1. Articles
  2. Perintah dan larangan Rasulullah saw.
  3. Karakter/ciri-ciri orang yang memerintahkan yang Makruf dan melarang yang mungkar

Karakter/ciri-ciri orang yang memerintahkan yang Makruf dan melarang yang mungkar

15205 2007/11/02 2024/11/21
Article translated to : العربية

karakter/ciri-ciri

orang yang memerintahkan yang makruf dan melarang yang mungkar

 

      karakter atau ciri-ciri orang yang memerintahkan yang makruf dan melarang yang mungkar , sekalipun rasulullah saw. sering  mendapatkan penolakan dan kebosanan dari sebagian orang, akan tetapi mayoritas dari mereka menerima nasihat rasulullah saw. dan mereka berubah dari orang yang sering berbuat kemungkaran ke perbuatan yang makruf, dari perbuatan yang salah ke hal yang benar.

      jika anda memperhatikan mengenai lafadz-lafadz yang di pergunakan, begitupun cara serta etika yang di pakai oleh rasulullah saw. dalam memerintahkan yang makruf dan melarang yang mungkar, akan di temukan tentang rahasia di terimanya dakwah beliau saw., begitupun perubahan yang terjadi pada kehidupan orang-orang yang berada di sekitarnya, yang terbebas dari warisan adat-adat (jahiliah) kemudian mereka menerima kebenaran dengan hati yang tenang dan ikhlas.

      rahasia keberhasilan rasulullah saw. dalam berdakwah ialah karena rasulullah saw. menghiasi dirinya dengan sifat-sifat yang agung dan mulia yang tercermin dalam interaksi beliau saw. bersama dengan orang lain, dan hal ini sangat perlu di perhatikan oleh para da'i kebenaran yaitu menghiasi dirinya dengan sifat-sifat tersebut dalam memerintahkan yang makruf, melarang yang mungkar atau dalam berdakwah, dan diantara sifat-sifat atau karakter tersebut yang di kutip dari sejarah rasulullah saw. secara global ialah: mempunyai ilmu terhadap apa di perintahkan dan apa yang di larang, pendapat yang jitu, pandai, ramah terhadap orang lain, tidak melecehkan , mengumpat, mempersulit, atau kasar dan selainnya, dan insya allah, kita akan bahas hal ini secara terperinci.

pembahasan mengenai sifat-sifat tersebut secara terperinci (1):

pertama: ilmu.  

      orang yang memerintahkan yang makruf dan melarang yang mungkar atau orang yang mengerjakan pekerjaan tertentu,  harus mempunyai ilmu akan hal tersebut, maka ia harus mengetahui dengan sedetail-detailnya terhadap apa yang di perintahkan dan yang di larang, sehingga ia tidak melarang orang-orang yang di dakwahinya dari hal-hal yang di halalkan oleh allah swt. atau merubah terhadap apa yang mubah terhadap manusia , atau diam dan tidak menjelaskan apa yang di haramkan.

      oleh karena itu syarat yang pertama ialah ilmu, kata ilmu di sini bukan hanya sebatas ilmu tentang hal memerintahkan yang makruf dan melarang yang mungkar, akan tetapi kata ilmu di sini lebih luas maknanya, karena meliputi ilmu tentang tekhnik-tekhnik berdakwah dan ilmu retorika dalam mendakwahi masyarakat, karena pemahaman setipa orang tidak sama rata, oleh karena itu allah swt. meletakkan buat kita kaidah yang sangat pokok dan urgen dalam berdakwah yaitu allah swt. berfirman:

"serulah (manusia) kepada jalan tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (qs. an nahl: 125).

      diantara  manusia ada yang sangat mudah untuk di dakwahi karena ia mempunyai tingkat intelektual dan akhlak yang lurus,  dan diantara manusia ada yang hatinya kacau dan mereka akan mengetahui kesalahnnya jika di dakwahi dengan cara yang baik dan penuh hikmah, dan diantara manusia ada yang tidak akan baik dan tidak akan lurus watatknya kecuali dengan berjidal (berdebat) dengan mereka.

