Search
INDAHNYA PERLOMBAAN (bersegera melakukan kebaikan)
indahnya perlombaan
(bersegera melakukan kebaikan)
pendahuluan
perlombaan atau bersegera adalah suatu tanda yang jelas dalam kehidupan abu bakar radhiyallahu 'anhu, dan setan senantiasa menghalangi manusia untuk melakukan kebaikan dengan cara menggodanya agar kebaikan tersebut di tunda-tunda, terutama terhadap orang-orang yang beriman dan bertakwa.
dia akan mengatakan kepadanya lakukanlah kebaikan akan tetapi setelah sehari atau dua hari berlalu atau setelah sebulan atau dua bulan berlalu, dan dia tidak akan mengatakan kepadanya jangan kamu melakukan kebaikan, sebab setan sangat cerdas dalam memperdayakan manusia, sebab jika manusia sudah menunda suatu pekerjaan (yang baik), walaupun hanya sebentar, maka ia sangat berpeluang untuk tidak melakukan pekerjaan tersebut, mungkin karena lupa, atau keadaan yang sangat sibuk, atau karena sakit, atau semangat yang terdapat di hati (untuk melakukan kebaikan) telah berubah, bahkan mungkin karena telah wafat.
abu bakar radhiyallahu 'anhu adalah seorang yang cerdas dan memahami permaianan setan dengan baik, beliau radhiyallahu 'anhu sangat memahami permainan menunda-nunda (suatu hal yang baik), maka beliau radhiyallahu 'anhu tidak memberikan peluang bagi setan untuk mempermainkannya, abu bakar radhiyallahu 'anhu adalah seorang yang mahir dan mempercepat suatu kebaikan, dan mempunyai semangat yang sangat kuat, anda akan merasakan bahwasanya beliau radhiyallahu 'anhu aktif dalam kehidupannya, allah swt. berfirman, yang artinya:
"dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan". (qs. al baqarah: 148).
abu bakar radhiyallahu 'anhu berpandang luas, maka beliau senantiasa berlomba dengan waktu, karena waktu yang akan datang adalah waktu kematian, maka beliau radhiyallahu 'anhu harus bersiap menghadapi hal tersebut, atau yang akan datang adalah hari terjadinya banyak fitnah, maka ia radhiyallahu 'anhu harus tetap kuat dan kokoh, dan sudah pasti beliau radhiyallahu 'anhu telah mendengar sabda rasulullah saw. yang telah di riwayatkan oleh imam muslim dari abi hurairah radhiyallahu 'anhu yang mengatakan:
"bersegeralah kalian untuk melakukan amal-amal shaleh, sebab fitnah itu seperti bagian malam yang gelap, seseorang akan beriman di waktu pagi dan akan kafir di waktu sore hari, dan sore hari dia mukmin dan di waktu pagi dia kafir, dia menjual agamanya dengan harta benda dunia".
barang siapa yang memperhatikan kehidupan abi bakar radhiyallahu 'anhu maka ia akan melihat bahwa beliau radhiyallahu 'anhu akan senantiasa bersegera dalam melakukan amal-amal yang sholeh, demi untuk menghindari fitnah yang terjadi secara tiba-tiba.
saya akan memberikan beberapa contoh sejarah mengenai sikap abu bakar radhiyallahu 'anhu yaitu dalam bersegera dalam melakukan kebaikan, sebagai berikut:
kesegeraannya dalam memeluk agama islam
yang pertama sekali yang akan mengalihkan perhatian kita ialah kesegeraan abu bakar radhiyallahu 'anhu dalam memeluk agama islam, sebagaimana yang kita telah ketahui bahwasanya beliau radhiyallahu 'anhu adalah laki-laki (dewasa) pertama yang masuk islam, beliau sama sekali tidak pernah bimbang dan ragu, beliau juga tidak penah mengatakan bahwa saya akan mengambil waktu sehari atau dua hari untuk memikirkan hal tersebut, akan tetapi beliau radhiyallahu sangat cepat menerima hal tersebut (yaitu memeluk agama islam), hal ini sangat menarik perhatian.
