Search
Urgensi Tauhid uluhiah
Tauhid uluhiah merupakan jenis tauhid terpenting. Demi merealisasikannya, diutus para rasul, diturunkan kitab-kitab suci, dihunuskan pedang jihad dan dibedakan antara mukmin dan kafir.Syaikh Hafidz al-Hukami menyebutkan urgensi tauhid uluhiah dalam manzumah syairnya:
Yang karenanya Tuhan utus
Para rasul-Nya untuk menyeru pertama kali kepadanya
Karenanya diturunkan kitab yang menjelaskan
Dan membedakan yang berbeda
Allah menugasi rasul pilihan
Memerangi siapa yang berpaling dan menolaknya
Hingga agama murni untuk -Nya
Yang tersembunyi, nampak, detailnya dan jahilnya
Demikianlah umatnya telah ditugasi
Di dalam al-Quran hal itu dipaparkan
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah -rahimahullah- berkata menjelaskan pentingnya tauhid ibadah, "Hal itu karena ibadah kepada Allah Shubhanahu wa ta’alla adalah tujuan yang dicintai dan diridai -Nya, yang untuk itulah diciptakan makluk. Sebagaimana firman -Nya,
قال الله تعالى: ﴿وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإِنسَ إِلاَّ لِيَعْبُدُونِ﴾ [الذاريات:56]
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS.adz-Dzariyat:56)
Dan dengannya diutus semua rasul, sebagaimana ucapan Nabi Nuh dalam firman Allah:
قال الله تعالى: ﴿اعْبُدُوا اللَّهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ﴾ [الأعراف: 59]
“…Ia berkata, ‘Wahai kaumku sembahlah Allah, sekali-kali tak ada Tuhan bagimu selain-Nya.’…” (QS.al-A'raf:59)
–sampai pada perkatannya- :
Dan menjadikannya karakteristik para malaikat dan nabi. Firman -Nya,
قال الله تعالى: ﴿وَلَهُ مَنْ فِي السَّمَوَاتِوَالأَرْضِ وَمَنْ عِنْدَهُ لا يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِهِ وَلا يَسْتَحْسِرُونَ (19) يُسَبِّحُونَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ لا يَفْتُرُونَ﴾ [الأنبياء: 19- 20]
“Dan kepunyaan–Nya lah segala yang di langit, di bumi dan malaikat-malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya.” (QS.al-Anbiya:19-20)
Allah Shubhanahu wa ta’alla mencela mereka yang menyombongkan diri. Firman -Nya,
قال الله تعالى: ﴿وَقَالَ رَبُّكُمْ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ﴾ [غافر: 60]
“Dan Tuhanmu berfirman, ‘Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah -Ku akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.’” (QS.Ghafir:60)
Juga medeskripsikan hamba-Nya dengan penghambaan kepada -Nya. Firman -Nya,
فقال تعالى :﴿عَيْناً يَشْرَبُ بِهَا عِبَادُ اللَّهِ يُفَجِّرُونَهَا تَفْجِيراً ﴾ (الإنسان:6)
“(Yaitu) mata air (dalam surga) yang diminum oleh hamba-hamba Allah, yang mereka dapat memancarkannya dengan sebaik-baiknya.” (QS.al-Insan:6)
Dan firman -Nya,
قال الله تعالى: ﴿وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الأَرْضِ هَوْناً وَإِذَا خَاطَبَهُمْ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلاماً﴾ [الفرقان: 63]
"Dan hamba-hamba Tuhan yang Mahapenyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka ucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan." (QS.al-Furqan:63)[1]
Dalam riwayat yang lain beliau -rahimahullah- juga menyebutkan, "Ketahuilah bahwa kefakiran hamba terhadap Allah Shubhanahu wa ta’alla dalam mengibadahi -Nya tanpa menyekutukan -Nya dengan sesuatu pun, tidak bisa diserupakan dengan apa pun, namun dari sebagian sisi seperti kebutuhan jasad terhadap makan dan minum, meskipun di antara keduanya amat banyak perbedaan.
Sesungguhnya hakikat hamba, hati dan rohnya tidak akan baik kecuali dengan menuhankan Allah Shubhanahu wa ta’alla yang tidak ada tuhan selain -Dia. Tidak akan tenang di dunia kecuali dengan mengingat -Nya. -Dia akan menemui siapa yang berupaya sungguh-sungguh menuju -Nya. Mau tidak mau sudah pasti akan menemui -Nya. Dan tidak ada kebaikan kecuali dengan bertemu dengan -Nya.
Jika hamba mendapat kelezatan dan kesenangan dari selain AllahShubhanahu wa ta’alla, itu tidak akan abadi, hanya berpindah dari satu jenis ke jenis yang lain, dari seorang ke orang yang lain, dan nikmat yang dirasakan hanya pada sebagian waktu dan keadaan tertentu. Tak jarang yang menikmati dan mencicipi kelezatan tidak merasakan kenikmatan dan kelezatan tersebut, bahkan hanya akan menyakiti saja. Keberadaan kelezatan itu justru memudaratkannya.
