1. Articles
  2. DIINUL-HAQ
  3. MENGENAL ALLAH SANG PENCIPTA YANG MAHA AGUNG

MENGENAL ALLAH SANG PENCIPTA YANG MAHA AGUNG

Under category : DIINUL-HAQ
23372 2013/11/04 2024/11/17

Ketahuilah -wahai manusia yang berakal- sesungguhnya Rabb yang menciptakan anda dari mulanya tidak ada dan telah memelihara anda dengan nikmat-Nya adalah (Allah) Rabb semesta alam. Dan orang-orang yang berakal mereka beriman kepada Allah Yang Maha tinggi[[1]], mereka tidak melihat-Nya dengan mata kepala mereka, namun mereka telah melihat bukti-bukti yang menunjukkan akan keberadaan-Nya, dan bahwa Dia adalah Pencipta yang Mengurus semua yang ada, mereka mengenal-Nya dengan bukti-bukti itu. Diantara bukti-bukti itu adalah :

Bukti pertama :

Keberadaan manusia dan kehidupan: adalah sesuatu yang baru yang memiliki permulaan dan akhir, membutuhkan pada yang lain. Sedangkan sesuatu yang baru dan butuh kepada yang lain adalah makhluk, dan makhluk tentu ada yang menciptakannya, dan Pencipta (Khalik) yang Maha Agung ini adalah ( Allah ).

Dan Allah sendiri telah mengabarkan akan Dzat-Nya  yang Suci, bahwasanya Dialah Pencipta (Khalik), Yang Mengurus semua yang ada, dan kabar ini datangnya dari Allah Ta’ala dalam kitab-kitab-Nya, yang telah diturunkan kepada para Rasul-Nya.

Dan Rasulullah telah menyampaikan Firman-Nya kepada manusia, mengajak mereka untuk beriman dan beribadah hanya kepada-Nya.

Allah Ta’ala telah berfirman dalam kitab-Nya yang Agung:

 

"Sesungguhnya Rabb kalian semua adalah Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dalam masa enam hari, kemudian Dia bersemayam diatas Arsy.Dia menutupkan malam pada siang yang mengikutinya dengan cepat, dan (diciptakannya pula( matahari, bulan dan bintang-bintang (masing-masing) tunduk pada perintah-Nya, Ingatlah menciptakan dan memerintah itu hanyalah hak Allah, Maha suci Allah Rabb semesta alam ." (QS. Al A`raaf:;54)

Makna global ayat yang mulia ini: “Allah mengabarkan kepada seluruh manusia bahwa Dia adalah Rabb yang telah menciptakan mereka dan menciptakan langit dan bumi dalam enam hari[1] dan mengabarkan bahwa Dia Bersemayam diatas Arsy-Nya.[2]

Arsy berada diatas langit, dan Arsy itu merupakan makhluk yang tertinggi dan terluas, Dan Allah berada diatas Arsy ini, Allah bersama seluruh makhluk dengan Ilmu, Pendengaran dan Penglihatan-Nya.

Tidak ada sesuatu urusan makhlukpun yang tersembunyi dari-Nya, dan Allah yang Maha Perkasa mengabarkan bahwa Dia menjadikan malam menutup siang dengan kegelapannya, kemudian siang mengikutinya dengan cepat, Diapun mengabarkan bahwa Dia menciptakan matahari, bulan dan bintang-bintang, semuanya tunduk dan berjalan diatas peredarannya dengan perintah Allah, dan Allah mengabarkan juga bahwa hanya bagi-Nya urusan penciptaan dan pengaturan alam semesta ini, Dia  yang Maha Sempurna; Dzat dan sifat-sifat-Nya, yang memberikan kebaikan yang banyak dan terus-menerus, dan Dialah Rabb alam semesta yang menciptakan dan memelihara mereka dengan nikmat-Nya.