abi bakar radhiyallahu 'anhu tidak akan merubah bentuknya, lingkungannya, atau negerinya akan tetapi yang akan beliau rubah ialah imannya dan akidahnya yang beliau yakini selama 38 tahun, terkadang sebagian orang menganggap bahwa termasuk suatu hikmah ketika mempertimbangkan dengan baik suatu hal, dan tidak terlalu terburu-buru, kemudian mengambil waktu yang sangat lama untuk berfikir sebelum maju selangkah untuk menghadapi kehidupan, terkadang mungkin inisiatif seperti ini benar, akan tetapi dalam keadaan yang lain ketika kebenaran itu telah jelas dan terang seterang sinar matahari di langit pada tengah hari, maka memperlambat hal ini adalah suatu kebodohan, kemudian dengan memperlambatnya adalah suatu kemalasan, dan terlalu banyak pertimbangan adalah suatu hal yang tercela, sebagai contoh adalah apa yang terjadi dengan kaum nabi nuh 'alaihi ssalam, karena kaum nuh 'alaihi ssalam mencela orang-orang yang beriman kepada nabi nuh ''alaihi ssalam dengan mengatakan bahwa mereka terlalu cepat beriman kepada nabi nuh 'alaihi ssalam tanpa mempertimbangkannya terlebih dahulu, mereka mengatakan:
"maka berkatalah pemimpin-pemimpin yang kafir dari kaumnya: "kami tidak melihat kamu, melainkan (sebagai) seorang manusia (biasa) seperti kami, dan kami tidak melihat orang-orang yang mengikuti kamu, melainkan orang-orang yang hina dina di antara kami yang lekas percaya saja, dan kami tidak melihat kamu memiliki sesuatu kelebihan apapun atas kami, bahkan kami yakin bahwa kamu adalah orang-orang yang dusta". (qs. hud: 27).
kalimat baadiyya rra'yi yang terdapat dalam firman allah swt diatas maksudnya adalah: orang-orang yang terlalu cepat percaya pada pandangan pertama, tanpa pertimbangan dan penelitian terlebih dahulu, subhanallah hal tersebut adalah suatu kebohongan jika anda melihat matahari dengan terang, kemudian anda di tanyai mengenai hal tersebut, lalu anda mengatakan biarkan saya memikirkannya terlebih dahulu apakah ia benar-benar terang atau tidak?
atau anda melihat mata air yang bersih di padang pasir, sementara anda dalam keadaan sekarat karena kehausan, kemudian anda memilih mempertimbangkannya sehari atau dua hari dengan mengatakan apakah saya minum atau tidak?
abu bakar radhiyallahu 'anhu melihat kebenaran tersebut (yang di bawa oleh nabi muhammad shalla llahu 'alaihi wa sallam ) dengan bentuk seperti ini (terang seterang matahari di waktu tengah hari), maka untuk apa ragu dan menunggu?
beliau radhiyallahu 'anhu di tawari untuk memeluk agama islam dengan jelas dan terang, maka allah swt. menyinari hatinya dengan cahaya petunjuk, kemudian beliau radhiyallahu 'anhu menemukan kebenara tersebut pada pandangan pertama maka kenapa harus menunggu?
di riwayatkan oleh imam bukhari rahimahullah dari abi darda' radhiyallahu 'anhu ia berkata; rasulullah saw. bersabda: "apakah kalian meninggalkan untukku sahabatku? apakah kalian meninggalkan untukku sahabatku?
rasulullah saw. mengatakan hal ini ketika terjadi perselisihan antara abu bakar radhiyallahu 'anhu dengan salah seorang sahabat yang lain radhiyallahu 'anhum ajma'in, kemudian rasulullah saw. menyempurnakan hal tersebut agar mereka meninggalkan sahabatnya untuknya radhiyallahu 'anhu, dan rasulullah saw. bersabda: "sesungguhnya saya mengatakan: wahai sekalian manusia sesungguhnya saya adalah utusan allah swt. untuk kalian semua, kemudian kalian mengatakan: engkau telah berdusta, sementara abi bakar radhiyllahu 'anhu (pada waktu itu) mengatakan: engkau (ya rasulullah saw.) benar".
oleh karena ini, hal tersebut adalah kemuliaan, tidak di ragukan bahwa yang paling tercepat masuk islam ialah yang tercepat, dan maha suci allah karena setelah berlalu beberapa hari, orang-orang yang mendustakan rasulullah saw. di awal-awal dakwahnya, sekarang mereka telah percaya kepada beliau saw., akan tetapi abu bakar radhiyallahu 'anhu yang paling beruntung dan mendapatkan pahala yang sangat besar karena beliau yang paling dulu mempercayai rasulullah saw.
