1. Articles
  2. fatwa
  3. Mendidik Dengan Kisah

Mendidik Dengan Kisah

Under category : fatwa
3136 2013/03/31 2024/12/17

Disela-sela pengamatan terhadap realita yang menyedihkan tentang pentingnya pendidikan sebagai faktor prinsip dalam menyiapkan generasi yang bermanfaat bagi umat dan mendorongnya untuk memiliki sifat mulia dan terhormat. Melalui pengamatan yang baik dan trasparan, akan jelas bagi kita bahwa jika sang anak mendapatkan perhatian dengan baik, maka akan lahir bibit-bibit yang baik untuk seterusnya menjadi generasi yang saleh.
Jika diperhatikan dalam Al-Quran dan Sunah yang suci, segera terlintas dalam pikiran, apakah mungkin mereka dididik melalui Al-Quran dan Sunah dan apakah mungkin memanfaat kisah-kisah Al-Quran dan Sunah dalam proyek raksasa ini?

Alhamdulillah.

Di dalam lingkungan buruk yang dilahirkan oleh pengaruh budaya barat dan berbagai media informasi terhadap rumah tangga muslim, dan orang tua yang larut dalam berbagai pekerjaan Seperti pada sebagian keluarga, sang ibu keluar untuk bekerja, sedangkan ayah mengambil jam lembur, akhirnya mereka sangat jauh dari pendidikan anak-anak mereka. Jika berkumpul dengan anak-anaknya, mereka kehilangan rasa humornya, yang didengarkan oleh anak-anak hanyalah teriakan dan kata-kata keras, jauh dari kalimat kasih sayang, senyum manis atau candaan. Sebagian orang tua mengira bahwa hal tersebut merupakan cara terbaik untuk mendidik anak, bahkan menurut mereka merupakan prinsip dalam hal ini. "Pukullah anakmu untuk mendidiknya, maka dia akan menjadi anak beradab dan saleh." Ini merupakan kekeliruan dalam pendidikan.

Mendidik anak dengan menggantung pecut untuk dilihat anggota keluarga, termasuk sunah, akan tetapi itu menjadikan sarana satu-satunya dalam masalah ini adalah pendapat yang tertolak. Metode-metode pendidikan harus digali dari wahyu yang mulia; Al-Quran dan Sunah. Syariat telah membawah segala sesuatu yang bermanfaat bagi manusia dan segala urusannya. Di antara metode tersebut adalah mendidik dengan memberikan kisah. Demikianlah, mendidik dengan kisah dan menyampaikan makna agar sensitif dan mewujudkan tujuan dengan contoh, merupakan metode yang paling baik dan paling banyak menghasilkan kesuksesan dan nyata, insya Allah.

Demikianlah, kami dapatnya kenyataan bahwa memberikan nasehat dengan kisah sangat berpengaruh dalam jiwa anak. Semakin menarik orang yang bercerita dengan caranya yang khas, akan menarik perhatian sang anak dan mempengaruhinya, karena kisah memiliki pengaruh bagi orang yang membaca atau mendengarnya.

Termasuk perkara yang tidak diragukan lagi bahwa kisah menarik dan rinci, akan membuat pendengarnya tertarik dan sampai ke dalam jiwa manusia dengan mudah. Karenanya, metode kisah mendatangkan manfaat yang lebih efektif. Kisah adalah sesuatu yang disukai orang dan memberikan kesan dalam jika serta selalu diingat. Bahakn saat masa kecil sekalipun, mereka cenderung suka mendengarkan kisah dan memasang pendengarannya untuk itu. Fenomena ini merupakan tabiat, selayaknya bagi para pendidik memanfaatkan hal ini dalam media pendidikannya, apalagi banyak media kita yang merusak anak-anak kita dengan menjadikan bintang-bintang film sebagai pahlawan. Tidak ada seorang bintang film pun kecuali mereka melakukan wawancara dengannya.

Karenanya, hendaknya sang anak dikaitkan dengan para nabi Allah Azza wa Jalla.

أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهْ   (سورة الأنعام: 90)

"Mereka Itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, Maka ikutilah petunjuk mereka." (QS. Al-An'am: 90)

Juga dengan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,

 لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ  (سورة الأحزاب: 21)

"Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu." (QS. Al-Ahzab: 21)

Juga hendaknya mendidik mereka dengan akhlak para shahabat Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,

إن لم تكونوا مثلهم فتشبهوا إن التشبه بالكرام فلاح

"Jika kalian tidak dapat seperti mereka, maka serupailah mereka, sesungguhnya menyerupai mereka beruntung."

Kisah merupakan sarana terbaik untuk meraih tujuan tersebut. Karenanya Nabi shallallahu alaihi wa sallam sering mengisahkan kepada para shahabat kisah-kisah umat sebelumnya untuk mengambil pelajaran. Biasanya beliau awali dengan ucapan, "Dahulu orang-orang sebelum kalian." Kemudian beliau sampaikan kisahnya hingga selesai.

Dalam hal ini Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam mengambil sebuah manhaj rabbani, yaitu firman-Nya,

فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ  (سورة الأعراف: 176)

"Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir." (QS. Al-A'raf: 176)

Apalagi kisah-kisah tersebut memiliki keistimewaan, berupa kenyataan dan mengandung kejujuran. Karena tujuannya adalah untuk mendidik jiwa, bukan sekedar bersenang-senang untuk dinikmati. Karena para shahabat dahulu menjadikan kisah sebagai bahan pelajaran. Darinya mereka mengambil pelajaran tentang prilaku yang memberikan manfaat untuknya dan orang-orang sesudahnya, di dunia dan akhirat.

Akan tetapi, apakah media yang ada secara umum menggunakan metode ini, 'Mendidik dengan cerita" untuk meraih capaian pendidikan, atau apakah mereka adalah media penghancur, atau paling tidak media yang negatif?