      akan tetapi orang-orang mukmin berdebat dengan cara yang paling baik, karena mereka tidak di tuntut untuk membujuk atau memuaskan mereka, yang di tuntut adalah hanya  mengerahkan segala kemampuan mengusahakan sebab dan mendakwahi mereka kebajikan,  karena ilmu mempunyai posisi yang sangat penting dan agung dalam kehidupan para da'i, mereka mengharapkan pahala  allah swt. dan memberikan motivasi (kepada orang lain) akan hal tersebut, bahkan mewajibkan mereka untuk mencari hal tersebut, karena hal ini terambil dari firman allah swt. yang berbunyi:

"mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. (qs. at taubah: 122).

ibn abbas radhiyallahu'anhumaa berkata mengenai penafsiran ayat ini: " berangkat dari setiap kampung arab suatu kelompok, kemudian mereka mendatangi rasulullah saw. dan bertanya kepada beliau terhadap apa yang mereka inginkan dari hal-hal yang berkaitan dengan agama mereka, dan untuk memahami agama mereka, mereka mengatakan kepada nabi saw : "apa yang baginda perintahkan untuk kami lakukan, dan beritakan kami tentang apa yang akan kami perintahkan keluarga kami jika kami kembali kemereka, ia (ibn abbas) berkata: maka rasulullah saw. memerintahkan mereka untuk ta'at kepada allah dan rasul-nya, dan mereka di utus ke kaum mereka dengan shalat, zakat dan jika mereka telah mendatangi kaumnya  mereka di perintahkan untuk mengajak mereka ke dalam agama islam, memperingati mereka dengan neraka, dan memberikan berita gembira dengan surga". 4.

kedua: beramal terhadap apa yang di ketahui.

      syarat yang kedua terhadap orang yang memerintahkan kebaikan dan melarang kepada yang mungkar atau orang yang bertugas kepada suatu pekerjaan tertentu yaitu hendaknya ia beramal sesuai dengan yang di ketahuinya sebagai bentuk realisasi terhadap perkataannya, sehingga jujur dalam perkataannya dan pekerjaannya.

allah swt. telah menghina orang yang mempunyai sifat munafik atau sifat kontradikisi, allah swt. berfirman:

"mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebaktian, sedang kamu melupakan diri (kewajiban) mu sendiri, padahal kamu membaca al kitab (taurat)? maka tidaklah kamu berpikir?". (qs. al baqarah: 44).5.

sebagaimana juga allah swt. mencela orang yang memerintahkan yang makruf dan melarang yang mungkar sementara perbuatannya berbeda dengan perkataannya, allah swt. berfirman:

"wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan? amat besar kebencian di sisi allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan". (qs. ahs shaaf: 2-3).6.

sunnah atau hadits-hadits rasulullah saw. juga mencela orang-orang yang  mempunyai sifat seperti ini.

dari usamah bin zaid radhiyallahu'anhu ia berkata: aku mendengar rasulullah saw. bersabda: "akan datang seseorang nanti di hari kiamat kemudian ia di letakkan di neraka, maka terbuka usus perutnya, maka ia berkeliling dengannya seperti layaknya keledai yang berkeliling di medan tempur, maka para penghuni neraka berkumpul kepadanya dan bertanya: wahai anu, kamu kenapa? bukankah kamu telah memerintahkan yang makruf dan melarang yang mungkar? maka ia menjawab: iya saya telah memerintahkan yang makruf akan tetapi aku tidak mengerjakannya, dan saya melarang dari yang mungkar dan saya mengerjakannya." (di riwayatkan oleh imam ahmad bin hanbal di dalam kitabnya al musnad).

      alangkah mengherankannya keadaan orang yang mempunyai sifat yang seperti ini, di masukkannya ke dalam api neraka menunjukkan bahwa ia senantiasa melakukan maksiat di dunia seperti seokar keledai yang sedang berkeliling dan ususnya keluar, dan di masukkannya ke dalam api neraka adalah suatu dalil bahwa allah swt. , akan memunculkan apa yang tersembunyi darinya di dunia dan hal-hal jelek atau maksiat yang tersembunyi yang ia lakukan, sementera berkumpulnya para penghuni neraka mengelilinginya adalah bentuk penghinaan untuknya, sebagaimana manusia melakukan manipulasi di dunia maka allah swt. akan mempermalukannya di akhirat.

