Search
ANTARA KAYA DAN MISKIN
Muncul pertanyaan, siapakah yang lebih utama di sisi Allah Azza wa Jalla, orang kaya yang bersyukur dengan kekayaannya atau orang miskin yang bersabar dengan kemiskinannya? Para ulama berbeda pendapat dalam masalah ini, ada yang lebih mengutamakan orang kaya yang bersyukur dan ada yang lebih mengutamakan orang miskin yang bersabar. Kedua pendapat ini juga dinukil dari ucapan Imam Ahmad bin Hambal rahimahullah.
Kedua pendapat ini masing-masing memiliki dasar argumentasi dari al-Qur`an dan hadits Nabi Muhammad Shalallahu ‘alihi wa sallam yang sama kuatnya, sehingga para ulama ahli tahqiq (yang terkenal dengan ketelitian dalam berpendapat) tidak menguatkan salah satu di antara dua pendapat tersebut, tapi mereka memilih pendapat yang menggabungkan keduanya, yaitu: yang lebih utama di antara keduanya adalah yang paling besar ketakwaannya kepada Allah Azza wa Jalla , berdasarkan keumuman makna firman -Nya:
قال الله تعالى: ﴿ إِنَّ أَكۡرَمَكُمۡ عِندَ ٱللَّهِ أَتۡقَىٰكُمۡۚ ﴾ [ الحجرات : 13]
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu [al-Hujurat/ : 13]
Maka orang kaya yang lebih besar rasa syukurnya lebih utama dibanding orang miskin yang lebih sedikit kesabarannya dan sebaliknya. Pendapat inilah yang dipilih oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah dan dua murid beliau, Imam Ibnul Qayyim rahimahullah dan Ibnu Muflih rahimahullah.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimauhllah berkata, "Telah terjadi perbedaan pendapat di kalangan kebanyakan (ulama) zaman sekarang tentang siapakah yang lebih utama, orang kaya yang bersyukur atau orang miskin yang bersabar? Sebagian dari Ulama dan ahli ibadah menguatkan pendapat pertama (orang kaya yang bersyukur lebih utama), sementara Ulama dan ahli ibadah yang lain menguatkan pendapat kedua (orang miskin yang bersabar lebih utama). Kedua pendapat ini (juga) dinukil dari Imam Ahmad rahimahullah.
Adapun para Sahabat dan Tabi'in, tidak ada satu pun nukilan dari mereka (tentang) keutamaan salah satu dari dua golongan tersebut di atas yang lain. Sejumlah Ulama lain berkata: "Masing-masing dari keduanya tidak ada yang lebih utama dibandingkan yang lain kecuali dengan ketakwaan. Maka yang paling kuat iman dan takwanya itulah yang paling utama, kalau iman dan takwa keduanya sama, maka keutamaan keduanya pun sama. Inilah pendapat yang paling benar, karena dalil-dalil dari al-Qur`an dan hadits Nabi Muhammad Shalallahu ‘alihi wa sallam menunjukkan (bahwa) keutamaan (manusia di sisi Allah Azza wa Jalla dicapai) dengan keimanan dan ketakwaan. Allah Shubhanahu wa ta’alla berfirman:
قال الله تعالى: ﴿ إِن يَكُنۡ غَنِيًّا أَوۡ فَقِيرٗا فَٱللَّهُ أَوۡلَىٰ بِهِمَاۖ ١٣٥ ﴾ [ النساء :135 ]
Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu (keadaan) keduanya [an-Nisa/4:135].
Di antara para Nabi dan para Sahabat Radhiyallahu anhum yang terdahulu dan pertama (masuk Islam) ada orang-orang kaya yang keutamaannya (di sisi Allah Azza wa Jalla) lebih besar dibandingkan kebanyakan orang-orang miskin (setelah mereka), sebagaimana di antara mereka ada orang-orang miskin yang keutamaannya (di sisi Allah Azza wa Jalla) lebih besar dibandingkan kebanyakan orang-orang kaya (setelah mereka).
Orang-orang yang sempurna (keimanan dan ketakwaannya) mampu menegakkan dua sifat agung tersebut (syukur dan sabar) secara sempurna (dalam semua kondisi), seperti gambaran yang ada pada diri Nabi Muhammad Shalallahu ‘alihi wa sallam, dan pada diri (dua Sahabat) Abu Bakar Radhiyallahu anhu dan ‘Umar Radhiyallahu anhu. Akan tetapi. Terkadang seseorang lebih baik baginya (dalam keimanan) jika diberi kemiskinan, sementara orang lain lebih baik baginya jika mendapatkan kekayaan, sebagaimana kesehatan lebih baik bagi sebagian manusia dan penyakit lebih baik bagi yang lain…”.