sebagian orang ada yang mempercayai beliau saw. setelah mereka mendengarkan dakwah rasulullah saw. dalam beberapa hari, di antaranya ada yang mempercayai rasulullah saw. setelah lewat beberapa tahun, dan di antaranya ada yang menunggu sampai sempurna kekuasaan islam kemudian mereka beriman, benar! mereka semua adalah orang-orang yang beriman, dan semuanya adalah orang-orang yang jujur, akan tetapi abu bakar as shiddiq radhiyallahu 'anhu mempunyai keberuntungan yang lebih besar, allah swt. berfirman:
"dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk surga), mereka itulah orang yang di dekatkan (kepada allah), berada dalam surga keni'matan". (qs. al waaqi'ah: 10-12).
hari-hari yang telah lewat tidak akan mungkin terulang kembali sampai hari kiamat, dan sudah pasti mereka yang memperlambat-lambat keislamannya setelah beberapa hari, beberapa bulan bahkan beberapa tahun berlalu, kesedihan dan rasa sesal memenuhi hati mereka pada waktu mereka hidup dalam kegelapan ke kufuran, akan tetapi kesedihan tidak akan kembali, dan sudah pasti orang-orang yang bersegera berbuat kebaikan mereka akan bersenang-bersenang di hari-hari tersebut yang mereka penuhi dengan keimanan.
kenyataan kehidupan kita sekarang banyak orang yang ragu-ragu untuk melakukan kebaikan, maka terkadang kita menundanya sehari, dua hari, bahkan sebulan dan sampai dua bulan, kemudian kita melakukan kebaikan tersebut atau bahkan sebaliknya kita tidak melakukannya.
segala aktivitas kebaikan mempunyai dua pahala, yaitu pahala ketika di laksanakan perbuatan kebaikan tersebut, dan pahala ketika di kerjakan dengan segera, serta berlomba dalam melaksanakannya, dan terkadang pahala berlomba dalam melakukan suatu kebaikan adalah lebih besar pahalanya di bandingkan dengan pelaksanaannya, karena hal tersebut sama halnya dengan sunnah hasanah (adat yang baik) yang akan di ikuti oleh orang-orang selain anda, maka anda akan mendapatkan pahala yang sama dengan orang yang mengamalkannya sampai hari kiamat tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang yang melaksanakannya.
di riwayatkan oleh imam muslim rahimullah dari jabir bin abdullah radhiyallahu 'anhu berkata: rasulullah saw. bersabda: "barangsiapa yang memberikan contoh (sunnah) dalam islam suatu contoh yang baik, maka dia mendapatkan pahala, dan juga mendapatkan pahala di karnakan orang yang melaksanakannya setelah dia tanpa mengurangi sedikitpun pahala orang tersebut, dan barangsiapa yang memberikan contoh (sunnah) buruk dalam islam, maka dia yang menanggung dosanya, dan juga mendapatkan dosa dari orang-orang yang mengikuti hal tersebut setelah dia, tanpa mengurangi sedikitpun dosa orang yang mengerjakannya.
akan tetapi keislaman abi bakar radhiyallahu 'anhu dengan sangat cepat ini adalah suatu hal yang membutuhkan kepada pembahasan, bahkan beberapa pembahasan, hal ini adalah keputusan yang di luar dari kebiasaan, suatu keputusan yang akan membuat dia harus meninggalkan agamanya ke agama yang lain, keputusan yang akan membuat harta, keluarga dan kemuliaan akan terhina (di mata masyarakatnya), keputusan yang akan membuat orang yang berkulit putih, hitam dan yang merah dari kaum manusia akan berperang, keputusan yang akan membuat beliau harus mengkafirkan nenek moyangnya, keputusan yang akan membuat banyak keletihan, bahkan membutuhkan jihad sampai mati.
keputusan ini akan merubah kebiasaan manusia yang telah biasa di lakukan oleh mereka dalam beberapa tahun, sedangkan untuk merubah suatu kebiasaan membutuhkan seorang laki-laki dengan model tertentu, dan abu bakar radhiyallahu 'anhu orangnya.
kenapa rasulullah saw. memilih abi bakar radhiyallahu 'anhu di antara kalangan manusia, agar beliau melaksanakan dakwah dan bukan yang lain?
secara mantiq rasulullah saw. harus mengajak para kerabatnya dulu sebelum abi bakar radhiyallahu 'anhu, apalagi di lingkungan kabilah yang terkenal dengan sifat kesukuan pada waktu itu, kenapa rasulullah saw.tidak menemui abi lahab, atau ke abbas, atau ke hamzah, atau keluarga beliau saw. yang lain, dan ahlu baitnya?