      maka tidak cukup dengan penyampaian yang baik kecuali dengan merealisasikan apa yang di katakan, dan melaksanakan apa yang ia perintahkan, abu darda' mengatakan: "kecelakaan orang yang tidak mengetahui (ia mengatakannya sekali) dan kecelakaan bagi orang yang mengetahui dan tidak mengerjakanya (ia mengatakannya tujuh kali)".7.

malik bin dinar rahimahullah mengatakan: '' sesungguhnya seorang alim jika ia tidak mengamalkan apa yang di ketahuinya, maka akan menyimpang nasihatnya dari hatinya, sebagaimana menyimpang tetesan dari kemurnian".8.

      imam al ghazali rahimahullah mengatakan: "sesungguhnya menunjuki orang lain kepada hidayah adalah cabang untuk petunjuk, demikianpula meluruskan orang lain adalah cabang untuk suatu konsisten (kelurusan), dan perbaikan adalah zakat dari bagian perdamaian, maka barangsiapa yang tidak bisa mempebaiki dirinya maka bagaimana ia bisa memperbaiki orang lain, bagaimana mungkin akan lurus bayang-bayang jika fisiknya bengkok".9.

      alangkah indahnya apa yang di katakan oleh abu al aswad ad du'ali rahimahullah dalam menyinggung terhadap orang yang memerintahkan yang makruf dan melupakan dirinya, orang tersebut bagaikan seorang dokter yang mengobati penyakit sementara dirinya sendiri sedang sakit:

wahai yang menjadi pengajar buat orang lain  *   

 bukankah engkau adalah orang yang berilmu

kau memberikan obat terhadap orang yang sakit  *

 bagaimana mungkin dia akan sehat sementara kamu sendiri orang yang sakit.

ketiga: ikhlas.

      maka sudah seharusnya orang yang memerintahkan yang makruf , yang melarang dari yang mungkar, penasihat, pembimbing dan setiap orang yang  ingin di terima amalnya harus ikhlas kepada allah swt. terhadap apa yang di katakannya dan yang di lakukannya, karena allah swt. tidak menerima amal perbuatan kecuali yang di kerjakan dengan ikhlas karenanya:

"sesungguhnya allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa". (qs. al maaidah: 27).

      artinya allah swt. hanya akan menerima amal perbuatan baik orang-orang yang ikhlas mengerjakannya karena-nya.

      dalam kitab hidaayatul mursyaadin oleh syekh ali mahfudz rahimahullah di katakan:

"seyogyanya para da'i menghiasi dirinya dengan etika-etika yang syar'iah, dan ikhlas ketika berdakwah kepada allah swt. sehingga ia bisa menjadi pewaris nabi, dan alim rabbaanian, dan ia harus mengetahui bahwasanya tidak akan berkumpul rasa ikhlas di hati dengan cinta kepada pujian serta tamak untuk mendapatkan apa yang ada di tangan orang lain kecuali (perumpamaannya) seperti berkumpulnya api dan air, kadal dan ikan paus, jika jiwamu menceritakanmu untuk mencari keikhlasan, maka pertamkali terimalah dengan penuh ketamakan, dan sembelihlan dengan pisau keputus asaan, dan terimalah pujian serta zuhudlah terhadapnya, dengan kezuhudan cinta dunia terhadap akhirat, jika anda telah sempurna menyembelih ketamakan dan kezuhudan dalam hal pujian maka akan mudah bagi anda untuk ikhlas". 11.

      maka seyogyanya para da'i dan yang lain melatih dirinya untuk ikhlas dalam perbuatannya dan perkataannya, dengan maksud mengharapkan ridho allah swt. dan bukan mengharapkan sanjungan atau pujian dan bukan juga mengharapkan pangkat atau kedudukan. boleh jadi jika anda membaca hadits ini, bisa akan menjadi penghalang buat anda dari hal-hal yang dapat mengganggu keikhlasan anda seperti sifat ujub dan riya'.