Sangat disayangkan, banyak yang bersikap negatif. Kisah-kisah yang ditayangkan dalam film kartun banyak terdapat larangan-larangan dan kemungkaran di dalamnya. Di antaranya:

1- Kisah-kisah horor yang menimbulkan ketakutan.

Kisah-kisah horor hanya melahirkan ketakutan, membuat jiwa kangen namun bercampur takut, berikutnya timbul sikap penakut dan pelik. Seperti beberap film tentang jin dan sebagainya. Kisah-kisah seperti ini dapat menghancurkan kepribadian, membunuh rangsangan berfikir di kalangan anak-anak, tidak membangun pribadi berani pada anak, justeru yang tumbuh adalah kepribadian penakut dan pengecut yang dikuasai rasa takut.

Maka sang anak terus dibayangi oleh pikiran tersebut walaupun setelah film selesai. Kemudian sejak setelah pikirannya merekam kisah tersebut, sang anak terus berkhayal secara praktis bahwa ada jin-jin ifrit yang mengerubunginya di waktu gelap dan bahwa di sana ada penunggu tempat ini dan itu, dst. Seandainya setiap kita mengamati jiwanya, niscaya kita masih merekap kisah-kisah yang dibaca di waktu kecilnya. Wajib bagi kita untuk menumbuhkan sikap berani pada anak-anak kita agar kita dapat membangun umat yang berani. Bukan membentuk anak di atas sikap takut, sehingga kita akan membangun umat yang lemah.

2. Kisah populer yang mengandung nilai bertentangan dengan akhlak.

Misalnya adalah kisah tarzan, Superman, detektif yang mengandung nilai kemanusiaan namun menjadikan kekerasan sebagai solusi dan kekuatan fisik sebagai faktor utama dalam menunantaskan masalah.

Misalnya, menyampaikan kisah tarzan yang dibesarkan di tengah-tengah hewan dan tidak mengetahui pemecahan masalah selain kekuatan fisik. Cara berfikir seperti ini akan meruntuhkan prilaku logika sang anak kepada prilaku permusuhan, tanpa menggunakan akal. Penting menyampaikan kisah yang dapat melatih pertumbuhan anak untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan akal ketimbang kekuatan fisik. 

3. Kisah yang menumbuhkan simpati terhadap kekuatan buruk atau mengagungkannya.

Kisah yang dapat membangkitkan simpati terhadap kekuatan buruk atau mengagungkannya, seperti keburukan yang menang terhadap kebaikan, orang zalim yang menang atas orang yang dizalimi, penjahat terhadap polisi. Mereka menyampaikan hal ini dengan dalih untuk menyingkap prilaku menyimpang terhadap anak, seperti orang yang berdusta terhadap anak-anaknya, lalu dia mengatakan bahwa itu adalah dusta putih, padahal  kenyataannya hal tersebut hanya membuat sang anak terdidik untuk berdusta, karena tidak ada yang namanya dusta putih atau hitam. Adapun terkait dengan membangkitkan simpati terhadap kekuatan-kekuatan keburukan dan membelanya, hal tersebut akan menjadikan sang anak memiliki prilaku salah agar dirinya tetap menjadi pihak yang menang.

Contoh dari kisah seperti ini adalah kisah Superman, Manusia besi, Glandizers, dll.

4- Kisah yang mencela dan menghina pihak lain.

Kisah-kisah yang berisi celaan terhadap pihak lain, mengatur perangkap dan menyakiti mereka. Misalnya mencela karena kecacatannya atau kekurangan pada fisiknya seperti dalam mengucapkan sesuatu, atau mengelabui pihak yang lebih besar atau menimpakan celaka kepada orang buta seperti dengan memasang perangkap untuknya atau lainnya tanpa menjelaskan kekeliruan dari perbuatan orang yang salah atau perbuatan mereka yang memasang perangkap. Di antara kisah yang terkenal dalam menumbuhkan pemikiran keliru dari sisi pendidikan adalah film Tom and Jerry. Film ini, meskipun sangat terkenal dari masa ke masa, namun sangat tidak mendidik. Melalui film ini akan masuk dalam benak sang anak sebuah prilaku keliru, sang anak mengikutinya untuk meraih kesenangan melalui siapa yang ada disekelilingnya sedangkan dirinya berada di atas pihak yang lain. Begitu pula film yang merendahkan orang berkulit hitam yang dapat menyebabkan sikap merendahkan ras berkulit hitam. Hal ini akan mewariskan sikap dengki dan kebencian dikalangan anak-anak dan meletakkan dasar-dasar perpecahan dan pertikaian, bukan persatuan dan kasih sayang.

Inilah sedikit catatan tentang kenyataan dari film-film yang dikonsumsi anak yang seharusnya berisi pesan-pesan pendidikan.

Mungkin sebagian orang akan mengatakan bahwa kisah yang cocok disampaikan kepada anak-anak masih sedikit dan tidak bermanfaat. Padahal kita mendapatkan dalam Al-Quran dan Sunah banyak kisah-kisah yang bagus.

Berikut sebagian dari kisah yang cocok untuk anak-anak;

1- Kisah Yunus di perut ikan Hiu.

2- Kisah Abu Hurairah bersama setan.

3- Kisah kayu sang peminjam

4- Kisah tiga orang yang terjebak dalam goa.

5- Kisah Ashabul Ukhdud

6- Kisah Anas dengan rahasia Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.

7- Kisab Abdullah bin Umar bersama sang penggembala…. "Katakan kepadanya, kambingnya dimakan srigala."

8- Kisah Ibunya Musa.

9- Kisah Umar dengan penjual susu.

10- Kisah Nabi Yusuf.

11- Kisah Muaz dan Mi'waz.