hal ini menandakan bahwa abi bakar radhiyallahu 'anhu lebih dekat ke rasulullah saw. di bandingkan dengan kerabat-kerabat beliau saw. sebagaimana rasulullah saw. telah melihat banyak hal pada diri abi bakar radhiyallahu 'anhu, yang membuatnya yakin bahwasanya beliau radhiyallahu 'anhu akan menyetujuinya.
bagaimana abu bakar memilih keputusan tersebut dengan cepat?
atau katakan: kenapa orang lain tidak mengambil keputusan dengan sangat mudah simple seperti yang di lakukan oleh abu bakar radhiyallahu 'anhu?
apa yang membuat orang lain tidak beriman (dengan segera kepada muhammad saw.) seperti yang di lakukan oleh abu bakar radhiyllahu 'anhu atau yang sama dengan beliau?
di sini kita akan berhenti sejenak dan membahas mengenai masalah ini dengan detail, karena kita tidak menyajikan sejarah dengan hanya asal mengetahuinya saja, akan tetapi kita harus melakukan langkah-langkah yang lebih luas ke depan dari hal tersebut, kemudian kita menyimpulkan sifat-sifat yang di miliki oleh abi bakar radhiyallahu 'anhu yang membuat beliau bersegera untuk memeluk agama islam, jika hal-hal tersebut juga terdapat pada kita maka al hamdulillah, namun jika tidak, maka kita berusaha untuk meraih hal tersebut, karena kita tidak mungkin berlomba (melakukan kebaikan) tanpa sifat-sifat tersebut, demikian pula sifat-sifat tersebut dapat membantu kita untuk bergerak ke depan untuk mendakwahi manusia ke jalan allah swt.
maka barangsiapa yang memiliki sifat-sifat yang baik ini, maka seyogyanya dia memulai dengannya, karena seorang da'i mempunyai prioritas yang harus ia utamakan, begitupun dengan kaidah-kaidah atau aturan-aturan yang harus ia ikuti, saya sudah berusaha untuk menjelaskan sifat-sifat tersebut secara global, maka saya menyimpulkannya ada dua puluh sifat, sebagian dari sifat-sifat tersebut ada pada orang lain dan sebagian yang lain di miliki oleh orang yang lainpula, dan terkadang semua sifat-sifat ini di miliki oleh satu orang seperti abi bakar radhiyallahu 'anhu.
pertama:
hal yang paling pertama ialah sebelum melangkah ke hal yang selanjutnya ialah sesungguhnya allah memberikan petunjuk kepada orang yang di kehendaki-nya, dan menyesatkan kepada orang di kehendaki-nya.
allah swt. berfirman: "sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi allah memberi petunjuk kepada orang yang di kehendaki-nya, dan allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk". (qs. al qashash).
ketika allah swt. telah memilih pribadi-pribadi untuk menjadi seorang nabi, allah swt. memilih mereka dari orang-orang lain yang ada, maka setelah hal ini allah swt. memilih hamba dari hamba-hamba-nya, yang akan membantu rasulullah shalla llahu 'alaihi wa sallam dalam menyelesaikan permasalahan mereka, dan untuk menyampaikan dakwah mereka, dan sudah di pastikan bahwa abu bakar radhiallahu 'anhu adalah termasuk dari orang-orang pilihan tersebut.
bahkan allah swt. memilih beberapa orang dari kaum manusia pada masa-masa tertentu yang jauh dari masa ke rasulan, yang bertugas sebagai pembaharu terhadap agama ini, oleh karena itu hal yang pertama ialah allah swt. memilih abu bakar radhiyallahu 'anhu, agar beliau meraih derajat yang mulia ini, di karenakan hikmah yang allah swt. sendiri yang mengetahuinya, sebagaimana seorang nabi telah di tentukan dari pribadi-pribadi tertentu yang di pilih oleh allah swt. demikianpula halnya dengan abi bakar radhiyallahu 'anhu di pilih oleh allah swt.
penyeleksian ini bukanlah hal yang sembarangan, maha suci allah swt. dari hal tersebut, karena allah swt. telah mengetahui bahwasanya pada hamba ini (abu bakar radhiyallahu 'anhu) terdapat kebaikan dan keimanan yang kuat, maka allah swt. semakin mendekatkannya pada-nya dan memberinya petunjuk, kita memohon kepada allah swt. semoga kita juga meraih hal tersebut.
