1. Articles
  2. Perintah dan larangan Rasulullah saw.
  3. Larangan Rasulullah saw. dari memaksakan diri dan melampaui batas dalam beridabah

Larangan Rasulullah saw. dari memaksakan diri dan melampaui batas dalam beridabah

41765 2007/11/02 2024/11/21
Article translated to : العربية עברית

larangan rasulullah saw. dari memaksakan diri dan melampaui batas dalam beridabah

 

diantara keramahan dan kelembutan rasulullah saw. terhadah umatnya ialah cara beliau dalam menasihati dan mengajari mereka, misalnya beliau mengumpulkan mereka dan menasihatinya mengenai kemungkaran yang di lakukan oleh sebagian dari mereka,  hal ini adalah bentuk teguran dan pengingkaran terhadap tindakan kekeliruan yang di lakukan oleh sebagian dari mereka, terkadang rasulullah saw. menyinggung tindakan mereka dengan cara yang halus atau dengan isyarat, seperti sabdanya: "ada apa dengan kaum tersebut". atau mengapa keadaan kaum itu seperti itu?.

sebagaimana yang di riwayatkan oleh imam bukhari dan muslim dalam kitab shahihnya masing-masing, sebuah hadits dari periwayatan aisyah radhiyallahu'anha ia mengatakan: "rasulullah saw. melakukan sesuatu dan memberikan keringanan di dalamnya, kemudian kaum menjauhkan diri dari hal  tersebut, dan hal tersebut telah sampai kepada rasulullah saw. maka beliau saw. berpidato dan memuji allah swt.:"mengapa kaum menjauh (atau memandang rendah) dari  sesuatu yang saya perbuat, demi allah swt. sesungguhnya saya leibh mengetahui dari mereka karena allah swt., dan saya lebih khusyu' di bandingkan dengan mereka".[1] muttafaqun 'alaih (di sepakati oleh bukhari dan muslim).

dari anas bin malik radhiyallahu'anhu ia mengatakan: "telah datang tiga orang menemui isteri rasulullah saw.mereka menanyakan mengenai ibadah rasulullah saw. kemudian ketika mereka telah di beritahukan mengenai ibadah rasulullah saw. maka mereka (seolah-olah) sangat sedikit ibadahnya (tidak ada bandingannya dengan ibadah rasulullah saw.), maka mereka mengatakan: bagaimana dengan kita jika di bandingkan dengan (ibadah) rasulullah saw. sementara allah swt. telah mengampuni dosa beliau yang terdahulu dan yang akan datang, salah seorang diantara mereka mengatakan: saya akan menghidupkan malam seluruhnya (shalat malam tanpa tidur), yang lain mengatakan: saya akan berpuasa sepanjang masa dan tidak akan berbuka, dan yang lain mengatakan: saya akan menghindari wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya, kemudian rasulullah saw. datang dan bertanya: apakah kalian yang mengatakan begini dan begini? sesungguhnya saya  lebih bertakwa dan lebih khusyu' kepada allah swt. di bandingkan kalian, akan tetapi saya tetap berpuasa dan saya juga berbuka, saya juga shalat dan istirahat (berbaring), dan saya juga menikahi perempuan, maka barangsiapa yang tidak suka dengan sunnahku maka dia bukan dari umatku".[2] muttafaqun 'alaih (di sepakati oleh bukhari dan muslim).

dalam fathul baari  ibn hajar rahimahullah mengatakan: "yang di maksud dengan kata "sunnah" ialah jalan atau cara (rasulullah saw.), sementara kalimat raghabah 'ani ssyai'  ialah berpaling darinya atau tidak mengikutinya (kalimat ini adalah penggalan dari teks asli hadits yang tertera di atas), maksudnya ialah barang siapa yang tidak mengikuti jalanku (yaitu jalan rasulullah saw.) dan mengambil jalan selainku, maka ia bukan dari umatku, kejadian tersebut berisyarat tentang (mereka) yang memilih jalan rahbaaniyah (kerahiban atau kependetaan)…sementara jalan rasulullah saw. adalah jalan yang penuh dengan ketoleransian dan keumurahan hati, beliau saw. berbuka agar kuat berpuasa kembali, beliau tidur atau istirahat agar kuat untuk beribadah atau shalat malam, dan beliau saw. menikah untuk mengontrol syahwatnya (kepada perempuan) serta untuk mensucikan dirinya dan memperbanyak keturunan.

teguran yang beliau saw. lakukan secara langsung kepada tiga orang tersebut yang terdapat dalam hadits menandakan bahwa betapa besar perhatian beliau saw. terhadap (umatnya) khususnya kepada mereka bertiga, dan membantu mereka agar tidak bosan atau jenuh dan berubah keadaannya, maka diantara keramahan dan kelembutan rasulullah saw. terhadap mereka ialah beliau saw. menjelaskan kepada mereka mengenai cara atau jalan menuju surga, dan jika mereka mengikutinya mereka akan memasukinya (surga), dengan hal ini maka sempurnalah tujuan atau maksud, dan tercapailah hal yang di inginkan dari melakukan ibadah.

 



[1]  shahih imam bukhari (10/513/  hadits 6101), muslim di pembahasan mengenai al fadhaail (4/1829/ hadits 2356), ahmad di al musnad (45/6), dan syarhu sunnah oleh al baghawi (1/199-200/ hadits 100).