12- Kisah Qubbarah

13- Kisah perang Jamal.

14- Kisah pemilik selendang.

15- Kisab Ibnu Umar dan pohon korma.

 

Bagaiman kita menyesuaikan kisah dengan realita?

Bagaimana kita mendidik anak-anak kita untuk taat kepada kedua orang tua dan mengambil manfaat dari kisah-kisah dengan benar?

Imam Bukhari meriwayatkan dalam shahihnya dari Abdullah bin Umar radhiallahu anhuma, dia berkata, "Aku mendengar Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Ada tiga orang dari umat sebelum kalian melakukan perjalanan, lalu mereka masuk ke dalam goa untuk berteduh di sana. Tiba-tiba ada batu besar yang runtuh dari atas gunung dan menutup pintu goa. Mereka berkata, "Kalian tidak dapat selamat dari batu ini kecuali kalian berdoa dengan perantara amal-amal saleh kalian."

Lalu salah seorang dari mereka berdoa, "Ya Allah, dahulu saya memiliki kedua orang tua yang sudah renta. Saya tidak memberi minuman di  malam hari untuk keluarga saya atau hewan ternak saya, sebelum saya memberi  minuman untuk keduanya. Suatu saat saya ada keperluan hingga pulang larut dan belum sempat saya beri minum. Maka saya buatkan minuman untuk mereka, namun ternyata saya dapatkan mereka telah tertidur. Saya tidak ingin memberikan minum kepada keluarga dan hewan ternak saya sebelum saya memberikan minum untuk keduanya, maka saya tunggu mereka bangun dari tidur sambil memegangi wadah minuman tersebut. Saya pun tidak ingin membangunkan keduanya, sementara anak-anak saya menangis-nangis kelaparan dan memegangi kaki saya. Begitu seterusnya hingga terbit fajar. Kemudian terbit fajar, lalu aku membangunkan keduanya dan memberinya minum. 

"Ya Allah, jika aku melakukan hal itu karena mengharap wajah-Mu, lepaskanlah kami dari batu ini." Lalu batu itu bergeser sedikit, namun mereka belum dapat keluar darinya.

Lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Yang lain berkata, ya Allah, dahulu ada puteri pamanku yang sangat aku cintai, lalu aku ingin berbuat zina dengannya, namun dia menolaknya. Hingga suatu saat terjadi musim paceklik. Maka dia datang (untuk meminta bantuan), maka aku memberikannya 120 dinar dengan syarat dia menyerahkan dirinya kepadaku. Maka dia bersedia. Hingga ketika aku dapat melakukan apa yang aku inginkan terhadapnya, dia berkata, 'bertakwalah kepada Allah, cincin tidak boleh dilepas kecuali oleh orang yang berhak."Maka akupun takut melakukan perbuatan itu, lalu aku tinggalkan dia padahal dia adalah orang yang paling aku cintai. Aku tinggalkan pula emas yang telah aku berikan kepadanya. "Ya Allah, jika aku melakukan hal tersebut semata untuk mengharap wajah-Mu, maka bebaskan aku dari apa yang aku alami ini." Lalu batu itu bergeser dua pertiganya, namun mereka masih telah belum dapat keluar.

Lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Yang ketiga berkata, 'Ya Allah, dahulu aku menyewa beberapa orang pekerja, lalu aku berikan upah mereka masing-masing kecuali satu orang yang meninggalkannya begitu saja. Maka upahnya tersebut aku investasikan hingga berkembang. Lalu (sekian lama kemudian) orang itu datang kepadaku dan berkata, 'Wahai fulan, berikan upahku.' Maka aku katakan kepadanya, 'Semua yang engkau lihat berupa onta, sapi, kambing dan budak adalah upahmu." Maka orang itu berkata, 'Wahai Abdullah, jangan meledek aku,' Aku berkata, 'Sungguh aku tidak meledekmu." Lalu orang itu mengambil semua haknya tanpa menyisakan sedikitpun. "Ya Allah, jika aku lakukan semua itu karena berharap wajah-Mu, maka bebaskanlah aku dari apa yang aku alami ini." Lalu batu itu bergerak sehingga akhirnya mereka dapat keluar meninggalkan tempat tersebut.

Pelajaran dari kisah ini:

Allah Ta'ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَابْتَغُوا إِلَيْهِ الْوَسِيلَةَ وَجَاهِدُوا فِي سَبِيلِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (سورة المائدة: 35)

"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan." (QS. Al-Maidah: 35)

Qatadah berkata, "Bertaqarrublah kepada-Nya dengan mentaati-Nya dan beramal dengan sesuatu yang Dia ridhai."

1- Amal saleh yang dilakukan diwaktu senang, dapat dimanfaatkan seseorang di waktu sulit. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Jagalah Allah, Dia akan menjagamu. Jagalah Allah, engkau akan mendapati-Nya di hadapanmu. Kenali Allah di waktu senang, Dia akan mengenalimu di waktu sulit."

2- Seorang muslim wajib kembali kepada Allah semata dalam doanya, khususnya ketika sedang mengalami musibah. Termasuk syirik besar adalah berdoa kepada orang mati yang telah tiada. Allah Ta'ala berfirman,

وَلاَ تَدْعُ مِن دُونِ اللّهِ مَا لاَ يَنفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإِن فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِّنَ الظَّالِمِينَ

"Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, Maka Sesungguhnya kamu kalau begitu Termasuk orang-orang yang zalim." (QS. Yunus: 106)

Yang dimaksud orang-orang zalim adalah orang-orang musyrik.

3- Disyariatkannya tawasul kepada Allah dengan amal saleh. Hal ini sangat bermanfaat, khususnya saat mengalami bencana berat. Sebaliknya, tidak disyariatkan bertawasul dengan dzat atau kedudukan makhluk tertentu.

