesar apapun dan sebaik apapun istiqomah yang ditelah di miliki oleh seorang muslim maka jangan sampai dia menyandarkan pada amalanya serta tertipu dengan ibadahnya, tidak pula dengan banyaknya dzikir yang keluar dari bibirnya, serta ketaatan-ketaatan yang lainnya.

Dalam hal ini Imam Ibnu Qoyyim menegaskan, "Yang di tuntut dari seorang hamba dalam masalah istiqomah adalah mendekatinya (walaupun tidak bisa) seratus persen untuk bertepatan dengan istiqomah dalam segala sisi, maka jika tidak mampu untuk istiqomah setidaknya dia bisa lebih mendekati istiqomah. Sehingga jika itu juga sudah tidak mampu lagi maka yang ada adalah tafrith (kurang) dan idho'ah (menyia-nyiakan), hal itu sebagaimana hadits yang di riwayatkan oleh Imam Bukhari dan Muslim dari haditsnya Aisyah semoga Allah meridhoinya dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam beliau bersabda, "Berusahalah agar (sesuai dengan) sunah, mendekatlah jika (tidak mampu  mengerjakan seluruhnya) dan berilah kabar gembira (pada orang lain), sesungguhnya tidak ada seorangpun yang akan masuk surga dengan sebab amalannya". Maka di katakan kepada Rasulallah: "Tidak pula engkau wahai Rasulallah? Beliau menjawab, "Tidak pula saya, kecuali bahwa Allah telah mengampuni saya dengan ampunanNya dan rahmatNya". HR Bukhari no: 6467, Muslim no: 2818.

Dalam hadits yang mulia ini telah terkumpul dan tercakup di dalamnya kedudukan agama secara sempurna, di dalamnya ada perintah agar beristiqomah yaitu berusaha (untuk selalu sesuai dengan sunah) dan berusaha agar amalannya baik itu niat maupun perkataan serta amalan perbuatannya tepat dan sesuai dengan sunah, dan telah datang hadits yang shahih dari haditsnya Tsauban: "Istiqomahlah kalian dan janganlah menghitung-hitung (amalan kalian), dan beramallah sesungguhnya amalan yang paling baik yang kalian kerjakan adalah sholat". Dalam hadits di atas dijelaskan bahwa mereka tidak akan sanggup untuk beristiqomah secara sempurna sehingga ketika keadaannya sudah demikian maka di anjurkan supaya mereka lebih mendekati dalam beristiqomah yaitu berusaha agar dia bisa beristiqomah sesuai dengan kadar kemampuannya. Seperti halnya orang yang sedang melempar sesuatu kesebuah lubang (sasaran.pent) jika dia tidak bisa memasukan tepat kelubangnya maka lebih dekat dengan sasaran itu lebih baik baginya. Namun dengan ini semua Nabi mengkhabarkan bahwa walaupun mereka sudah berusaha untuk selalu istiqomah dan ketika tidak sanggup mereka berusaha untuk lebih dekat dengan istiqomah namnun semua itu tidak bisa menyelamatan mereka pada hari kiamat. Oleh karena itu jangan sampai  ada seseorangp yang bersandar dengan amalannya merasa bangga dengan amal perbuatannya, jangan berfikir bahwa dia akan selamat dengan sebab amalannya namun dia akan selamat dengan sebab rahmat Allah Tabaraka wa Ta'ala, ampunanNya dan keutamaanNya".[1]  

 



[1] . Madaarijus Saalikin 2/105.

Previous article Next article

Articles in the same category

Website Muhammad Rasulullah saw.It's a beautiful day