Search
Tafsir Surat an-Nashr
Segala puji hanya untuk Allah Ta'ala, shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam . Aku bersaksi bahwa tidak ada ilah yang berhak disembah dengan benar melainkan Allah Shubhanahu wa ta’alla semata yang tidak ada sekutu bagi -Nya, dan aku juga bersaksai bahwa Muhammad Shalallahu’alaihi wa sallam adalah seorang hamba dan utusan -Nya. Amma ba'du:
Tujuan utama Allah Shubhanahu wa ta’alla menurunkan kitab suci -Nya al-Qur'an ialah supaya dibaca dan diresapi maknanya, kemudian berusaha mewujudkan isi kandungannya dalam praktek keseharian. Hal itu, sebagaimana disebutkan secara jelas dalam firman -Nya:
﴿ كِتَٰبٌ أَنزَلۡنَٰهُ إِلَيۡكَ مُبَٰرَكٞ لِّيَدَّبَّرُوٓاْ ءَايَٰتِهِۦ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُواْ ٱلۡأَلۡبَٰبِ ٢٩﴾[ص: 29 ]
"Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatNya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai fikiran". (QS Shaad: 29).
Diriwayatkan oleh Imam Muslim sebuah hadits dari Uqbah bin Amir radhiyallahu 'anhu, beliau berkata:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَيُّكُمْ يُحِبُّ أَنْ يَغْدُوَ كُلَّ يَوْمٍ إِلَى بُطْحَانَ أَوْ إِلَى الْعَقِيقِ فَيَأْتِىَ مِنْهُ بِنَاقَتَيْنِ كَوْمَاوَيْنِ فِى غَيْرِ إِثْمٍ وَلاَ قَطْعِ رَحِمٍ. فَقُلْنَا: يَا رَسُولَ اللَّهِ نُحِبُّ ذَلِكَ. قَالَ: أَفَلاَ يَغْدُو أَحَدُكُمْ إِلَى الْمَسْجِدِ فَيَعْلَمَ أَوْ يَقْرَأَ آيَتَيْنِ مِنْ كِتَابِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ خَيْرٌ لَهُ مِنْ نَاقَتَيْنِ وَثَلاَثٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ ثَلاَثٍ وَأَرْبَعٌ خَيْرٌ لَهُ مِنْ أَرْبَعٍ وَمِنْ أَعْدَادِهِنَّ مِنَ الإِبِلِ » [أخرجه مسلم]
"Suatu ketika Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam datang mengunjungi kami yang ketika itu sedang berada di Shufah, lantas beliau bertanya kepada kami: "Siapakah diantara kalian yang senang bila setiap hari pergi ke lembah Buthan atau lembah Aqiq, lantas kalian mengambil dari sana dua onta yang gemuk lagi besar tanpa harus berbuat dosa (terlebih dahulu) tidak pula memutus tali keluarga? Kami menjawab: 'Wahai Rasulallah, kami menginginkan sekali itu". Beliau bersabda: "Ketahuilah sekiranya kalian pergi ke masjid lantas mempelajari duat ayat dari al-Qur'an atau membacanya, itu lebih baik dari pada dua onta gemuk, tiga ayat lebih baik dari tiga onta, dan empat ayat lebih baik dari pada empat onta, demikian seterusnya". HR Muslim no: 803.
Itulah fadhilahnya orang yang mau mempelajari ayat-ayat al-Qur'an. Dan diantara sekian banyak surat-surat pendek yang sering mampir dalam pendengaran kita ialah surat an-Nashr, yang dinamakan pula dengan surat at-Taudi'.
Penjelasan keutamaan surat:
Allah tabaraka wa ta'ala memulai surat tersebut dengan mengatakan:
﴿ إِذَا جَآءَ نَصۡرُ ٱللَّهِ وَٱلۡفَتۡحُ ١ وَرَأَيۡتَ ٱلنَّاسَ يَدۡخُلُونَ فِي دِينِ ٱللَّهِ أَفۡوَاجٗا ٢ فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَٱسۡتَغۡفِرۡهُۚ إِنَّهُۥ كَانَ تَوَّابَۢا ٣﴾ [ النصر: 1-3 ]
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, Dan kamu melihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat". (QS an-Nashr: 1-3).
Surat ini merupakan surat terakhir yang turun dalam al-Qur'an. Sebagaimana diterangkan dalam sebuah hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, dimana diriwayatkan bahwa beliau pernah bertanya pada Ubaidillah bin Abdillah bin Utbah: "Tahukah engkau surat terakhir yang turun dalam al-Qur'an, secara sempurna?". Aku jawab: "Ia aku tahu, yaitu surat: "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan". Beliau lantas mengatakan: "Engkau benar". HR Muslim no: 3024.