4- Cinta kepada Allah harus didahulukan daripada cinta terhadap apa yang dikehendaki hawa nafsu.

5- Siapa yang meninggalkan zina dan kemungkaran karena takut kepada Allah, maka Allah akan selamatkan dari bencana.

6- Siapa yang menjaga hak-hak para pekerja, Allah akan melindunginya di waktu sulit dan selamatkan dirinya dari ujian.

7- Berdoa kepada Allah disertai tawasul dengan amal saleh dapat menyingkirkan batu.

8- Berbakti kepada orang tua dan memuliakan keduanya melebih isteri dan anak-anak.

9- Hak orang yang disewa harus diperhatikan. Jangan menunda-nunda pembayaran. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

 أعطوا الأجير حقه قبل أن يجف عرقه

"Berikan hak para pegawai sebelum keringat mereka kering."

10. Disunahkan mengembangkan harta pegawai yang dia tinggalkan. Ini adalah amal mulia dan masih merupakan hak pegawai tersebut.

11. Syariat sebelum kita adalah syariat kita jika hal itu dikabarkan oleh Allah dan Rasul-Nya dalam bentuk pujian dan tidak ada petunjuk yang menghapusnya. Kisah ini disampaikan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam kepada kita dalam rangka memuji ketiga orang tersebut agar kita dapat meneladani mereka.

12. Dituntutnya keikhlasan dalam beramal, karena setiap dari mereka berkata, "Ya Allah, jika aku melakukan hal itu karena mengharap wajah-Mu, maka selamatkan kami dari apa yang kami alami."

13- Ditetapkannya sifat 'wajah' bagi Allah subhaanahu wa ta'ala tanpa bermaksud menyerupai. Allah Ta'ala berfirman, "Tidak ada sesuatupun yang menyerupai-Nya. Dia Maha Mendengar dan Maha Melihat."

 

Berikutnya kisah kayu sang peminjam yang amanah. Perhatikanlah bagaiman kita dapat mendidik anak-anak kita agar memiliki sifat amanah dan mengembalikan amanah melalui penyampaian cerita berikut?

Imam Bukhari rahimahullah meriwayatkan dalam Shahihnya, dari Abu Hurairah radhiallahu anhu, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, beliau menyebutkan bahwa seseorng dari Bani Israil meminta pinjaman kepada salah seorang dari Bani Israil sebanyak seribu dinar. Lalu orang itu berkata, "Hadirkan beberapa orang saksi yang menyaksikan ini." Maka dia berkata, "Cukuplah Allah sebagai saksi." Lalu dia berkata, "Hadirkan orang yang dapat memberikan jaminan." Dia berkata, "Cukuplah Allah sebagai jaminan." Maka dia berkata, "Engkau benar." Dia ridha dengan jaminan Allah, menunjukkan keimanan orang yang memberi hutang dan keyakinannya terhadap Allah Azza wa Jalla. 

Lalu dia memberinya seribu dinar untuk jangka waktu tertentu. Kemudian sang peminjam berlayar untuk suatu keperluan. Kemudian saat hendak kembali, dia mencari perahu yang dapat mengantarnya pulang unutk melunasi hutang pada waktunya. Namun dia tidak mendapatkan perahu. Maka dia mengambil sebatang perahu, lalu melobanginya, kemudian dia memasukkan uang seribu dinar dan sehelai surat kepada pemberi hutang. Kemudian lobang kayu tersebut dia tutup. Lalu dia pergi ke pantai dan berkata, "Ya Allah, sungguh Engkau tahu bahwa aku meminjam dari si fulan sebanyak seribu dinar. Dia telah memintaku untuk menghadirkan penjamin, lalu aku katakan 'Cukuplah Allah sebagai penjamin, lalu dia ridha Engkau (sebagai penjamin)."

Kemudian dia meminta saksi kepadaku, maka aku katakan kepadanya, "Cukuplah Allah sebagai saksi." Lalu dia ridha dengan hal itu. Kini aku tidak mendapatkan kapal yang mengantarkan aku kepadanya, sehingga aku tidak mampu (melunasi hutang) kepadanya. Maka aku titipkan kepada Engkau uang ini

Lalu dia lemparkan kayu berisi uang tersebut hingga dia terapung di tengah lautan.

Dia melemparkannya dengan keyakinan dan tawakal kepada Allah serta hatinya tenang bahwa dirinya telah menitipkan sesuatu kepada Dzat yang tidak akan menyia-nyiakan titipannya.

Kemudian orang itu kembali mencari-cari kapal yang dapat membawanya keluar dari negeri tersebut. Sementara itu orang yang memberinya hutang pergi (ke pantai) untuk melihat-lihat apakah ada kapal yang datang membawa orang yang meminjam hartanya. Ternyata dia kemudian mendapatkan sebongkah yang kayu yang didalamnya terdapat uang tersebut. Lalu dia mengambilnya dan dibawa ke keluarganya untuk dijadikan kayu bakar. Ketika dia hendak memotong kayu tersebut dengan gergaji, ternyata dia dapatkan uang tersebut dan suratnya

Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Kemudian orang yang meminjam tadi datang dengan membawa uang seribu dinar, lalu dia berkata, 'Demi Allah, sebelum ini aku tidak mendapatkan kapal yang dapat mengantarkan aku untuk membayar hutangmu." Lalu si pemberi hutang berkata, "Apakah engkau telah mengirim sesuatu untukku." Dia berkata, "Aku sudah kabarkan bahwa aku tidak mendapatkan kapal untuk mengantarkan aku kepadamu." Maka orang itu berkata, "Sesungguhnya Allah telah mengirimkan uang tersebut yang terdapat di dalam kayu yang engkau kirim. Bawalah kembali uangmu yang seribu dinar tersebut."

