1. Articles
  2. Kesyirikan Pada Kaumnya Nabi Musa alaihissalam
  3. Kedua: Kesyirikannya, Dengan Menyembah Berhala

Kedua: Kesyirikannya, Dengan Menyembah Berhala

2702 2014/09/13 2024/10/04

        Akan tetapi dalam masalah ini terjadi silang pendapat dikalangan para ulama, setidaknya menjadi dua kubu.


       Pendapat pertama mengatakan, "sesungguhnya Fir'aun itu disembah bukan menyembah. Dengan berpijak pada qiro'ah ayat, yang artinya, "Dan meninggalkan kamu serta peribadatan padamu?". Dan berdalil dengan ucapan Fir'aun, "Akulah Tuhanmu yang paling tinggi".  Pendapat ini diriwayatkan dari sebagian ulama salaf, namun, sanadnya diragukan.[1]


        Pendapat kedua mengatakan, "Sesungguhnya Fir'aun menyembah patung dan berhala sambil mengklaim kalau dirinya memiliki kemampuan rububiyah".[2] Dan diantara berita yang disebutkan tentang Fir'aun ialah:

 

  1. Bahwa Fir'aun adalah penyembah berhala sedangkan kaumnya menyembah dirinya.
  2. Sesungguhnya Fir'aun menyembah sapi yang memiliki postur yang indah.[3] Dijelaskan oleh Imam Ibnu Katsir, 'Berkata Sudi ketika menjelaskan firman Allah ta'ala: "Dan meninggalkan kamu serta tuhan-tuhanmu?". Dan tuhan-tuhannya -seperti disandarkan kepada sahabat Ibnu Abbas- mereka apabila melihat ada seekor sapi yang rupawan maka Fir'aun menyuruh kaumnya untuk menyembah sapi tersebut.[4]
  3. Dijelaskan oleh Imam Thabari dalam tafsirnya, 'Telah sampai kabar kepadaku kalau Fir'aun biasa menyembah sesembahan secara sembunyi-sembunyi'.[5]
  4. Diriwayatkan oleh Imam Thabari dari al-Hasan, beliau mengatakan, "Sesungguhnya Fir'aun memiliki mutiara yang dipakai dilehernya yang biasa ia sembah dan bersujud padanya".[6]
  5. Imam ar-Razi menjelaskan, "Fir'aun adalah seorang athies yang mendustakan keberadaan pencipta. Dirinya mengatakan, "Sesungguhnya pengatur alam semesta yang berada dibawah adalah para bintang, adapun benda yang ada dialam semesta ini untuk penciptanya dan bagi golongan tersebut yang turut mengatur. Jika demikian pemahaman Fir'aun maka tidak jauh kemungkinan untuk dikatakan kalau dirinya memiliki berhala dengan bentuk arca bintang-bintang tersebut, yang biasa ia sembah dijadikan sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepadanya, selaras dengan agamanya para pengagung bintang"[7].
  6. Dalam kesempatan lain, beliau menerangkan, "Atau bisa juga dikatakan, kalau dirinya termasuk orang yang mempunyai pemahaman filsafat yang menyakini dengan alasan wajib yang harus dikerjakan bukan pelaku yang mendapat pilihan. Kemudian dirinya menyakini kalau kedudukanya sama seperti Tuhan untuk daerah kekuasaanya dari segi mendapat peribadatan dari kaumnya, yang menguasai penuh urusan mereka".[8]

 

  1. Ada kemungkinan pula untuk mengatakan, "Sesungguhnya Fir'aun memiliki pemahaman hulul, yang menyakini bahwa dzatnya Allah menyatu dengan tubuh manusia, dimana Allah ta'ala bersatu dengan tubuh tersebut yang kedudukannya sama dengan ruh bagi setiap badan orang. Sehingga dengan kemungkinan-kemungkinan tersebut dia menamakan dirinya sebagai Tuhan".[9]

 

         Oleh karena ini Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah menyatakan tatkala beliau ingin membandingkan antara ucapan penganut keyakinan Wihdatul wujud dengan madzhabnya Fir'aun, beliau mengatakan, "Orang yang mengingkari adanya pencipta diantara mereka adalah orang yang sombong yang banyak menyembah sesembahan, tapi sama sekali tidak mau menyembah Allah azza wa jalla. Sampai kiranya mereka mengatakan, "Sesungguhnya alam semesta ini ada dengan sendirinya, adapun bagian yang lain merupakan unsur dari partikel-partikel yang lain".

        Dan mereka mengatakan, "Sehingga sangat mungkin sekali lagi bermanfaat manakala kita menyembah bintang, berhala dan yang semisalnya".