Dalam riyawat Bukhari dibawakan sebuah hadits dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhuma, beliau pernah mengkisahkan tentang dirinya: "Diriku pernah dibawa oleh Umar dalam majelis yang biasa berkumpul didalamnya para ahli Badar. Maka terlihat dalam rona wajah, seakan-akan sebagian mereka tidak menyukai kehadiran diriku didalam majelis, dikarenakan aku masih belia ketika itu. Sehingga ada yang nyeletuk: "Kenapa engkau bawa anak ini bersama kita, sedang kamipun punya anak yang sebaya dengannya? Umar menjawab: "Sesungguhnya kalian akan mengetahuinya".
Maka pada suatu ketika, aku diajak kembali ke majelisnya mereka. Tidaklah aku mengira kalau diriku diajak saat itu kecuali untuk membuktikan pada mereka, kalau Umar tidak salah membawanya. Maka ketika sudah berada didalam majelis Umar bertanya pada mereka: "Apa yang kalian ketahui tentang firman Allah Shubhanahu wa ta’alla: "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan". Sebagian mereka ada yang menjawab: "Kami diperintah supaya memuji kepada –Nya serta meminta ampun pada -Nya, jika kami diberi pertolongan mampu menaklukan sebuah negeri". Lalu yang sebagian lagi terdiam tanpa memberi komentar apa-apa.
Setelah terdiam semua, lantas Umar berkata padaku: "Apakah seperti itu maknanya wahai Ibnu Abbas? Aku menjawab: "Bukan". Lantas apa menurutmu? Pintanya. Aku katakan: "Ini merupakan berita tentang dekatnya ajal Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa salla yang dikabarkan padanya. Allah Shubhanahu wa ta’alla mengatakan: "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan. Ini adalah tanda sudah semakin dekat waktu kematianmu. Oleh karena itu Allah Shubhanahu wa ta’alla menyuruh: "Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada -Nya. Sesungguhnya -Dia adalah Maha Penerima taubat". Maka umar mengatakan: "Aku tidak mengetahui maknanya kecuali seperti apa yang engkau katakan". HR Bukhari no: 4970.
Dijelaskan dalam haditsnya Aisyah radhiyallahu 'anha, yang dikeluarkan oleh Bukhari dan Muslim, Aisyah menceritakan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « مَا صَلَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةً بَعْدَ أَنْ نَزَلَتْ عَلَيْهِ إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ إِلَّا يَقُولُ فِيهَا سُبْحَانَكَ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Tidaklah Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam mengerjakan sholat setelah turun surat padanya: "Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan". Melainkan beliau membaca didalam sholatnya: "Maha Suci Engkau Rabb kami. Dengan memuji -Mu, ya Allah ampunilah aku". HR Bukhari no: 4967. Muslim no: 484.
Dalam redaksi lain, Aisyah menuturkan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُكْثِرُ أَنْ يَقُولَ فِي رُكُوعِهِ وَسُجُودِهِ سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ رَبَّنَا وَبِحَمْدِكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي يَتَأَوَّلُ الْقُرْآنَ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Adalah kebiasaan Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam banyak membaca dalam do'a ruku' dan sujudnya: "Maha Suci Engkau ya Allah Rabb kami. Dengan memuji -Mu, ya Allah ampunilah aku". Beliau lakukan dalam rangka memenuhi panggilan al-Qur'an". HR Bukhari no: 4968. Muslim no: 484.