Maksudnya adalah bahwa ketika orang yang berhutang dapat kembali ke negerinya, dia segera mendatangi orang yang memberinya hutang dan membawa uang sebanyak seribu dinar yang lain. Karena dia khawatir, uang yang dikirim melalui kayu tidak sampai kepadanya. Maka ketika bertemu dia langsung meminta maaf dan menjelaskan keterlambatannya dalam melunasi hutangnya tepat waktu. Maka orang yang memberi hutang tersebut mengabarkan bahwa Allah Azza wa Jalla yang dijadikan orang tersebut sebagai saksi dan penjaminnya telah melunaskan hutang untuknya pada waktunya yang tepat.

Dalam hadits ini juga terdapat pelajaran tawakal kepada Allah. Siapa yang benar tawakalnya, Allah akan berikan jaminan kemenangan dan pertolongan.

Di zaman yang sangat materialis ini dan ketergantungan manusia dengan sebab, kecuali siapa yang Allah berikan rahmat, manusia sangat membutuhkan sikap untuk memperbarui keyakinannya kepada Allah dan bersandar kepadanya dalam memenuhi kebutuhannya dan menyingkirkan musibah. Kadang seseorang bergantung dengan sebab dan tunduk kepadanya serta lupa dengan sumber yang memberi sebab yang di tangan-Nya segala urusan. Dia pemilik langit dan bumi. Karena itu kita dapatkan bahwa Allah Ta'ala dalam banyak tempat di Kitab-Nya menjelaskan masalah ini, seperti dalam firman Allah Ta'ala,

وكفى بالله شهيدا (سورة الفتح: 28)

"Dan cukuplah Allah sebagai saksi." (QS. Al-Fath: 28)

وكفى بالله وكيلا  (سورة الأحزاب: 3)

"Dan bertawakkallah kepada Allah. dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara." (QS. Al-Ahzab: 3)

 أليس الله بكاف عبده (سورة الزمر: 36)

"Bukankah Allah cukup untuk melindungi hamba-hamba-Nya." (QS. Az-Zumar: 36)

Semua itu bertujuan untuk mengokohkan nilai ini dalam jiwa, agar tidak dilupakan dalam arus kehidupan. Lalu sunah mengisahkan kepada kita tentang kedua orang tersebut dari umat terdahulu yang telah memberikan contoh yang sangat baik tentang makna ini.

Kisah ini menunjukkan bahwa Allah sangat sayang dan menjaga hamba-Nya. Dia juga sangat melindungi hamba-Nya jika dia bertawakal kepadanya dan menyerahkan urusannya kepada-Nya serta lebih mendahulukan tawakal kepadanya dalam memenuhi kebutuhan-Nya. Maka seseorang harus selalu berbaik sangka, karena jika dia berbaik sangka, Allah akan lebih cepat kebaikannya kepadanya. Jika perkiraannya selain itu, maka dia telah berburuk sangka kepada Tuhannya.

Sesungguhnya, jika seorang hamba telah mencapai puncak zuhud, akan melahirkannya sifat tawakal

Jika engkau tawakal, maka yakinlah kepada Tuhanmu, dengan apa yang akan diraih dari yang kamu inginkan.

Rasulullah shallalahu alaihi wa sallam bersabda,

لَوْ أَنَّكُمْ كُنْتُمْ تَوَكَّلُونَ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرُزِقْتُمْ كَمَا يُرْزَقُ الطَّيْرُ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا .

"Jika kalian bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, niscaya kalian akan diberikan rizki sebagaimana burung diberikan rizki, berangkat di pagi hari dengan perut kosong, kembali di sore hari dengan perut kenyang."

...وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ إِنَّ اللَّهَ بَالِغُ أَمْرِهِ قَدْ جَعَلَ اللَّهُ لِكُلِّ شَيْءٍ قَدْراً (سورة الطلاق: 3)

"Dan Barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah Mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu." (QS. Ath-Thalaq: 3)

Demikian pula halnya dengan kisah yang mengajarkan sifat amanah ini.

Kisah Sekantong Emas

Sebagaimana disebutkan dalam hadits shahih, dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, seseorang membeli tanah dari orang lain. Ternyata si pembeli bahwa di tanahnya terdapat emas!!

Pembeli berkata kepada si penjual: Ambillah emasmu dari aku, sesungguhnya aku hanya membeli tanahmu dan tidak membeli emasmu.

Penjual: Sesungguhnya yang aku jual adalah tanah dan apa yang terdapat di dalamnya.

Akhirnya keduanya meminta ketetapan hukum seorang hakim.

Hakim: Apakah kalian memiliki anak?

Salah seorangnya berkata, "Saya punya anak laki-laki." Yang satunya berkata, "Saya punya anak perempuan."

Maka hakim berkata, "Nikahkan anak laki-laki tersebut dengan anak perempuan tersebut, lalu berikan itu semua kepada mereka berdua." Maka keduanya bersadaqah.

Pelajaran dari kisah itu:

1- Menunaikan amanah merupakan tuntutan, berdasarkan firman Allah Ta'ala,

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الأَمَانَاتِ إِلَى أَهْلِهَا (سورة النساء: 58)

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya." (QS. An-Nisa: 58)

3- Disyariatkannya meminta keputusan hukum kepada orang yang mengetahui Al-Quran dan Sunah. Jangan pergi ke pengadilan sipil yang hanya menghabiskan waktu dan harta. Ini sebagai pengamalan atas firman Allah Ta'ala,

فَإِنْ تَنَازَعْتُمْ فِي شَيْءٍ فَرُدُّوهُ إِلَى اللَّهِ وَالرَّسُولِ (سورة النساء: 59)

"Kemudian jika kamu berlainan Pendapat tentang sesuatu, Maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya)." (QS. An-Nisa: 59)

4- Siapa yang ridha dengan pemberian Allah, maka dia menjadi orang yang paling kaya. Berdasarkan sabda Nabi shallallahu alaihi wa sallam,

a. "Ridhailah pembagian Allah terhadapmu, maka engkau menjadi orang yang paling kaya."

b. "Bukanlah orang kaya karena banyak harta benda, tapi orang yang kaya (itu kaya) jiwa."