Allah Ta’ala Berfirman :

 

“ Dan sebagaian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah malam, siang, matahari dan bulan . Janganlah bersujud kepada matahari dan janganlah (pula) kepada bulan,tapi bersujudlah pada Allah, yang menciptakannya,  jika kamu hanya kepada-Nya berserah diri ." (QS, Fushshilat:37)

Makna global ayat yang mulia:

Allah Ta’ala mengabarkan bahwa diantara tanda yang menunjukkan akan kekuasaan-Nya adalah : malam dan siang, matahari dan bulan dan Allah melarang untuk sujud kepada matahari, dan bulan karena keduanya adalah makhluk sebagaimana makhluk yang lainnya, makhluk itu tidak layak untuk diibadahi, sedangkan sujud termasuk jenis ibadah. Dan pada ayat ini Allah memerintahkan manusia, sebagaimana memerintahkan yang  lain, supaya mereka hanya bersujud kepada-Nya saja, karena Dialah Pencipta, Pengatur yang berhak diibadahi.

Bukti kedua:

Bahwa dia telah menciptakan laki-laki dan perempuan: keberadaan perempuan dan lelaki adalah sebagai bukti akan adanya Allah.

Bukti ketiga:

Perbedaan bahasa dan warna kulit: tidak pernah didapati dua orang yang suaranya satu atau warna kulitnya sama, tapi pasti ada perbedaan antara keduanya.

Bukti keempat:

Perbedaan nasib: Yang ini kaya, yang ini miskin, yang ini pemimpin dan yang itu yang dipimpin (rakyat) padahal mereka semuanya sama-sama memiliki akal, pikiran dan ilmu. Manusia menginginkan sesuatu yang tidak bisa dicapai, seperti; kaya, kemuliaan, istri yang cantik, namun tidak ada seorangpun yang mampu mencapai sesuatu kecuali yang telah di takdirkan Allah untuknya, hal itu karena hikmah yang besar yang telah dikehendaki Allah Subahanahu wa taala. Dan diantara hikmah perbedaan nasib; adalah menguji sebagian manusia dengan sebagian yang lain dan agar sebagian manusia menjdai pelayan bagi sebagian yang lain sehingga tercipta keseimbangan hidup bagi semua manusia.

Dan bagi yang tidak ditakdirkan oleh Allah bernasib baik didunia, Allah mengabarkan bahwa Dia akan memberikan kepada mereka keberuntungan yang lebih baik, yaitu; kenikmatan di surga jika ia mati dalam keadaan beriman kepada Allah, sungguhpun demikian Allah telah memberi orang fakir suatu keistemewaan yang bisa dinikmati jiwa dan kesehatan, yang kebanyakan tidak didapatkan oleh orang-orang  yang kaya dan ini merupakan kebijaksanaan dan keadilan Allah .

 

Bukti kelima:

Tidur dan mimpi benar yang Allah tampakkan didalamnya kepada orang yang tidur suatu perkara ghaib sebagai berita gembira atau peringatan.

Bukti keenam:

Keberadaan ruh dimana tidak ada yang mengenal hakikatnya selain Allah saja.

Bukti ketujuh:

Manusia, berikut anggota tubuhnya berupa panca indra, urat saraf, otak, alat pencernaan dan selainnya.

Bukti kedelapan:

Allah menurunkan hujan pada tanah yang tandus lalu muncul tumbuh-tumbuhan serta pepohonan beraneka ragam bentuk, corak, manfaat dan rasanya. Ini merupakan sedikit diantara ratusan bukti yang Allah Ta’ala sebutkan dalam Al Qur’an  dan yang Dia kabarkan bahwa semua itu merupakan bukti kuat akan eksistensi Allah dan bahwa Dialah Pencipta sekaligus Pengatur seluruh makhluk yang ada.

Bukti kesembilan:

Fitrah yang Allah ciptakan pada manusia mengakui akan eksistensi Allah sebagai Pencipta dan Pengaturnya. Siapa yang mengingkari hal itu berarti dia hanya mencelakakan dirinya sendiri. Orang atheis misalnya, hidup di dunia ini dalam keadaan celaka sedang tempat kembalinya kelak setelah kematian adalah neraka sebagai balasan mendustakan Rabbnya yang telah menciptakan dirinya dari awalnya tidak ada dan memeliharanya dengan berbagai nikmat. Kecuali kalau dia mau bertaubat dan beriman kepada Allah, agama serta Rasul-Nya.