      dari abi hurairah radhiyallahu'anhu ia berkata: "aku mendengar rasulullah saw. bersabda: orang yang pertama di hakimi di hari kiamat ialah orang orang yang mati syahid, maka di datangkan orang tersebut kemudian di beritahu tentang karunia allah swt. maka ia mengetahuinya, dan di tanya: apa yang telah engkau lakukan sehingga mendapatkan nikmat seperti itu? ia menjawab: aku telah berperang karena-mu sampai aku mati syahid, dia menjawab: kau berbohong, akan tetapi kamu berperang agar di katakan bahwa  fulan (kamu) berani , dan hal tersebut telah di katakan, kemudian di perintahkan dan di tarik wajahnya kemudian di lemparkan ke neraka, dan orang yang mempelajari suatu ilmu dan mengajarkarkannya dan membaca al qur'an maka orang tersebut di datangkan lalu di beritahukan tentang nikmat allah swt. maka ia mengetahuinya, di tanya: apa yang kamu lakukan padanya (sehingga kamu meraih pahala atau nikmat tersebut)? ia menjawab: aku mempelajari ilmu dan aku mengajarkannya dan aku membaca al qur'an karena-mu, dia menjawab: kau berbohong, akan tetapi kamu belajar agar di katakan sebagai orang pintar, dan kamu membaca al qur'an agar kamu di sebut sebagai qaari', dan hal tersebut telah di katakana (di dunia), kemudian di perintahkan dan di tarik wajahnya kemudian di lemparkan ke neraka, dan seseorang yang telah di berikan oleh allah swt. keluasan rizki dan telah di berikan berbagai jenis harta, maka ia datang dengannya maka di beritahukan nikmat allah swt. maka ia mengetahuinya, di tanya: apa yang telah kau lakukan padanya? ia menjawab: aku tidak pernah meninggalkan suatu jalan yang aku senang berinfak di dalamnya kecuali aku berinfak di dalamnya karena-mu, dia berkata: kau berbohong, akan tetapi kamu melakukannya agar di sebut sebagai orang yang dermawan, dan telah di sebut (di dunia), kemudian di perintahkan dan di tarik wajahnya kemudian di lemparkan ke dalam api neraka".1 2.

      hukuman dan azab yang akan di terima oleh para pengajar, penasihat atau da'i sangat besar di bandingkan dengan orang yang selainnya jika mereka tidak memiliki sifat ikhlas, oleh karena itu sifat ikhlas adalah suatu syarat yang harus ada di dalam diri orang-orang yang mempunyai peran seperti yang di sebutkan di atas (hal ini bukan cuma di khususkan untuk orang-orang tersebut akan tetapi untuk semua muslim harus ikhlas karena allah swt. jika melakukan suatu kebaikan), banyaknya amal perbuatan baik itu memerintahkan kepada yang makruf, melarang dari yang mungkar, serta menasihati dan amal-amal baik yang lain tidak akan berfaidah jika di lakukan dengan tidak ikhlas mengharap pahala allah, maka perbuatan yang di lakukan tanpa ikhlas karena allah swt. maka  allah swt. akan menjadiknnya di hari kiamat amal tersebut sia-sia, allah swt. berfirman:

"barangsiapa mengharap perjumpaan dengan tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada tuhannya". (qs. al kahfi: 110).13.

      sulaiman ad daraani mengatakan: "alangkah bahagianya orang yang mempunyai satu langkah yang dia tidak melakukannya kecuali karena mengharap ridho allah swt.

      umar bin khattab radhiyallahu'anhu mengirim surat kepada abu musa al asy'ari radhiyallahu'anhu: barangsiapa yang ikhlas niatnya karena allah swt. maka allah akan menjaganya antara dia dengan orang lain".

      ayyub as sakhtiani mengatakan: niat yang ikhlas terhadap hamba lebih keras dari seluruh amal perbuatan".

      namun yang harus di perhatikan ialah bukan termasuk syarat, nanti anda di katakan ikhlas jika nasihat anda di terima oleh masyarakat, artinya jika masyarakat atau orang lain tidak menerima dakwah atau nasihat anda bukanlah termasuk aib terhadap keikhlasan anda. karena tidak ada seorangpun yang lebih ikhlas dari para nabi allah dalam mendakwahi kaum mereka, bersamaan dengan hal ini akan di hadapkan seorang nabi pada hari kiamat sementara pengikutnya cuma satu orang, dan ada yang mempunyai tiga orang pengikut, dan ada yang lebih dari jumlah tersebut, bahkan ada yang tidak punya pengikut sama sekali, agar lebih jelas kami akan menceritakan mengenai kisah penduduk sebuah kampung, yang di ceritakan oleh allah swt. dalam surah yaasin yang allah swt. telah mengutus dua orang rasul untuk mereka, akan tetapi mereka mendustakannya, kemudian allah swt. memperkuat dakwah mereka dengan mengutus rasul ketiga, namun mereka tetap mendustakan ketiga rasul tersebut, sementara ketiga rasul tersebut adalah orang-orang yang sangat ikhlas dalam dakwahnya dan tidak ada yang beriman kecuali hanya satu orang, allah swt. berfirman:

"dan buatlah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu penduduk suatu negeri, ketika utusan-utusan datang kepada mereka", (yaitu) ketika kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya, lalu kami kuatkan dengan utusan yang ketiga, maka ketiga (utusan itu) berkata: sungguh kami adalah orang-orang yang di utus kepadamu". (qs. yaasin: 12-13).14

      kemudian allah swt. menjelaskan bahwa tidak ada yang beriman kepada mereka kecuali cuma satu orang yaitu:

"sesungguhnya aku telah beriman kepada tuhanmu, maka dengarkanlah (pengakuan keimanan)ku, di katakan (kepadanya) "masuklah ke surga, dia (laki-laki itu) berkata , alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui, apa yang menyebabkan tuhanku memberi ampun kepadaku, dan membuatku termasuk orang-orang yang di muliakan". (qs. yaasin: 25-27).15

      ketahuilah wahai yang memerintahkan kebaikan dan yang melarang hal-hal yang mungkar bahwasanya keikhlasan adalah suatu syarat di terimanya amal, dan tidak di terimanya nasihat dan dakwahnya oleh orang-orang bukanlah suatu aib terhadap keikhlasannya, karena manusia menerima orang yang menarik perkataannya baik itu orangnya ikhlas atau orang musyrik, orangnya baik atau fasik.

      oleh karena itu para da'i dan yang lain seyogyanya meletakkan hal ini di depan matanya, dan tidak terperdaya dengan banyaknya orang yang celaka dan sedikitnya orang yang menerimanya, serta tidak memberikan peluang terhadap setan untuk memperdayakannya sehingga ia ragu terhadap niatnya yang ikhlas karena orang tidak menerima dakwahnya yang baik, anda tidak berkewajiban kecuali hanya mengusahakan sebab  dengan cara-cara yang di syari'atkan yang di sertai dengan keikhlasan kepada allah swt. dan hanya allahlah yang memberi petunjuk.

keempat: amanah (jujur dan bertanggung jawab).

      artinya orang yang memerintahkan yang makruf dan melarang yang mungkar, harus mempunyai sifat amanat atau tanggung jawab dalam menyampaikan dan melaksanakan apa yang di perintahkan oleh allah swt. dengannya:

”sesungguhnya kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, akan tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat tersebut dan khawatir mereka tidak akan melaksanakannya (berat), lalu di pikullah amanat itu oleh manusia. sungguh manusia itu amat zalim dan sangat bodoh". (qs. al ahzaab: 72).16

      allah swt. telah memberikan amanat kepada anak cucu adam, khususnya para da'i yang mengajak kepada agama allah swt. (islam), mereka memikul amanat yaitu menyampaikan agama ini, mereka adalah orang-orang kepercayaan allah swt. di muka bumi ini untuk menyampaikan apa yang di perintahkan-nya dan yang di larang-nya dengan bentuk yang sempurna tanpa ada penambahan dan pengurangan sedikitpun, di antara sifat amanat terhadap da'i dan yang lain ialah menyampaikan apa yang telah allah swt. tugaskan untuknya dari perintah-nya dan larangan-nya dalam setiap keadaannya, bukan sebaliknya kalau dia semangat di sampaikan kalau tidak dia diam.

      maka dia harus bertanggung jawab dan terpercaya terhadap  yang telah memberinya kepercayaan, dan bukan sebaliknya yaitu ia memerintahkan yang baik jika mendukung keinginannya dan tidak melarang yang mungkar jika bertentangan dengan hawa nafsunya".

      tidak di ragukan lagi bahwa menyia-nyiakan amanat adalah termasuk tanda-tanda datangnya hari kiamat, karena rasulullah saw. bersabda: "yang pertama sekali di angkat dari manusia adalah amanat, sehingga di katakan bahwasanya di kampung itu ada si fulan yang terpercaya". atau sebagaimana yang telah di sabdakan oleh rasulullah saw.