 

5. Rejeki yang telah ditetapkan pasti akan sampai kepada anda sesuatu waktu dan kadarnya. Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

 لو أن ابن آدم هرب من رزقه كما يهرب من الموت لأدركه رزقه كما يدركه الموت(قال الشيخ الألباني رحمه الله : رواه الطبراني في الأوسط والصغير بإسناد حسن)

"Seandainya Anak Adam lari dari rizikinya sebagaiman dia lari dari kematian, niscaya rizkinya akan mendapatinya sebagaimana kematian akan mendapatinya." (Syekh Al-Albani rahimahullah berkata, 'Diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu'jam Al-Usatsh dan Ash-Shagir, dengan sanad hasan')

1-      Setiap muslim hendaknya merasa cukup dengan harta yang halal dan meninggalkan yang haram serta mengangankan apa yang bukan haknya disertai dengan upaya mencari sebab untuk mendapatkan rizki. Dan bahwa sesungguhnya amal saleh akan mendatangkan kebahagiaan di dunia dan akhirat. Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Bertakwalah kalian kepada Allah dan bersungguh-sunggulah dalam meminta."

2-      Hukum yang adil akan mendatangkan keridhaan dua belah pihak.

3-      Tidak mengangankan sesuatu yang bukan haknya.

Bagaimana kita mendidik anak-anak kita agar merasa selalui diawasi Allah?

Kisah Ibnu Umar dan Seorang Penggembala

Kisah ini disebutkan oleh Ibnu Jauzi rahimahullah dalam Kitab Sifatush-Shafwa, 2/188.

Nafi berkata, "Aku pergi bersama Ibnu Umar ke beberapa daerah di pinggir kota. Ikut pula beberapa orang, lalu mereka membuka hidangan untuk makan. Kemudian seorang anak penggembala melewati mereka. Maka Ibnu Umar berkata kepadanya, "Ayo nak, mari makan." Anak tersebut berkata, "Saya sedang puasa." Lalu Ibnu Umar berkata, "Pada hari panas seperti ini sedangkan engkau sedang menggembala kambing di antara pegunungan, engkau berpuasa?" Sang anak menjawab, "Aku ingin memanfaatkan waktu yang senggang."

Ibnu Umar terpesona dengan anak tersebut, lalu dia berkata, "Apakah engkau bersedia menjual seekor kambing dari gembalamu, lalu akan kami sembelih dan kamu akan kami berikan makan dengan dagingnya lalu kami akan berikan uangnya."

Dia berkata, "Ini bukan milik saya, tapi milik tuan saya."

Ibnu Umar berkata, "Bukankah engkau dapat mengatakan kepadanya bahwa seekor srigala telah memangsanya."

Lalu sang anak tersebut pergi sambil mengangkat jarinya ke langit seraya berkata, "Di mana Allah?"

Maka Ibnu Umar selalu mengulang-ulang perkataan, "Si penggembala berkata, 'Di mana Allah?'. Maka setelah tiba di Madinah, beliau mengirim utusan kepada tuan anak tersebut untuk membeli budak tersebut beserta gembalanya, lalu sang budak dimerdekakan dan hewan ternaknya diberikan kepadanya.Semoga Allah merahmatinya."

(Sifatu Ash-Shafwah, 2/188)

Kisah ini mengandung pelajaran yang banyak, di antaranya;

-         Seruan bersikap dermawan. Ibnu Umar tidak hanya hendak makan-makan dengan teman-temannya tanpa mengajak sang penggembala yang lewat di depannya. Tapi dia mengajaknya untuk makan bersama mereka. Maka seorang anak yang dermawan, jika dia membawa makanan ke sekolah, atau saat berwisata, maka dia seharusnya mengajak teman-temannya dan menawarkan mereka untuk makan bersama.

-         Begitu pula dalam hal puasa, sang anak meskipun sedang melakukan pekerjaan yang berat di hari yang panas, akan tetapi dia tetap mencari pahala untuk persiapan di hari perhitungan dan pembalasan.

-         Ibnu Umar menguji amanah sang anak dan dia sangat kagum dengan jawabannya. Bahkan diriwayatkan dia menangis saat sang anak mengangkat jarinya ke langit seraya berkata, 'Di mana Allah?'

-         Adapula pelajaran lain yang sang bermanfaat, yaitu membangun hubungan kepada Allah, rasa takut kepada-Nya baik sendiri maupun ramai, menumbuhkan perasaan selalu diawasi dalam diri. Sebagaimana ungkapan sang penyair

إذا ما خلوت الدهر يوماً فلا تقل خلوت ولكن قل عليَّ رقيب

ولا تحسبن الله يغفل سـاعـةً ولا أن ما تُخفي عليه يغيب

"Jika engkau sedang sendiri, jangan katakan aku sedang sendiri, akan tetapi katakan, aku ada yang mengawasi.

Jangan kau kira Allah lalai walau sesaat, tidak ada yang tersembunyi bagi-Nya apa yang engkau sembunyikan.

Demikian pula dengan perkataan Ibnu Sammad;

Wahai orang pendosa, tidakkan engkau malu kepada Allah saat sendiri dan yang keduanya adalah Allah..

Engkau terpedaya hingga tidak tunduk kepada Tuhanmu yang menunda balasannya dan menutup aibmu sepanjang keburukanmu.