kedua:
terkadang seseorang tidak mau mendengarkan kebenaran karena membenci orang yang mengatakannya, sebelum muhammad saw. di utus menjadi seorang rasul maka penduduk makkah tidak ada yang membencinya, bahkan mereka semua menyukainya, karena beliau saw. adalah orang yang jujur terpercaya, akan tetapi apakah anda melihat bahwa kecintaan mereka sama dengan kecintaan abi bakar radhiyallahu 'anhu?
sesungguhnya saya tidak yakin, bahwasanya seseorang menyukai orang lain seperti kecintaan abu bakar radhiyallahu 'anhu kepada muhammad saw., abu bakar radhiyallahu 'anhu dan muhammad adalah teman akrab, baik sebelum masa di utusnya menjadi rasul, sebagaimana yang telah kita sebutkan sebelumnya yaitu hadits yang di riwayatkan oleh imam muslim dari abi hurairah radhiyallahu 'anhu bahwasanya rasulullah saw. bersabda:
"ruh itu bagaikan satu pasukan yang saling berkumpul, maka apa yang sesuai dengannya maka ia akan menjadi serasi, dan apa yang berbeda dengannya maka akan berpisah".
jiwa rasulullah saw. dan abi bakar radhiyallahu 'anhu telah saling mengenal, dan tingkatan yang paling tinggi dalam dakwah ialah orang yang di dakwahi menyukai orang yang mendakwahinya, dan begitupun sebaliknya, kecintaan dari dua pihak ini akan membuka hati, serta menyinari akal, dan tidak di ragukan lagi hal ini adalah sebuah pelajaran yang tidak boleh di lupakan oleh seorang da'i, jika dakwah anda ingin di terima oleh orang lain maka sebelumnya harus terjalin kasih sayang di antara dua pihak.
ketiga:
di antara faktor yang sangat berbahaya untuk tidak menerima sebuah dakwah baru yang benar ialah sifat kesombongan, hal ini adalah musibah yang sangat besar yang menimpa sebagian orang sehingga mereka tidak bisa menerima kebaikan, karena sifat sombong yang di miliki oleh iblis maka ia di usir keluar dari surga, sifat sombong ini akan membuat orang akan semakin sesat karena tidak mau mendengarkan nasihat orang lain.
allah swt. berfirman:
" dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka meyakini (kebenaran)nya, maka perhatikanlah betapa kesudahan orang-orang yang berbuat kebinasaan". (qs. an naml: 14).
kesombongan adalah merupakan faktor utama yang mengeluarkan mayoritas orang-orang kafir yang berada di makkah dari lingkungan keimanan ke lingkungan kesombongan, seperti halnya al walid in mughirah dia tidak mengikuti muhammad saw. karena kesombongan.
allah swt. berfirman: "dan mereka berkata: '' mengapa al qur'an ini tidak di turunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (mekkah dan thaif ) ini". (qs. az zukhruf: 31).
seandainya turun kepada pembesar mekkah seperti al walid bin al mughirah, atau kepada salah seorang pembesar di thaif seperti urwah bin mas'ud ath thaqafy, maka pasti mereka akan langsung mengikutinya, sebenarnya muhammad saw. bukan hanya seorang mulia akan tetapi beliau saw. adalah manusia yang paling agung dari seluruh makhluk, namun ukuran kemuliaan menurut mereka adalah ukuran yang tumpang-tindih, karena ukuran kemuliaan menurut mereka adalah bukan karena akhlak yang baik, atau karena akidah akan tetapi ukuran kemuliaan menurut mereka ialah harta yang banyak dan keluasan kekuasaan.
allah swt. telah menghapus petunjuk dari hati orang-orang sombong dan arogan tersebut, maka mereka tidak mengenal kebaikan dan tidak mencegah kemungkaran. allah swt. berfirman:
"aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-ku, mereka jika melihat tiap-tiap ayat (ku), mereka tidak beriman kepadanya. dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat kami dan mereka selalu lalai dari padanya". (qs. al a'raaf: 146).
