1. Articles
  2. Perintah dan larangan Rasulullah saw.
  3. Perintah dan larangan Rasulullah saw. tentang adab atau etika dan tata cara meminta izin

Perintah dan larangan Rasulullah saw. tentang adab atau etika dan tata cara meminta izin

12164 2007/11/02 2024/12/22
Article translated to : العربية עברית

perintah dan larangan rasulullah saw.

tentang adab atau etika dan tata cara meminta izin

 

 

            rasulullah saw. mengajarkan para sahabatnya bagaimana tata cara meminta izin,  yaitu jika salah seorang dari mereka menziarahi saudaranya  seyogyanya terlebih dahulu dia menyampaikan salam penghormatan dan menyebutkan namanya (ketika sedang mengetuk pintu), serta tidak berdiri di depan pintu karena bisa melihat hal-hal yang terdapat di dalam rumah yang tidak pantas untuk di lihat,  akan tetapi berdiri di depan pintu dengan memiringkan badan ke kanan atau ke kiri.

 

            ika rasulullah saw. melihat seseorang melanggar hal tersebut maka beliau saw. menasihatinya bahkan terkadaang beliau saw. menegurnya dengan teguran yang keras bahkan terkadang beliau saw. memukulnya jika ia memang pantas untuk mendapatkan hukuman tersebut, akan tetapi jika ia tidak berhak mendapatkan hukuman tersebut maka beliau saw. hanya cukup dengan menasihatinya dengan menjelaskan kesalahannya dan memberitahukan yang benar sebagaimana dalam tahiyat  (penghormatan).

 

            dari jabir bin abdullah radiyallahu ‘anhu  berkata: “ aku mendatangi rasulullah saw. untuk permasalah hutang ayahku, maka aku mengetuk pintu, maka rasulullah saw. bertanya: siapa itu? aku menjawab: saya, maka beliaupun saw. berkata: saya, saya! seolah-olah beliau  tidak menyukai jawaban tersebut “.  (hr. bukhari dan muslim). dan lafaznya terdapat di shahih bukhari, sementara lafadz yang terdapat di shahih muslim ialah: “ maka beliau saw. keluar dan mengatakan: saya, saya!”.

 

ibn hajar rahimahullah memberikan komentar terhadap hadits ini, beliau mengatakan: “ibn jauzi mengatakan: sesungguhnya sebab rasulullah saw. membenci perkataan : saya, karena perkataan ini di dalamnya seolah-olah terdapat suatu sifat kesombongan, seolah-olah orang yang mengatakannya ingin berkata: sayalah orang yang tidak perlu saya sebut nama saya dan nasabku.

 

imam nawawi rahimahullah mengatakan: “dengan dia hanya mengatakan ‘saya’ maka hal tersebut tidak akan mendatangkan faidah, tidak ada tambahan akan tetapi masih tetap samar, akan tetapi dia harus menyebutkan namanya, dan jika ia mengatakan: ‘saya adalah si fulan’ maka hal tersebut tidak mengapa, sebagaimana yang di katakan oleh ummu hani “.

 

dan dari abi jara jabir bin salim radiyallahu ‘anhu beliau berkata: ‘ aku melihat seseorang yang orang-orang menjadikan pandangannya sebagai rujukan, dia tidak mengatakan sesuatu kecuali mereka mengambil darinya, aku bertanya: siapa ini? mereka menjawab: beliau adalah rasulullah saw. maka aku mengatakan: ‘alaika ssalam ya rasulullah’  (atasmu salam wahai rasulullah) dua kali, maka beliau saw. mengatakan: jangan kamu mengatakan ‘alaika’  karena perkataan ‘alaika ssalam’ adalah penghormatan terhadap mayat, katakanlah: assalaamu ‘alaika  (kesalamatan bagimu). (hr. abu daud, dan di shahihkan oleh syekh al baani: 4084).

 

Previous article Next article
Website Muhammad Rasulullah saw.It's a beautiful day