Bukti kesepuluh:

Keberkahan, yaitu: pertambahan yang cepat pada sebagian makhluk, seperti; kambing. Sebaliknya  kegagalan reproduksi pada sebagian binatang, seperti; anjing dan kucing. 

Diantara sifat Allah Ta’ala adalah ada-Nya tanpa permulaan, Hidup terus menerus, tidak akan mati dan tidak akan berakhir, Maha Kaya, berdiri sendiri, tidak membutuhkan yang lain serta Maha Esa tanpa sekutu. Allah Ta’ala berfirman:

 

“Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Katakanlah: “Dia-lah Allah Yang Maha Esa. Allah adalah Dzat yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan. Dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.” (QS.Al Ikhlas:1- 4)

Makna ayat:

Tatkala orang-orang kafir bertanya kepada Rasulullah r tentang sifat Allah maka Allah menurunkan surat ini seraya memerintahkan kepada beliau untuk menyatakan kepada mereka: Allah itu Esa tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah itu Dia-lah Yang Maha Hidup Abadi lagi Maha Mengatur. Bagi-Nya semata kekuasaan mutlak atas alam semesta, manusia dan segala sesuatu. Hanya kepada-Nya saja seluruh manusia wajib kembali dalam rangka memenuhi segala kebutuhan mereka.

Dia tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Tidak benar Dia mempunyai putra atau putri, ayah atau ibu. Bahkan Dia sangat menafikan itu semua dari diri-Nya dalam surat ini demikian pula pada surat yang lain. Sebab berketurunan dan beranak pinak merupakan sifat makhluk. Allah telah membantah ucapan kaum Nasrani: “Al Masih itu anak Allah” dan ucapan kaum Yahudi: “Uzair itu anak Allah. Serta ucapan yang menyatakan: “Malaikat putri Allah” dan Dia mengecam keras ucapan bathil ini.

Allah mengabarkan bahwa Dia menciptakan Al masih Isa u dari seorang ibu tanpa ayah dengan kuasa-Nya sebagaimana Dia menciptakan Adam bapak manusia dari tanah. Sebagaimana pula Dia menciptakan Hawa dari tulang rusuk Adam lalu tiba-tiba Adam melihat Hawa telah berada di sampingnya. Kemudian menciptakan anak keturunan Adam dari air mani laki-laki dan perempuan. Allah menciptakan segala sesuatu dari mulanya tidak ada. Dan  setelah itu Dia menciptakannya sesuai dengan sunnah dan aturan yang telah Dia tetapkan bagi semua makhluk-Nya, dan tak seorangpun mampu merubahnya. Jika  Allah menghendaki merubah aturan ini maka Dia ubah sesuai kehendak-Nya sebagaimana Dia mewujudkan Isa ‘alaihissalam dari seorang ibu tanpa bapak. Sebagaimana Dia menjadikan Isa mampu berbicara di buaian sebagaimana pula Dia merubah tongkat Musa ‘alaihis salam  menjadi seekor ular yang bergerak-gerak. Tatkala Musa memukulkan tongkat tersebut ke laut maka lautpun terbelah dan menjadi sebuah jalan yang bisa dilewati Musa beserta kaumnya. Sebagaimana Allah mampu membelah bulan sebagai mukjizat penutup para Rasul, Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, menjadikan pohon bisa mengucapkan salam kepada beliau ketika melewatinya. Dia menjadikan hewan bersaksi atas kerasulan beliau di hadapan beliau dengan suara yang bisa didengar manusia. Hewan itu berkata: Aku bersaksi engkau utusan Allah. Beliau pernah diperjalankan di atas Buraq dari masjid Haram ke masjid Al Aqsa. Kemudian beliau dimi’rajkan ke langit ditemani malaikat Jibril hingga sampai ke langit. Lalu Allah ta’ala berbicara kepada beliau dan mewajibkan shalat atas beliau. Kemudian kembali ke masjid Al Haram di bumi. Beliau melihat di perjalanan para penghuni langit. Semua itu terjadi hanya dalam tempo semalam sebelum terbit fajar. Kisah Isra’ Mi’raj ini masyhur baik di Al Qur’an, hadits maupun buku-buku sejarah.