 

[2] shahih imam bukhari (6/104/ hadits: 5063) dan muslim di pembahasan mengenai nikah (3/1030/ hadits 1404).  

larangan rasulullah saw. dari memaksakan diri dan melampaui batas dalam beridabah

 

diantara keramahan dan kelembutan rasulullah saw. terhadah umatnya ialah cara beliau dalam menasihati dan mengajari mereka, misalnya beliau mengumpulkan mereka dan menasihatinya mengenai kemungkaran yang di lakukan oleh sebagian dari mereka,  hal ini adalah bentuk teguran dan pengingkaran terhadap tindakan kekeliruan yang di lakukan oleh sebagian dari mereka, terkadang rasulullah saw. menyinggung tindakan mereka dengan cara yang halus atau dengan isyarat, seperti sabdanya: "ada apa dengan kaum tersebut". atau mengapa keadaan kaum itu seperti itu?.

sebagaimana yang di riwayatkan oleh imam bukhari dan muslim dalam kitab shahihnya masing-masing, sebuah hadits dari periwayatan aisyah radhiyallahu'anha ia mengatakan: "rasulullah saw. melakukan sesuatu dan memberikan keringanan di dalamnya, kemudian kaum menjauhkan diri dari hal  tersebut, dan hal tersebut telah sampai kepada rasulullah saw. maka beliau saw. berpidato dan memuji allah swt.:"mengapa kaum menjauh (atau memandang rendah) dari  sesuatu yang saya perbuat, demi allah swt. sesungguhnya saya leibh mengetahui dari mereka karena allah swt., dan saya lebih khusyu' di bandingkan dengan mereka".[1] muttafaqun 'alaih (di sepakati oleh bukhari dan muslim).

dari anas bin malik radhiyallahu'anhu ia mengatakan: "telah datang tiga orang menemui isteri rasulullah saw.mereka menanyakan mengenai ibadah rasulullah saw. kemudian ketika mereka telah di beritahukan mengenai ibadah rasulullah saw. maka mereka (seolah-olah) sangat sedikit ibadahnya (tidak ada bandingannya dengan ibadah rasulullah saw.), maka mereka mengatakan: bagaimana dengan kita jika di bandingkan dengan (ibadah) rasulullah saw. sementara allah swt. telah mengampuni dosa beliau yang terdahulu dan yang akan datang, salah seorang diantara mereka mengatakan: saya akan menghidupkan malam seluruhnya (shalat malam tanpa tidur), yang lain mengatakan: saya akan berpuasa sepanjang masa dan tidak akan berbuka, dan yang lain mengatakan: saya akan menghindari wanita dan tidak akan menikah selama-lamanya, kemudian rasulullah saw. datang dan bertanya: apakah kalian yang mengatakan begini dan begini? sesungguhnya saya  lebih bertakwa dan lebih khusyu' kepada allah swt. di bandingkan kalian, akan tetapi saya tetap berpuasa dan saya juga berbuka, saya juga shalat dan istirahat (berbaring), dan saya juga menikahi perempuan, maka barangsiapa yang tidak suka dengan sunnahku maka dia bukan dari umatku".[2] muttafaqun 'alaih (di sepakati oleh bukhari dan muslim).

dalam fathul baari  ibn hajar rahimahullah mengatakan: "yang di maksud dengan kata "sunnah" ialah jalan atau cara (rasulullah saw.), sementara kalimat raghabah 'ani ssyai'  ialah berpaling darinya atau tidak mengikutinya (kalimat ini adalah penggalan dari teks asli hadits yang tertera di atas), maksudnya ialah barang siapa yang tidak mengikuti jalanku (yaitu jalan rasulullah saw.) dan mengambil jalan selainku, maka ia bukan dari umatku, kejadian tersebut berisyarat tentang (mereka) yang memilih jalan rahbaaniyah (kerahiban atau kependetaan)…sementara jalan rasulullah saw. adalah jalan yang penuh dengan ketoleransian dan keumurahan hati, beliau saw. berbuka agar kuat berpuasa kembali, beliau tidur atau istirahat agar kuat untuk beribadah atau shalat malam, dan beliau saw. menikah untuk mengontrol syahwatnya (kepada perempuan) serta untuk mensucikan dirinya dan memperbanyak keturunan.

teguran yang beliau saw. lakukan secara langsung kepada tiga orang tersebut yang terdapat dalam hadits menandakan bahwa betapa besar perhatian beliau saw. terhadap (umatnya) khususnya kepada mereka bertiga, dan membantu mereka agar tidak bosan atau jenuh dan berubah keadaannya, maka diantara keramahan dan kelembutan rasulullah saw. terhadap mereka ialah beliau saw. menjelaskan kepada mereka mengenai cara atau jalan menuju surga, dan jika mereka mengikutinya mereka akan memasukinya (surga), dengan hal ini maka sempurnalah tujuan atau maksud, dan tercapailah hal yang di inginkan dari melakukan ibadah.

 



[1]  shahih imam bukhari (10/513/  hadits 6101), muslim di pembahasan mengenai al fadhaail (4/1829/ hadits 2356), ahmad di al musnad (45/6), dan syarhu sunnah oleh al baghawi (1/199-200/ hadits 100).

 

[2] shahih imam bukhari (6/104/ hadits: 5063) dan muslim di pembahasan mengenai nikah (3/1030/ hadits 1404).  

Previous article Next article
Website Muhammad Rasulullah saw.It's a beautiful day