Search
MARI KITA MERENUNG SEJENAK
Sungguh, pada dasarnya kita memiliki simpanan yang luar biasa banyaknya, bukan dari emas bukan pula perak namun simpanan tersebut adalah keimanan. Namun yang kita inginkan adalah keimanan dalam aplikasi nyata bukan hanya teori. Keimanan yang berbuah manis, yang mampu mengolesi seluruh relung hati sehingga bisa mendorong kenikmatannya dalam tingkah laku seorang muslim, baik dalam ucapan maupun perbuatannya demikian pula dalam sifat-sifat yang terpuji lainnya. Hingga orang yang telah merasakan manisnya iman tersebut akan memahami hakekat makna istiqomah dan berpegang teguh pada ajaran agama yang sebenarnya, lalu mempengaruhi tingkah laku perbuatannya, kejujuran dan pergaulannya bersama orang lain.
Sejarah telah menorehkan pada kita, sebuah kenyataan yang mengatakan bahwa Islam telah mampu menyebar kesebelah selatan wilayah India, Silan dan pulau Maldiv serta pinggiran negeri Cina, Pilipina, Indonesia, dan masuk didataran Afrika, sejarah mengatakan bahwa Islam masuk melalui para saudagar muslim yang berdagang kesana.
Namun, perlu digaris bawahi, bahwa mereka itu bukanlah muslim biasa akan tetapi mereka itu adalah para muslim sejati. Mereka tidak mempengaruhi para penduduknya agar mau masuk Islam dengan cara mengiming-imingi dan memberi dinar serta dirham, namun yang mereka lakukan adalah dengan menjasadkan Islam dalam tingkah pergaulan mereka, dalam bentuk amanah dan kejujuran. Maka manusia merasa takjub dengan akhlak yang mulia ini, sehingga mereka mencoba mencari dan bertanya dari mana sumbernya, lalu setelah itu, mereka pun masuk Islam dengan keyakinan penuh dan keinginan sendiri tanpa ada pemaksaan.
Oleh karena itu, sesungguhnya termasuk salah satu sarana terbesar untuk bisa mempengaruhi jiwa adalah mau beda dalam pergaulan, yaitu dengan menggunakan akhlak luhur yang bisa menjadi suri tauladan yang bagus. Bahkan bisa dikatakan bahwa hal tersebut merupakan salah satu sarana terbesar tersebarnya Islam diseluruh belahan bumi.
Siapa yang membaca serta mau memperhatikan siroh perjalanan manusia pilihan, Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam, dirinya pasti akan mendapati, bahwasannya termasuk kebiasaan beliau adalah selalu mempergauli manusia dengan cara akhlak yang mulia, dan hal itu beliau lakukan pada setiap keadaannya. Terlebih ketika berdakwah mengajak orang lain kepada Allah Ta'ala, sehingga manusia mau menerima dan masuk ke agama Allah secara berbondong-bondong, yang semua itu merupakan keutamaan Allah kemudian berkat kemuliaan akhlak yang beliau miliki.
Berapa banyak orang yang masuk Islam disebabkan awalnya karena dipergauli dengan akhlak yang agung? Simaklah kisah ini, ada seorang Sahabat yang masuk Islam, setelah itu dia mengatakan: 'Demi Allah, tidak ada dimuka bumi ini wajah yang paling aku benci melainkan wajahmu, namun sekarang, wajahmu menjadi wajah yang paling aku cintai'.
Ada lagi yang mengatakan, tatkala dirinya masuk Islam: 'Ya Allah, rahmatilah diriku dan Muhammad saja, jangan Engkau rahmati yang lainnya'. Dirinya mengatakan hal tersebut karena begitu takjubnya dengan kelembutan yang diberikan oleh Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam. Namun Nabi tidak mau membatasi kasih sayangnya Allah yang sangat luas tak bertepi, sehingga tatkala mendengar perkataan tersebut, beliau bersabda: 'Sungguh kamu telah membatasi rahmat (Allah) yang sangat luas'.[1]
Yang lain lagi mengatakan, ketika mendapati keindahan akhak dari Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam; 'Bapak, ibuku sebagai tebusannya. Sungguh aku tidak pernah melihat sebelum ini tidak pula setelahnya, seorang pendidik yang lebih baik dari cara mendidik beliau'. HR Muslim.