Adapun dari Tuhan-nya, dia akan mendapatkannya dalam segala kondisi dan setiap saat. Dimana pun berada (keagungan) Tuhan selalu bersamanya. Karenanya imam kita Nabi Ibrahim al-Khalil mengatakan,
[لا أُحِبُّ الآفِلِينَ]
"Saya tidak suka kepada yang tenggelam."[2]
Dan dalam ayat yang paling agung[3] di dalam al-Quran menyebutkan:
قال الله تعالى: ﴿اللَّهُ لا إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَيُّ الْقَيُّومُ﴾ [البقرة: 255]
"Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan -Dia yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)…" (QS.al-Baqarah:255)[4]
Beliau -rahimahullah- juga berkata, "Tidak ada di alam raya ini yang dapat mengayomi, menenangkan dan beroleh kenikmatan saat bertawajuh kepada selain Allah Shubhanahu wa ta’allayang Maha Suci. Siapa yang beribadah kepada selain -Nya, meskipun mencintainya, mendapat kasih dunia dan merasakan sebersit kelezatan, namun itu merusaknya, bahkan kerusakannya lebih besar dari nikmat makanan beracun."[5]Beliau juga berkata, "Ketahuilah, bahwa siapa saja yang mencintai sesuatu selain AllahShubhanahu wa ta’alla, pasti disakiti oleh yang dicintainya, dan itu menjadi sebab penyiksaannya."[6]
Dan berkata, "Siapa yang mencintai sesuatu selain AllahShubhanahu wa ta’alla, penderitaan akan didapatinya, saat masih bersamanya atau tidak. Jika tidak bersamanya, tersiksa dengan perpisahan dan kepiluan. Jika bersamanya, rasa sakit yang dialami akan lebih banyak ketimbang kenikmatannya. Hal ini sudah maklum dengan realita.
Setiap yang mencintai sesuatu yang bukan karena AllahShubhanahu wa ta’alla, kerugiannya lebih banyak dari pada manfaatnya. Segala sesuatu menjadi bencana baginya. Berbeda dengan apa-apa yang karena Allah Shubhanahu wa ta’alla, itu adalah kesempurnaan dan keindahan bagi hamba.
Makna ini sebagaimana yang diriwayatkan dari Nabi Muhammad -Salallahu ‘alaihi wasallam-, bahwa beliau bersabda,
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: « الدنيا ملعونة ملعون ما فيها إلا ذكر الله وما والاه » ( رواه الترمذي وابن ماجة)
"Dunia terlaknat dan terlaknat apa-apa yang ada padanya, kecuali zikrullah dan ketaatan." [7]
Syaikh Ibnu Sa'di berkata menjelaskan pentingnya macam tauhid ini, "Tauhid ini adalah asal yang paling agung secara mutlak, paling lengkap, paling utama, dan paling wajib, demi memperbaiki manusia. Karenanyalah jin, manusia dan makluk lain diciptakan. Diwajibkan untuk menegakkannyasyariat. Keberadaannya membuat baik dan ketiadaannya menjadikan rusak. Seluruh ayat-ayat al-Quran berisi perintah untuk menunaikan hak tauhid ini, melarang dari kebalikannya, menegakkan hujah atasnya, menjelaskan mengenai balasan bagi pelakunya di dunia dan akhirat atau mengklasifikasi antara mereka dengan orang-orang musyrik."[8]
Yang juga menunjukkan akan pentingnya tauhid uluhiah, bahwa diterimanya amal bergantung padanya. Ia mengandung seluruh macam (jenis) tauhid dan semuanya masuk ke dalamnya. Siapa yang meyakininya berarti dia telah meyakini juga tauhid rububiah dan asma wasifat. Siapa yang mencukupkan dengan selainnya, belum masuk ke dalam agama Islam.
[1]Kitab Al-Ubudiah oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiah hal.39-40, penerbit Maktabah Islami.
[2](QS.al-An'am:76)
[3]Dikenal dengan nama ayatul kursi –pent.
[4]Majmu' al-Fatawa Lisyaikhil Islam Ibnu Taimiah I/24,25.
[5]Majmu' al-Fatawa Lisyaikhil Islam Ibnu Taimiah I/24.
[6]Majmu' al-Fatawa Lisyaikhil Islam Ibnu Taimiah I/28.
[7]HR.at-Tirmudzi no.2322, Ibnu Majah no.4112. at-Turmudzi berkata, hasan gharib. Dihasankan oleh al-Albani di dalam Sahih al-Jâmi' no.3414.
[8]Lihat Al-Qowaidul Hassan Lit Tafsîril Qurân oleh Ibnu Sa'di hal.192.