      ibn mas'ud radhiyallahu'anhu mengatakan: "bagaimana  kalian dapat mendidik yang kecil, menghormati yang tua dan mengikuti sunnah jika kalian telah terselimuti oleh fitnah, …dan mereka bertanya: kapan hal tersebut? beliau menjawab: jika telah berkurang amanat kalian sementara pemimpin kalian banyak, ahli fiqhi kalian sedikit sementara qaari' kalian banyak, dan tidak memahami tentang agama, dan mencari dunia dengan pekerjaan akhirat".7.

      tidak ada yang paling indah terhadap orang yang telah di beri tanggung jawab atau amanat kecuali melaksanakan amanat tersebut dengan baik dan sempurna, sehingga tanggung jawabnya terlaksana dan terbebas dari kebencian dan kemarahan allah swt. , allah swt. berfirman terhadap orang yang menambah dan mengurangi serta menyia-nyiakan amanat :

" dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang di sebut-sebut oleh lidahmu secara dusta "ini adalah halal dan ini adalah haram" untuk  mengada-adakan kebohongan terhadap allah swt. sesungguhnya orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap allah swt. tidak akan beruntung". (qs. an nahl: 116). 18.

      bagaimanamungkin sifat ini bukan suatu yang sangat urgen terhadap para da'i sementara mereka adalah orang yang memerintahkan orang-orang untuk berbuat adil, baik dan melaksanakan amanat, dan melarang mereka dari melakukan penipuan, dusta, mengurangi timbangan dan menyia-nyiakan hak, oleh karena itu setiap kemungkaran yang telah di larang oleh allah swt.

      maka para da'i haruslah yang terlebih dahulu menghindarinya, dan segala kebaikan yang telah di perintahkan oleh allah swt. maka para da'ilah yang seharusnya terlebih dahulu menghiasi dirinya dengan hal tersebut dan merealisasikannya.

kelima: bersabar.

      sudah semestinya bagi orang yang memerintahkan kebaikan dan melarang yang mungkar atau para da'i untuk mempunyai sifat sabar jika mendapatkan ejekan atau siksaan dari orang-orang yang ia dakwahi, karena tidak akan mungkin perkataan anda, larangan anda dan perintah anda akan di terima oleh semua orang, dan tidak akan menjadi seperti air yang segar di hati semua orang, akan tetapi akan di terima oleh sebagian orang dan boleh jadi sebagian yang lain menolak anda secara diam-diam, dan boleh jadi sebagian yang lain akan menyakiti anda dengan perkataannya dan perbuatannya, oleh karena itu sangat sesuai dengan keadaan jika seorang da'i kebenaran bersabar dalam menghadapi setiap siksaan dan ejekan dari orang-orang.

      allah swt. telah mengisahkan ke kita tentang wasiat luqman kepada anak-anaknya yang berkaitan dengan hal tersebut:

”wahai anakku! laksanakanlah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting'. (qs. luqman: 17).19.

allah swt. berfirman:

"demi masa. sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. " (qs. al ashr: 1-3).20

      dan allah swt. menghibur rasul-nya dengan menyebutkan keadaan rasul-rasul sebelum dia, serta apa yang telah menimpa mereka, akan tetapi mereka tetap bersabar dengan siksaan yang di lakukan oleh orang-orang serta pendustaan mereka terhadap mereka (rasul-rasul), allah swt. berfirnan:

"dan sesungguhnya telah didustakan (pula) rasul-rasul sebelum kamu, akan tetapi mereka sabar terhadap pendustaan dan penganiayaan (yang dilakukan) terhadap mereka, sampai datang pertolongan allah kepada mereka. tak ada seorangpun yang dapat merobah kalimat-kalimat (janji-janji) allah. dan sesungguhnya telah datang kepadamu sebahagian dari berita rasul-rasul itu". (qs. al an'aam: 34). 21

      maka tidak pantas bagi seorang da'i , penasihat dan pengajar dan lain-lain membalas celaan-celaan yang di terimanya dengan kebencian juga,  dan contoh yang paling ideal buat mereka dalam hal ini adalah rasul kita muhammad saw. karena telah banyak merasakan siksaan dan hinaan ketika berdakwah di jalan allah swt., akan tetapi beliau saw. tidak pernah merasa dendam dan benci, kita akan menceritakan di sini satu dari contoh-contoh kejadian yang di alami rasulullah saw. ketika berdakwah dan hal ini sudah menjadi cukup sebagai teladan dan bisa di jadikan ibrah (pelajaran) bagi para da'i.