Dalam kisah ini juga terdapat pelajaran bahwa kesudahan yang baik adalah bagi orang yang memiliki sifat-sifat penggembala tersebut. Penggembala yang disebutkan dalam kisah tersebut adalah seorang pekerja yang makan dari hasil keringat sendiri dengan menggembala kambing. Selain itu dia tetap taat beribadah dengan berpuasa di siang hari yang panas. Diapun amanah, selalu merasa terawasi Allah dalam jiwanya, hubungannya kepada Allah kuat. Karena itu dia menolak pemasukan yang haram, padahal dia dapat dengan mudah mendapatkannya. Namun dia tidak memanfaatkan amalnya dan menggadaikan amanahnya serta tidak mencurinya. Maka Allah ganti sikapnya dengan kebaikan berupa pembebasan dirinya dari perbudakan oleh Ibnu Umar dan dibelikan kambing untuknya.

Dari seorang budak penggembala kambing, kini seorang merdeka memiliki harta yang banyak. Ini merupakan kebaikan yang besar. Hendaknya sang anak dididik dengan nilai-nilai tersebut, "Siapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, Dia akan menggantinya dengan yang lebih baik darinya."

Ini merupakan prinsip yang jika telah tertanam pada diri sang anak sejak kecil, niscaya akan menghindarinya dari berbagai kemunkaran dan perkara haram ketika dia sudah besar.

Mendidik Anak Agar tidak Menipu

Ketika Umar radhiallahu anhu pada masa kekuasannya melarang mencampur laban (susu) dengan air, suatu malam dia mengelilingi kota Madinah. Kemudian dia bersandar di sebuah dinding untuk beristirahat. Ternyata seorang wanita sedang berpesan kepada puterinya untuk mencampur laban dengan air. Maka sang puteri tersebut berkata, 'Bagaimana aku mencampurnya sedangkan Amirul Mukminin melarang hal tersebut." Lalu wanita tersebut berkata, "Amirul Mukminin tidak mengetahuinya." Maka sang anak menjawab, "Jika Umar tidak mengetahuinya, maka Tuhannya Umar mengetahuinya. Aku tidak akan melaksanakannya selama hal tersebut telah dilarang."

Ucapan sang anak perempuan tersebut sang berkesan di hati Umar. Maka di pagi harinya dia memanggil puteranya bernama Ashim, lalu dia ceritakan kejadiannya dan dia beritahu tempatnya, kemudian dia berkata, "Pergilah wahai anakku, nikahilah anak tersebut." Maka akhirnya Ashim menikahi puteri tersebut, dan dari perkawinan tersebut, lahirlah Abdu Aziz bin Marwan bin Hakam, kamudian darinya lahir Umar bin Abdul Aziz.

Di antara pelajaran dalam kisah ini:

1-      Kesungguhan kalangan salaf dalam mendidik anak-anak mereka.

2-      Selalu merasa diawasi Allah dalam sepi dan ramai.

3-      Tidak mengapa memberikan nasehat kepada kedua orang tua.

4-      Memilihkan suami atau isteri yang saleh bagi anak laki maupun perempuan.

Bagaimana kita mendidik anak-anak agar menjauhi kezaliman?

Imam Bukhari rahimahullah telah meriwayatkan dari Aisyah radhiallahu anha, dia berkata, "Seorang wanita hitam milik salah seorang penduduk Arab masuk Islam. Dia memiliki tempat bermalam di masjid. Dia biasanya berbincang-bincang dengan kami. Jika selesai, dia membaca sebuah syair:

Hari saat selendang menunjukkan keagungan Tuhan kami

Dengan itu, aku selamat dari negeri kufur

Ketika syair itu sering dia bacakan, maka Aisyah bertanya kepadanya, "Apakah hari selendang itu?" Dia berkata, "Suatu hari anak-anak tuanku pergi dengan membawa selendang dari kulit. Kemudian selendang itu disambar burung gagak yang menyangkanya sebagai daging. Lalu dia membawanya pergi.  Ternyata mereka menuduhku mencuri selendang tersebut. Lalu mereka menyiksaku hingga taraf mereka memeriksa qubul aku. Ketika mereka di sekitar aku yang sangat menderita,  tiba-tiba burung gagak itu datang dan menjatuhkan selendang itu di atas kepala kami, lalu mereka mengambilnya. Maka aku katakan kepada mereka, "Itulah yang kalian tuduh aku mencurinya, sedangkan aku bebas dari perbuatan tersebut." (HR. Bukhari, Fathul Bari, no. 3835)

Pelajaran dari cerita tersebut:

Dalam hadits terdapat pelajaran manfaat keluar dari negeri yang seseorang mendapatkan cobaan di dalamnya. Dengan harapan, di negeri yang baru dia mendapatkan suasana lebih baik sebagaimana yang terjadi pada wanita tersebut.

Sebagaimana hal itu Allah kabarkan,

ومن يهاجر في سبيل الله يجد في الأرض مراغماً كثيراً وسعة (سورة النساء: 100)

"Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang Luas dan rezki yang banyak." (QS. An-Nisa: 100)

2- Doa orang yang dizalimi itu dikabulkan, walaupun dia kafir. Karena berdasarkan susunan cerita, dia baru menyatakan masuk Islam setelah dirinya berada di Madinah.

3- Dibolehkan menginap dan tidur siang bagi orang yang tidak memiliki tempat tinggal, baik laki-laki maupun perempuan dengan syarat aman dari fitnah. Boleh juga menggunakan naungan di masjid seperti kemah dan semacamnya.

 

Bagaimana kita mengajarkan anak-anak untuk berlindung dari setan?

Kisab Abu Hurairah bersama setan.