Hal senada juga Aisyah kisahkan, sebagaimana dalam redaksinya Imam Muslim, dijelaskan bahwa Aisyah menuturkan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « انَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُكْثِرُ مِنْ قَوْلِ: سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ. قَالَتْ: فَقُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ أَرَاكَ تُكْثِرُ مِنْ قَوْلِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ. فَقَالَ: خَبَّرَنِى رَبِّى أَنِّى سَأَرَى عَلاَمَةً فِى أُمَّتِى فَإِذَا رَأَيْتُهَا أَكْثَرْتُ مِنْ قَوْلِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ أَسْتَغْفِرُ اللَّهَ وَأَتُوبُ إِلَيْهِ. فَقَدْ رَأَيْتُهَا (إِذَا جَاءَ نَصْرُ اللَّهِ وَالْفَتْحُ) فَتْحُ مَكَّةَ ( وَرَأَيْتَ النَّاسَ يَدْخُلُونَ فِى دِينِ اللَّهِ أَفْوَاجًا فَسَبِّحْ بِحَمْدِ رَبِّكَ وَاسْتَغْفِرْهُ إِنَّهُ كَانَ تَوَّابًا) » [أخرجه مسلم]
"Adalah kebiasaan Rasulallah Shalallahu ‘alaihi wa sallam beliau banyak membaca: "Maha suci Allah, dengan memuji -Nya aku bertaubat dan meminta ampun pada -Nya". Pada suatu ketika aku bertanya pada beliau: "Wahai Rasulallah, aku melihat anda banyak sekali membaca: "Maha suci Allah, dengan memuji -Nya aku bertaubat dan meminta ampun pada -Nya"?. Beliau menjelaskan: "Rabbku telah mengabarkan padaku, bahwa aku akan diberi pertanda atas umatku (sudah saatnya berpisah dengan mereka), yaitu jika aku telah banyak mengucapkan: "Maha suci Allah, dengan memuji -Nya aku bertaubat dan meminta ampun pada -Nya". Maka itulah pertanda (sudah dekat) waktunya;
﴿ إِذَا جَآءَ نَصۡرُ ٱللَّهِ وَٱلۡفَتۡحُ ١ ﴾ [ النصر: 1 ]
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan". (QS an-Nashr: 1). Itulah pertanda penaklukan kota Makkah. Dan selanjutnya:
﴿وَرَأَيۡتَ ٱلنَّاسَ يَدۡخُلُونَ فِي دِينِ ٱللَّهِ أَفۡوَاجٗا ٢ فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَٱسۡتَغۡفِرۡهُۚ إِنَّهُۥ كَانَ تَوَّابَۢا ٣﴾ [ النصر: 1-3 ]
"Dan kamu melihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong. Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada -Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat". (QS an-Nashr: 2-3). HR Muslim no: 484.
Tafsir surat:
Dalam surat yang agung ini, Allah azza wa jalla memulai firman -Nya dengan mengatakan:
﴿ إِذَا جَآءَ نَصۡرُ ٱللَّهِ وَٱلۡفَتۡحُ ١ ﴾ [ النصر: 1 ]
"Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan". (QS an-Nashr: 1).
Imam ath-Thabari menjelaskan: "Yang dimaksud dengan pertolongan dalam ayat ialah pertolongan Allah Shubhanahu wa ta’alla akan kemenangan Nabi -Nya atas orang-orang Quraisy".[1] Sedang al-Hafidh Ibnu Katsir menerangkan: "Dan yang dimaksud dengan kemenangan tersebut ialah penaklukan kota Makah menurut kesepakatan para ulama tafsir.
Sejatinya kehidupan Arab, mulai membuka lembaran baru secara jelas manakala mereka berbondong-bondong masuk Islam setelah kota Makah berhasil ditaklukan. Para ahli sejarah mengatakan: "Jika penyeru tersebut keluar ditengah-tengah kaumnya maka dialah Nabi. Dan tatkala Allah Shubhanahu wa ta’alla memberi kemenangan pada beliau dengan menaklukan kota Makah, maka kaumnya mulai masuk Islam secara berbondong-bondong. Dan hal itu, tidak butuh waktu lama, cukup hanya dua tahun hingga akhirnya jazirah Arab penuh dengan keimanan dan tidak menyisakan pada kabilah-kabilah Arab yang ada melainkan mereka semua menyatakan keislamannya".[2]
Adapun kapan kota Makah berhasil ditaklukkan, maka peristiwa bersejarah itu terjadi pada bulan Ramadhan tahun kedelapan setelah hijrah. Dan Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam telah mengabarkan bahwa yang dimaksud dengan kemenangan dalam ayat ialah penaklukan kota Makah sebagaimana dalam haditsnya Aisyah yang telah lewat. Kemudian Allah ta'ala menjelaskan dalam ayat berikutnya dengan berfirman:
﴿ فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَٱسۡتَغۡفِرۡهُۚ إِنَّهُۥ كَانَ تَوَّابَۢا ٣﴾ [ النصر: 3 ]
" Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada -Nya. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat". (QS an-Nashr: 3).
Imam al-Qurthubi menjelaskan dalam tafsirnya: "Jika ada yang bertanya: 'Dosa apa yang perlu dihapus dari Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam sampai ada perintah khusus agar beliau beristighfar? Lalu dijawab, bukankah dalam hadits dijelaskan:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « أَنَّهُ كَانَ يَقول في دُعَائه: رَبِّ اغْفِرْ لِي خَطِيئَتِي وَجَهْلِي وَإِسْرَافِي فِي أَمْرِي كُلِّهِ وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّي اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي خَطَايَايَ وَعَمْدِي وَجَهْلِي وَهَزْلِي وَكُلُّ ذَلِكَ عِنْدِي اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِي مَا قَدَّمْتُ وَمَا أَخَّرْتُ وَمَا أَسْرَرْتُ وَمَا أَعْلَنْتُ أَنْتَ الْمُقَدِّمُ وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ » [أخرجه البخاري و مسلم]
"Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau seringkali mengatakan dalam lantunan do'a yang dibacanya: "Wahai Rabbku, ampunilah hamba dari kesalahan dan kebodohanku, dari berlebih-lebihan dalam urusan, dan Engkau lah Maha yang lebih mengetahui daripada hamba.