Bahkan ada yang begitu mendapati ketulusan akhlak Nabi, dirinya langsung pulang ke kampungnya lalu menyeru kaumnya: 'Wahai kaumku, masuklah Islam. Sesungguhnya Muhammad telah memberi dengan pemberian yang dirinya tidak takut miskin'. HR Muslim.
Dalam kesempatan lain, ada yang mengatakan; 'Sungguh demi Allah, Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam telah memberiku dengan pemberian, yang padahal dirinya adalah orang yang paling aku benci sebelumnya, akan tetapi kemarin beliau memberiku sampai sekiranya beliau menjadi orang yang paling aku cintai'. HR Muslim.
Yang berikutnya mengatakan, setelah mendapati kelembutan Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam; 'Aku datang dari sisi manusia terbaik'. Kemudian setelah itu ia pulang dan mengajak kaumnya untuk masuk Islam, dan telah masuk Islam melalui tangannya jumlah yang sangat banyak sekali.
Dan contoh-contoh seperti ini sangat banyak sekali dijumpai dalam sejarah perjalanan hidup Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam. Seorang penyair mengatakan:
Setiap perkara akan berakhir masanya
Kecuali pujian, sesunguhnya ia akan tetap langgeng
Kalau sekiranya ada pilihan untukku
Tentu akan aku pilih akhlak yang mulia
Salah seorang ikhwah pernah bercerita kepadaku; 'Ada beberapa pemuda dari negeri Arab yang sedang berada disalah satu negeri barat, mereka berkumpul sepakat untuk menyewa sebuah apartemen yang dimiliki seorang wanita yang sudah agak tua, tatkala sudah selesai masa kontraknya mereka menolak untuk membayar sewa, lalu kabur dengan berdalih bahwa perempuan tua, sang pemilik rumah tersebut adalah orang kafir, dan mereka -maksudnya orang kafir- yang telah merampas harta kami, salah satunya Arab'.
Maka saya hanya mengucap Subahanallah (Maha Suci Allah), dengan dalih pikiran semacam apa, dan dengan akal seperti apa mereka sampai memperlakukan orang-orang tersebut dengan cara seperti itu? Sesungguhnya itu hanya hawa nafsu dan kebodohan dengan ajaran adab yang ada pada agama ini. Bukankah para ulama telah membuat bab secara khusus dalam buku-buku aqidah maupun fikih yang menjelaskan bagaimana seorang muslim berinteraksi bersama non muslim? Interaksi bersama orang kafir yang memerangi muslimin dan kafir yang tidak memerangi kaum muslimin?
Bagaimana mungkin kita ingin membanggakan Islam, sedangkan pribadi kita sendiri telah bodoh terhadap hukum-hukum dan menyelisihi adab-adabnya?
Lalu ikhwah tadi melanjutkan kisahnya; 'Sebelumnya aku tidak mengetahuinya, namun pada saat itu aku ingin menyewa apartemen dari perempuan tua tadi, akan tetapi, dia langsung menolaknya. Terlebih ketika dirinya tahu kalau saya adalah seorang muslim. Wanita itu mengatakan; 'Kalian orang muslim, semuanya adalah pencuri'. Saya pun penasaran, sehingga saya tanyakan apa penyebabnya, kok bisa sampai pada tuduhan semacam ini? Maka dirinya menceritakan panjang lebar kejadian dirinya bersama para pemuda tersebut.
Dari situ, timbul semangatku untuk merubah gambaran dalam benak mereka tentang seorang muslim. Dan setelah perjuangan dan usaha keras, serta perjanjian untuk membayar sewa lebih dulu maka wanita tersebut menyetujui untuk menyewakan apartemennya padaku, aku pun menyetujuinya walaupun harganya sedikit di naikkan.
Akupun tinggal disitu, selanjutnya aku senantiasa memberi sedikit bantuan kepadanya, serta menampakan adab-adab Islam yang luhur dihadapannya. Aku usahakan semampuku untuk selalu berhias dengan keutamaan akhlak sambil sesekali aku jelaskan padanya bahwa ini merupakan bagian dari adab seorang muslim. Dan menjelaskan padanya bahwa agama kami sangat menganjurkan pada penganutnya untuk berhias dengan akhlak seperti ini.