demikianlah allah swt. memalingkan hati orang-orang yang sombong dari keimanan, akan tetapi abi bakar radhiyallahu 'anhu tidak termasuk dalam golongan ini, abu bakar radhiyallahu 'anhu adalah orang yang sangat tawadhu rendah diri, orangnya ramah dan penyayang. kita telah menyebutkan sebagian dari sifat kerendahan dirinya, dan kita akan menyebutkan contoh-contoh yang lain dari sifat kerendahan dirinya (tawadhu') di pembahasan selanjutnya, sangat sulit untuk membahas mengenai ke rendahan diri abu bakar radhiyallahu 'anhu, karena sifatnya tersebut bukanlah hal yang di buat-buat, akan tetapi sifat kerendahan diri beliau radhiyallahu 'anhu adalah suatu fitrah bentuk asli dari kepribadian beliau radhiyallahu 'anhu.
jiwa yang tawadhu' untuk suatu kebenaran adalah sangat mudah untuk melihat jalan kebenaran, dan mengambilnya sebagai way of life, dan ketika melihat jalan kebodohan maka tidak mengambilnya sebagai jalan hidupnya, hal ini adalah suatu pelajaran yang seyogyanya senantiasa harus di perhatikan oleh seorang da'i.
mendakwahi manusia dengan cara yang lemah lembut dan ramah adalah lebih berberkah 1000 kali di bandingkan berdakwah dengan cara yang arogan dan sombong, sekalipun ia adalah seorang pemimpin yang kuat. maha suci allah swt., sebagaimana juga kasih sayang dari dua belah pihak akan memudahkan jalannya sebuah dakwah, memudahkan di terimanya sebuah ide baru, oleh karena itu rasulullah saw. adalah orang yang sangat tawadhu' (rendah diri), dan sudah pasti menerima ide dari seorang da'i yang rendah diri adalah sangat mudah, sementara biasanya orang-orang tidak mau menerima ide dari orang-orang yang sombong.
keempat:
orang-orang yang sudah sering berdusta maka mereka tidak akan di percaya lagi oleh orang lain, orang di beri gelar sebagai tukang bohong karena terlalu sering berdusta, begitupun orang yang di beri gelar tukang khianat karena terlalu sering berkhianat, maka orang yang seperti ini biasanya sangat sulit di percaya oleh orang lain. karena sangkaan akan senantiasa mengatakan bahwa seseorang akan melakukan sebagaiamana yang biasa ia lakukan, sementara abu bakar radhiyallahu 'anhu bukan hanya jujur (shaadiqan), akan tetapi juga shiddiqan (yang benar tulus, yang membuktikan ucapannya dengan perbuatan).
beliau radhiyallahu 'anhu tidak suka berdusta, beliau tidak pernah berdusta, orang yang mempunyai sifat seperti ini tidak akan berdusta kepada orang lain, bahkan ia akan berbaik sangka terhadap apa yang di katakannya, maka bagaimana jika yang mengatakannya adalah orang yang terkenal dengan kejujurannya, dan amanah sehingga beliau di gelar as shaadiqul amin (jujur dan terpercaya) rasulullah saw.,
dan hal ini tidak cuma di kenal sejak setahun atau dua tahun akan tetapi sejak 40 tahun yang lalu, dan beliau tidak cuma jujur pada mayoritas aktivitasnya akan tetapi beliau saw. jujur di setiap aktivitasnya, oleh karena ini, maka bagaimana mungkin abu bakar as shiddiq radhiyallahu 'anhu tidak mempercayai perkataan orang yang senantiasa jujur sejak 40 tahun lalu.
bagaimana mungkin orang yang tidak pernah berdusta terhadap manusia akan berdusta terhadap allah tuhan semesta alam?
hal ini adalah kesimpulan sederhana yang di buat oleh abi bakar radhiyallahu 'anhu, bahkan hal ini tidak cuma di akui oleh orang yang bergaul dengan muhammad saw. akan tetapi juga oleh orang-orang yang tidak pernah bergaul dengan beliau saw. dan tidak pernah melihatnya seperti raja rum hiraclius, dia pernah bertanya kepada abi sufyan mengenai kejujuran muhammad saw, abu sufyan yang waktu itu masih dalam keadaan kafir menjawab: beliau tidak pernah berdusta, maka hiraclius mengatakan: tidak mungkin orang yang tidak pernah berdusta terhadap kalian akan berdusta terhadap allah swt.
demikianlah bahwa kejujuran dari dua pihak antara seorang da'i dengan yang di dakwahinya adalah faktor yang sangat mendukung di terimanya sebuah ide, sekalipun hal tersebut adalah suatu hal yang baru.
kelima:
pada umumnya yang menolak untuk menerima sebuah dakwah ialah para raja atau penguasa, bahkan ia senantiasa akan memeranginya dan melawannya karena khawatir terhadap kekuasaannya.