Imam Bukhari rahimahullah berkata, "Dari Abu Hurairaih radhiallahu anhu, dia berkata, 'Aku ditugaskan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam untuk menjaga harta zakat Ramadan. Lalu ada seseorang datang dan mengambil makanan tersebut, maka aku menangkapnya. Aku katakan kepadanya, 'Aku adukan engkau kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.' Orang itu berkata, 'Saya membutuhkannya, saya memiliki keluarga dan sangat kesulitan." Abu Hurairah berkata, 'Maka aku lepaskan dia. Lalu di pagi hari Nabi shallallahu alaihi wa sallam berkata, 'Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawananmu malam tadi?' Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, dia mengadukan kebutuhannya yang sangat dan memiliki keluarga, maka aku kasihan kepadanya lalu aku lepaskan.' Lalu beliau berkata, 'Dia itu dusta, dan akan kembali lagi.' Maka akupun jadi tahu dia bakal kembali berdasarkan perkataan Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bahwa dia akan kembali. Lalu aku mengintainya, kemudian datanglah orang itu dan mengambil makanan, lalu aku menangkapnya. Maka aku katakan kepadanya, 'Aku akan laporkan engkau kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Dia berkata, 'Lepaskan aku, aku sangat membutuhkan dan memiliki tanggungan keluarga. Aku tidak akan kembali lagi.' Maka aku kasihan terhadapnya, lalu akupun melepaskannya. Di pagi harinya, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata kepadaku, 'Wahai Abu Hurairah, apa yang dilakukan tawananmu,' Aku berkata, 'Ya Rasulullah, dia mengadukan tentang kesulitannya dan tanggungannya. Maka aku kasihan kepadanya, lalu akupun melepaskannya.' Beliau berkata, "Dia itu dusta kepadamu, dan dia akan kembali." Maka akupun mengintainya untuk ketiga kali. Lalu orang itu datang mengambil makanan kembali. Maka akupun menangkapnya, lalu aku katakan kepadanya, 'Aku akan laporkan engkau kepada Rasulullah, ini yang ketiga dan terakhir kali. Engkau berjanji tidak kembali namun ternyata kembali. Lalu dia berkata, "Lepaskan aku, akan akan mengajarkanmu bacaan yang akan Allah jadikan bermanfaat bagimu dengannya.' Aku berkata, 'Apa itu?' Dia berkata, 'Jika engkau hendak tidur, bacalah ayat kursi, "Allahu laa ilaaha illa huwal hayyul qayyuum.....hingga selesai.' Maka engkau akan selalu dijaga Allah dan tidak didekati setan hingga pagi harinya. Maka akupun melepaskannya. Lalu di pagi harinya Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bertanya kepadaku, "Apa yang dilakukan tawananmu tadi malam?' Aku berkata, 'Wahai Rasulullah, dia mengajarkan aku bacaan yang menurutnya akan Allah jadikan bermanfaat terhadapku, maka akupun melepaskannya.' Dia berkata, 'Apa itu?' Aku katakan, 'Jika engkau hendak tidur bacalah ayat Kursy, dari awal hingga akhir, 'Allahu laa ilaaha illaa huwal hayyul qayyum...' lalu dia berkata, engkau selalu akan dilindungi Allah dan tidak akan didekati setan hingga pagi.' Sementara mereka (para sahabat) adalah orang yang sangat gemar dengan kebaikan. Maka Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam berkata, 'Kali ini dia benar kepadamu, tapi asalnya dia adalah pendusta. Tahukah engkau wahai Abu Hurairah, siapa yang engkau ajak bicara sejak tiga hari ini?' Dia berkata, 'Tidak' Beliau bersabda, 'Itu adalah setan.'

Demikianlah kita dapatkan ikhwah dan akhawat sekalian, salah satu episode pertarungan antara seorang muslim dengan setan. Dan terjadi pada sejumlah shahabat, seperti yang dialami oleh Abu Hurairah radhiallahu anhu. Dalam cerita ini memberikan banyak petunjuk, di antaranya;

1- Setan boleh jadi mengetahui apa yang bermanfaat bagi kaum muslimin.

2- Kebaikan boleh jadi diketahui makhluk durhaka, akan tetapi dia tidak dapat mengambil manfaatnya, karena dia tidak mengamalkannya. Akan tetapi kebaikan itu boleh diambil darinya.

3- Seseorang boleh jadi mengetahui sesuatu, akan tetapi dia tidak dapat mengambil manfaat darinya (mengetahui sesuatu dan tidak mengamalkannya).

4- Setan boleh jadi benar dan membenarkan sebagian dari yang dibenarkan orang beriman, namun demikian, dia tidak beriman.

5- Seorang pendusta boleh jadi suatu saat dia benar, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, "Dia benar kepadamu, walaupun dia adalah pendusta."

6- Kebiasaan setan adalah dusta, jarang sekali dia berkata benar. Istilah (كذوب) adalah untuk menunjukkan mubalaghah (sangat).

7- Setan dapat berbentuk dalam bentuk yang memungkinkan manusia untuk melihatnya. Karena Allah berfirman dalam Kitab-Nya,

إِنَّهُ يَرَاكُمْ هُوَ وَقَبِيلُهُ مِنْ حَيْثُ لا تَرَوْنَهُمْ ..  (سورة الأعراف: 27)

"Sesungguhnya ia (Iblis) dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dan suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka." (QS. Al-A'raf: 27)

Setan dan bangsanya dapat melihat kalian (manusia), sedangkan kalian manusia tidak dapat melihat mereka. Lalu bagaimana Abu Hurairah dan para shahabat dapat melihat mereka? Yaitu ketika mereka berubah wujudnya dalam wujud yang lain selain rupa dasar yang Allah ciptakan mereka. Maka ketika itu kita dapat melihatnya. Adapun dalam wujud dasarnya, tidak mungkin kita dapat melihatnya.

8- Seseorang yang mendapat tugas memelihara sesuatu dikatakan wakil. Maka dia diperintahkan untuk menjaga

Previous article Next article
Website Muhammad Rasulullah saw.It's a beautiful day