Tatkala sudah saatnya aku pulang, berada pada waktu berpisah dengannya, maka dia mengatakan padaku dengan air mata yang menetes; 'Wahai anakku, wasiatku padamu agar jangan mati melainkan berada diatas agama ini'. Disini akhir dari kisah temanku tadi.
Semoga Allah merahmati Ali bin Asma' tatkala ajal telah menghampiri, dirinya mengumpulkan anak-anaknya lalu memberi pesan padanya; 'Duhai anakku, wasiatku padamu, pergaulilah manusia dengan pergaulan, yang jika kalian masih hidup mereka menyayangi kalian dan bila engkau meninggal mereka merasa kehilangan dan menangisimu'.
Para pembaca yang budiman, dunia ini hanyalah rentetan peristiwa yang selalu memunculkan hal yang baru, maka jika dirimu mampu untuk menjadi bagian dari kejadian tersebut lakukanlah perkara yang terbaik. Sesungguhnya kita sekarang ini, butuh pada orang yang mampu membahasakan ajaran dan prinsip Islam di dalam gerak tingkah lakunya, bisa menerjemahkan keutamaan dan adab-adab Islam didalam gerak maupun ketika diamnya, sampai hal tersebut dilakukan manakala berhadapan dengan orang kafir.
Diantara hal terpenting dalam rangka menampakan hubungan baik antara muslim dan kafir yang tidak sedang memerangi kaum muslimin, adalah mencegah perbuatan yang menyakiti mereka dan tidak mengambil harta dan hak-hak mereka. Sambil dibarengi dengan budi pekerti yang luhur tatkala bersamanya, mulai dari jujur, amanah dan lain sebagainya, dari berbagai bentuk keindahan akhlak Islam yang terpuji. Di samping itu juga dibolehkan kita berbuat kebajikan dengan saling memberi pada mereka.
Di dalam shahih Bukhari disebutkan bahwa Umar bin Khatab pernah memberi hadiah sebuah pakaian kepada saudaranya yang masih kafir di Makkah, sedangkan baju tersebut adalah pemberian dari Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam.
Masih dalam shahih Bukhari, disebutkan bahwa Abdullah bin Umar, pernah suatu hari menyembelih seekor kambing untuk dimakan bersama keluarganya, maka tatkala sudah siap dan disajikan dihadapannya, beliau bertanya; 'Apakah kalian telah menyisakan untuk tetangga kita Yahudi itu? Karena aku pernah mendengar dari Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: (( مَازَالَ جِبْرِيلُ يُوصِينِي بِالْجَارِ حَتَّى ظَنَنْتُ أَنَّهُ سَيُوَرِّثُهُ)) [ رواه البخاري]
"Tidak henti-hentinya Jibril mewasiatkan padaku akan tetanggaku, sampai-sampai aku menyangka bahwa tetanggaku itu akan mewarisi peninggalanku". HR Bukhari.
Kenapa Jibril selalu mengingatkannya, karena adanya hubungan yang sangat erat dengan yang namanya akhlak.
Akan tetapi perlu menjadi catatan, dan saya peringatkan agar jangan sampai terjadi kerancuan dalam pemahaman. Yaitu harus dibedakan antara pergaulan yang baik dan berbudi pekerti yang luhur, antara berbuat baik dan kebajikan kepada orang kafir yang tidak memerangi kaum muslimin, itu berbeda dengan sikap loyalitas, cinta dan sayang pada mereka. Atau juga jangan keliru memahami, bahwa dia dilegalkan untuk lebih mendahulukan orang kafir daripada sesama muslim, atau terlalu jauh masuk pada basa basi tentang agama dan aqidahmu, berdalih toleransi beragama, seperti halnya dengan mengucapkan hari raya mereka, atau memberi hadiah dalam rangka karena mereka sedang merayakan hari raya agamanya atau yang lainnya. Maka yang terakhir ini, semuanya adalah haram tidak diperbolehkan. Sandaran yang mendasarinya adalah nash-nash dari al-Qur'an dan Sunnah, serta perkataannya para ulama Salaf semoga Allah meridhoi mereka semua.
Hanya saja yang saya bahas dalam masalah ini adalah interaksi antar sesama muslim dengan muslim yang lainnya. Adapun pergaulan bersama orang lain dari kalangan non muslim, maka hal tersebut memiliki kaidah dan ketentuan tertentu yang sudah paten.