Search
AKHLAK NABI SHALALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM
Kemulian akhlak adalah engkau menjadikan semua orang merasa bahwa engkau mencintai mereka. Bahkan menjadikan setiap orang merasa bahwa mereka adalah orang yang paling engkau cintai dalam hatimu, apakah kiranya dirimu sanggup untuk seperti ini?
Sesungguhnya engkau masih bisa mengendalikan hatimu dengan sarana dan cara yang paling bagus, karena seperti itulah akhlak panutan dan sanjungan kita Muhammad Shalallahu 'alaihi wa sallam. Sekarang mari kita tengok hari-hari bersama teladan kita tersebut.
Diriwayatkan dari Amr bin al-Ash, beliau berkata: 'Adalah kebiasaan Rasulallah menerima lawan bicaranya sambil menghadapkan wajahnya, sampai-sampai aku mengira bahwa akulah orang yang paling beliau cintai. Hingga pada suatu hari aku tanyakan pada beliau; 'Ya Rasulallah, siapakah yang lebih engkau cintai, aku atau Abu Bakar? Abu Bakar, jawabnya. Lantas aku tanyakan kembali: 'Ya Rasulallah, siapa yang lebih engkau cintai aku atau Umar? Umar, jawabnya. Aku tanya lagi: 'Ya Rasulallah, siapa yang lebih engkau cintai, aku atau Utsman? Utsman, jawab beliau. Tatkala Rasulallah menyatakan itu semua maka aku berangan-angan sekiranya aku tidak lagi menanyakannya'. Kisah ini sebagaimana yang ada dalam kita Syama'il Muhammadiyah karya Imam at-Timridzi.
Dalam khabar diatas menjelaskan pada kita bahwa Amr bin al-Ash menyangka kalau dirinya adalah orang yang paling dicintai dan paling dekat kedudukannya dihati Rasulallah Shalallahu 'alaihi wa sallam.
Barangkali Anda bertanya, bagaimana Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam mampu menata hati sedemikan tingginya? Bahkan mampu menguasi hati musuh-musuhnya.
Berikut ini, kajian untukmu sebagian syama'il dan akhlak beliau secara ringkas, semoga Allah menganugerahi kita semua untuk bisa mencontoh dan meneladani beliau dengan sebaik-baiknya.
Beliau adalah orang yang sangat pemalu, dimana beliau mengatakan: "Aku adalah orang yang sangat pemalu". Tidak pernah memandang pada seseorang sambil melotot, tidak berbuat kasar, menerima udzur orang yang memintanya, bercanda namun tidak mengatakan melainkan benar, kadang tertawa namun tidak sampai terbahak-bahak. Sabar terhadap orang yang mengangkat suara padanya, tidak pernah meremehkan orang miskin karena kemiskinannya, tidak pernah memukul seorang pun melainkan ketika berjihad dijalan Allah, tidak pernah marah terhadap suatu perbuatan melainkan bila larangan Allah diterjang, tidak membalas kejelekan dengan kejelekan akan tetapi mema'afkan dan membiarkan. Beliau biasa memulai salam kepada siapa saja yang dijumpainya, apabila bertemu dengan para sahabatnya, beliau memulai untuk berjabat tangan kemudian menggenggam hangat tangan lawannya.
Beliau duduk dimana akhir majelis itu berada, memuliakan orang yang bertamu kepada beliau, sampai terkadang beliau menggelar bajunya sebagai alas duduk, mendahulukan tamu dengan bantal duduk, kalau sekiranya tamunya enggan maka beliau sedikit memaksa agar mau menerimanya.
Beliau memberi setiap orang yang duduk dimajelisnya, semua bagianya, dari mulai menghadapkan muka padanya, mendengar, melihat dan berbicara padanya.
Beliau biasa memanggil para sahabatnya dengan kunyahnya dalam rangka memuliakan dan menyenangkan hati mereka. Sangat jauh dari sifat pemarah, akan tetapi paling cepat untuk merasa ridho.
Beliau orang yang sangat baik kepada orang lain, diriwayatkan dari Anas radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan: 'Bahwa pernah ada seorang wanita yang datang kepada Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam, sembari mengatakan: 'Aku sedikit membutuhkanmu'. Maka beliau menjawab: 'Duduklah dijalan Madinah mana saja yang kamu sukai, aku akan mengikutimu'. HR Bukhari dan Muslim.
Maka dengan bahasa yang ringkas dan luas maknanya, akhlak beliau adalah al-Qur'an. Oleh karena itu Allah Ta'ala memujinya, sebagaimana yang tercantum dalam firmanNya:
قال الله تعالى: ﴿ وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٖ ﴾ (سورة القلم : 4) .
"Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung". (QS al-Qolam: 4).
Oleh karenanya, barangsiapa yang ingin melihat petunjuk agama ini secara nyata dalam bentuk keseharian, maka lihatlah dalam sejarah perjalanan hidup beliau Shalallahu 'alaihi wa sallam, sambil mempelajari dan memahami serta mentadaburinya. Demi bapak ibuku sebagai tebusannya. Cukup untuk menggambarkan itu semua, bahwa kelak pada hari kiamat semua orang mengatakan; 'Diriku, diriku', namun justru beliau memikirkan umatnya seraya berkata; 'Umatku, umatku'.
Seorang penyair mengatakan:
Duhai orang yang mengingatkanku janji kekasihku
Habis sudah lisan ini menyebut kebaikan dirimu
Tak bosan aku mengingat dirimu dalam kesendirian
Kisah sang kekasih sungguh menyenangkan
Tulang ini telah penuh olehmu, kelu bibir mensifatimu
Hati ini begitu merindu tatkala menyebutmu
Senantiasa jiwa ini mencoba terbang, karena rindu
Duhai, sekiranya hati ini mampu melayang padamu