      di riwayatkan oleh imam bukhari dan muslim dari aisyah radhiyallahu'anha bahwasanya dia bertanya kepada rasulullah saw.: apakah telah datang kepada baginda suatu hari yang lebih keras dari hari peperangan uhud? beliau saw. menjawab: aku telah mendapati dari kaummu –yaitu kafir quraisy- dan kejadian yang paling keras yang aku dapati dari mereka ialah hari yang penuh rintangan di thaif, ketika aku menawarkan diriku kepada abdu yaalail bin abdu kalal –tuan bani tsaqif- akan tetapi beliau tidak menerima apa yang aku inginkan, maka aku berangkat dengan wajah yang sangat sedih, maka falam astafiq kecuali setelah saya di al qarni atstsa'aalib, maka aku mengangkat kepalaku tiba-tiba aku melihat awan yang menaungi saya, maka aku memandang tiba-tiba aku melihat jibril as. maka ia berkata: sesungguhnya allah swt. telah mendengar perkataan kaummu terhadapmu dan penolakan mereka terhadapmu, sungguh telah di utus kepadamu malaikat penjaga gunung agar engkau memerintahkannya sesuai dengan keinginanmu terhadap mereka, maka malaikat gunung memanggilku ia mengucapkan salam kepadaku dan berkata: wahai muhammad! sesungguhnya allah swt. telah mendengarkan perkataan kaummu terhadapmu dan saya adalah malaikat (penjaga) gunung, dan tuhanku telah mengutusku kepadamu agar engkau memerintahkanku, maka apa yang engkau inginkan? jika kamu ingin saya akan menimpakan mereka al akhsyabin (dua gunung), maka rasulullah saw. menjawab: "akan tetapi aku mengharapkan agar allah swt. mengeluarkan dari tulang rusuk mereka  (keturunan) yang menyembah allah swt.  yang maha esa, dan tidak ada sekutu bagi-nya".

      alangkah indah dan mulianya akhlak yang seperti ini, yang tidak membalas kejahatan dengan kejahatan, dan hal ini yang sangat perlu di perhatikan bahkan wajib bagi para da'i, penasihat dan yang lain untuk menghiasi dirinya dengan sifat ini, setiap da'i menginginkan agar dakwahnya berpengaruh di kalangan masyarakat, dan terhadap perkataannya ada yang mendengarkannya, terhadap perintahnya ada yang menta'atinya, dan terhadap larangannya di jauhi.

 

 

keenam: ramah dan lemah lembut terhadap orang lain.

      seorang yang memerintahkan yang makruf dan melarang dari yang mungkar hatinya harus di penuhi dengan rasa kasih sayang, ramah dan berlemah lembut, karena ia bermaksud dengan perintah dan larangannya sebagai nasihat terhadap mereka, meluruskan akhlak mereka yang tidak lurus, oleh karena itu dia harus bersikap lemah lembut dan ramah terhadap mereka, sehinggga mereka bagaikan seorang ayah terhadap anak-anaknya, seperti seorang saudara terhadap saudara-saudaranya, dan seperti seorang sahabat yang jujur terhadap sahabat-sahabatnya, dan meneladani rasulullah saw. yang allah swt. telah berfirman mengenai haknya:

" maka disebabkan rahmat dari allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada allah. sesungguhnya allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-nya". (qs. ali 'imran : 159). 22.

di surah yang lain allah swt. berfirman tentang nabi-nya:

"sungguh telah datang kepadamu seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin". (qs. at taubah: 128). 23

 

dalam surah yang lain:

"serulah (manusia) kepada jalan tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. sesungguhnya tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk". (qs. an nahl: 125). 24.

"dan katakanlah kepada hamha-hamba-ku: "hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang lebih baik (benar). sesungguhnya syaitan itu menimbulkan perselisihan di antara mereka. sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia". (qs. al israa': 53). 25.

      agar lebih jelas mengenai perintah berlemah lembut dan bersikap ramah dalam al qur'an, ialah perintah allah swt. kepada musa 'alaihi ssalam agar mendakwahi fir'aun

Previous article Next article
Website Muhammad Rasulullah saw.It's a beautiful day