Ya Allah, ampunilah aku dari kesalahan dan kelalaian hamba, baik yang di sengaja maupun ketika sedang bersendau gurau, dan itu semua kesalahanku. Ya Allah, ampunilah aku dari dosa yang telah lampau maupun yang akan datang, yang aku sembunyikan ataupun yang aku kerjakan terang-terangan. Engkau adalah Maha Awal dan Akhir, sesungguhnya Engkau Maha Mampu atas segala sesuatu". HR Bukhari no: 6398. Muslim no: 2719.
Maka beliau mendapati kalau dirinya masih kurang dibanding manakala beliau melihat betapa besar nikmat-nikmat yang telah Allah Shubhanahu wa ta’alla anugerahkan padanya. Sehingga beliau merasa masih banyak kekurangan dan dosa untuk menunaikan hak -Nya tersebut sebagaimana mestinya. Makna kedua dari maksud hadits diatas, mungkin yang dimaksud, wahai Muhamamd jadilah engkau orang yang selalu bertaut kepada Allah Shubhanahu wa ta’allam dengan memohon, merendahkan diri atas kekurangan didalam mengerjakan kewajiban, sehingga dirimu tidak terputus untuk terus mengerjakan amal sholeh.
Ada ulama lain yang menjelaskan: "Istighfar ialah sebuah ibadah yang wajib untuk dikerjakan, bukan karena istighfarnya yang dinilai akan tetapi dari sisi ibadahnya". Ada pula yang menyatakan: "Hal tersebut beliau lakukan sebagai peringatan bagi umatnya. Supaya mereka tidak merasa cukup sehingga meninggalkan istighfar kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla ". Terus ada yang mengartikan, maksud firman Allah ta'ala: "Dan mohonlah ampun kepada -Nya". Maksudnya ialah mohonlah ampun untuk umatmu".[3]
Adapun firman Allah ta'ala yang berikutnya sebagai penutup ayat:
﴿ إِنَّهُۥ كَانَ تَوَّابَۢا ٣﴾ [ النصر: 3 ]
"Sesungguhnya Dia adalah Maha Penerima taubat". (QS an-Nashr: 3).
Maksudnya ialah bahwa Allah Shubhanahu wa ta’alla Maha penerima taubat bagi orang-orang yang mau bertasbih dan beristighfar pada -Nya. Maka Allah Shubhanahu wa ta’alla akan menerima taubatnya mereka serta menurunkan rahmat atas mereka. Coba perhatikan, kalau sekiranya Nabi saja yang suci dari dosa dan sudah dijamin terampuni dosa-dosanya masih mendapat perintah untuk beristighfar kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla, lantas bagaimana dengan selain beliau. Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Aghara al-Muzani radhiyallahu 'anhu, beliau berkata: "Nabi Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « إِنَّهُ لَيُغَانُ عَلَى قَلْبِى وَإِنِّى لأَسْتَغْفِرُ اللَّهَ فِى الْيَوْمِ مِائَةَ مَرَّةٍ » [أخرجه مسلم]
"Sesungguhnya itu merupakan kebodohan dalam hatiku. Dan sungguh aku beristighfar kepada Allah dalam sehari sebanyak seratus kali". HR Muslim no: 2702.
Ibnu Umar radhiyallahu 'anhuma, mengatakan: "Surat ini mulai turun di Mina pada saat haji Wada'. Setelah turunnya surat ini, kemudian turun ayat:
﴿ ٱلۡيَوۡمَ أَكۡمَلۡتُ لَكُمۡ دِينَكُمۡ وَأَتۡمَمۡتُ عَلَيۡكُمۡ نِعۡمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ ٱلۡإِسۡلَٰمَ دِينٗاۚ ٣﴾[ المائدة: 3 ]
"Pada hari ini telah Ku sempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu Jadi agama bagimu". (QS al-Maaidah: 3).
Kemudian beliau hidup setelah turunnya dua wahyu tersebut hanya delapan belas hari, setelah itu beliau meninggal, pindah berada disisi Rabbnya ditempat yang tinggi". [4]
Akhirnya kita ucapkan segala puji bagi Allah Shubhanahu wa ta’alla Rabb semesta alam. Shalawat serta salam semoga Allah Shubhanahu wa ta’alla curahkan kepada Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘alaihi wa sallam, kepada keluarga beliau serta para sahabatnya.