Diantara sifat Allah ta’ala: Mendengar, melihat, ilmu, qudrah (kuasa), iradah (kehendak). Dia mendengar dan melihat segala sesuatu. Tidak ada hijab apapun yang menghalang-halangi pendengaran dan penglihatan-Nya.

Allah mengetahui apa yang ada di dalam rahim dan apa yang tersembunyi dalam dada, apa yang telah terjadi dan yang akan terjadi. Dialah yang Maha Kuasa lagi Maha berkehendak yang jika menghendaki sesuatu tinggal berkata: “Kun” (Jadilah) maka terjadi.

Diantara sifat Allah Ta’ala yang Dia sifatkan untuk diri-Nya: Berbicara sesuai apa yang dikehendaki-Nya dan kapan saja Dia berkehendak. Allah telah berbicara kepada Musa ‘alaihis salam berbicara kepada Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam dan Al Qur’an merupakan kalam Allah baik huruf maupun maknanya yang Dia turunkan kepada Rasul-Nya Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jadi ia merupakan satu sifat diantara sifat-sifat-Nya. Bukan makhluk sebagaimana yang dikatakan kelompok Mu’tazilah yang sesat.

Diantara sifat Allah Ta’ala yang Dia sifatkan bagi diri-Nya dan disifatkan pula oleh Rasul-Nya: wajah, dua tangan, istiwa’ (bersemayam), turun[2], ridha dan marah. Allah ridha terhadap hamba-hamba-Nya yang mukmin dan murka terhadap orang-orang kafir serta orang-orang yang mengerjakan hal-hal yang mengakibatkan murka-Nya. Ridha dan murka-Nya sebagaimana sifat-sifat yang lain, tidak serupa dengan sifat makhluk, tidak boleh dita’wilkan dan dijelaskan kaifiyyatnya.

Dinyatakan dalam Al Qur’an dan As Sunnah bahwa orang-orang mukmin kelak melihat Allah ta’ala dengan mata kepala di padang mahsyar dan di surga. Sifat-sifat Allah ta’ala disebutkan secara rinci dalam Al Qur’an dan hadits-hadits Rasul r maka hendaknya anda merujuk kepadanya.

 



[1]] Ta’ala kata pengagungan dan pujian untuk Allah, Dia disifati dengan ketinggian dan kesucian dari segala kekurangan, dan kata: subhaanahu artinya: Maha Suci Allah dan terbebas dari segala kekurangan.

1] Tahapan dalam penciptaan, karena hikmah yang dikehendaki oleh Allah, padahal Dia mampu menciptakan seluruh makhluk lebih cepat dari kejapan mata, sebab Dia telah memberitakan jika berkehendak untuk menciptakan sesuatu cukup dengan mengatakan “Jadilah” maka jadilah.

2]Istiwa’ dalam bahasa arab -yang merupakan bahasa Al-Qur’an- maknanya : Diatas dan tinggi, sedangkan istiwa’ (bersemayamnya) Allah diatas Arsy-Nya sesuai dengan kebesaran-Nya, dan tidak ada yang tahu akan bagaimana istiwa’Nya selain Dia. Dan bukanlah maknanya menguasai kerajaan, sebagaimana anggapan orang-orang yang sesat yang mereka mengingkari hakikat dari sifat yang Allah sifatkan bagi Diri-Nya, dan yang disifatkan oleh Rasul-Nya, karena anggapan bahwa  jika mereka menetapkan sifat Allah atas hakikatnya, mereka menyerupakan-Nya dengan makhluk-Nya, dan ini merupakan anggapan yang keliru, karena penyerupaan itu adalah jika dikatakan : “ dia itu menyerupai begini atau dari sifat-sifat makhluk-Nya. Adapun menetapkan sifat dari sisi yang layak dengan Allah dengan tidak menyerupakan, mengumpamakan, membagaimanakan, dan meniadakan makna, dan menta’wilkan itu adalah cara yang ditempuh para Rasul yang diikuti oleh ulama salaf shaleh. Itulah kebenaran yang seharusnya orang yang beriman berpegang teguh dengannya, sekalipun kebanyakan manusia meninggalkannya.

 

[2] Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahwa Allah turun ke langit dunia pada sepertiga malam terakhir.

Previous article Next article
Website Muhammad Rasulullah saw.It's a beautiful day