       Oleh sebab itu, hakekat ucapan Wihdatul wujud yang menisbatkan dirinya kepada Islam adalah ucapanya Fir'aun, dan saya telah menelanjangi pemikiran mereka, dan menjelaskan tentang hakekat madzabnya Fir'aun, sampai ada yang mengabarkan kepadaku dari orang yang bisa dipercaya ucapannya tentang ucapan sebagaian kelompok ekstrim mereka yang menyatakan secara terang-terangan, bahwa kami berada diatas ucapannya Fir'aun.

         Oleh karena itu, tidak heran jika mereka begitu mengagungkan Fir'aun didalam buku-bukunya, dan begitu memuliakan dalam banyak tempat. Dimana mereka tidak pernah menjadikan adanya pencipta bagi alam semesta, tidak pula menetapkan adanya Rabb yang mengatur seluruh makhluk. Mereka hanya menjadikan keberadaan benda dialah penciptanya, sehingga dengan pemahaman semacam itu mereka membolehkan untuk menyembah segala sesuatu, dan mereka mengatakan, "Barangsiapa yang menyembahnya maka dirinya telah menyembah Allah".


         Dan mereka menyembah sama persis seperti apa yang disembah oleh Fir'aun dan selain dirinya dari kalangan kaum musyrikin, akan tetapi, Fir'aun tidak pernah mengatakan, "Benda-benda tersebut adalah Allah, yang bisa mendekatkan diri kami kepada Allah".  Adapun orang-orang musyrik mengatakan, "Benda yang disembah tersebut adalah sebagai wasilah yang akan mendekatkan diri kami kepada Allah sedekat-dekatnya". Dengan ini mereka mengatakan, benda tersebut hakekatnya adalah Allah, sebagaimana telah dijelaskan diawal.


       Sehingga mereka lebih kufur dari sisi kesadarannya kalau sedang menyembah selain Allah serta mendustakanNya. Dan mereka juga lebih tersesat dari segi membolehkan untuk menyembah segala sesuatu, dan mengklaim sesuatu tersebut hakekatnya adalah Allah, dan orang yang menyembah hakekatnya adalah yang disembah, walaupun ketika melakukan hal tersebut mereka memiliki tujuan  untuk beribadah kepada Allah azza wa jalla".[10]

 

       Dan ditegaskan kembali oleh Imam Ibnu Qoyim seusai penjelasan beliau tentang kelompok-kelompok Filsafat yang begitu banyak, beliau menegaskan, "Kesimpulannya, kekafiran mereka berada pada ahli ta'thil tulen, sebab mereka meniadakan syariat, meniadakan hasil ciptaan dari sang penciptanya, meniadakan sifat kamal dari sang pencipta, meniadakan alam semesta dari Allah yang telah menciptakannya beserta isinya, serta meniadakan hasil ciptaan Allah yang begitu bagus dan indah, dari perbuatan Allah dan puncak kekuasaanNya.

        Kemudian penyakit ini diadopsi dan didaur ulang kembali oleh umat-umat setelahnya, dan juga oleh ahli mu'athilah, yang dipimpin oleh imam besarnya yaitu Fir'aun, sesungguhnya dialah pengagas utama, mengeluarkan pemahaman ta'thil untuk di amalkan secara terang-terangan, mengizinkan untuk dilakukan oleh kaumnya, mengajaknya, dan mengingkari kalau umatnya mempunyai Tuhan selain dirinya, dan mengingkari kalau Allah berada diatas langit dan bersemayam diatas arsyNya. Mengingkari kalau Allah lah yang mengajak bicara secara langsung pada nabi Musa 'alaihi sallam, dan mendustakan beliau dalam perkara itu, lalu meminta kepada menterinya Haman untuk membuatkan bangunan yang tinggi untuk melihat kepada Tuhannya Musa, dirinya mendustakan Allah, selanjutnya metode dan pemahamannya di adopsi mentah-mentah oleh setiap pengikut Jahmiyah".[11]

 

         Sampai disini akhir kisah yang sampai pada kita dari kabar kesyirikannya Fir'aun  bersama kaumnya, dan akhir dari perjalanan Fir'aun dan kaumnya ialah di tenggelamkan oleh Allah didalam lautan, lalu dijadikan sebagai ayat bagi generasi yang datang setelahnya.

 

 



[1] . Pendapat ini disandarkan kepada sahabat Ibnu Abbas, dan diriwayatkan oleh Imam Thabari melalui dua jalur yang keduanya melalui Sufyan bin Waki al-Jarah, gurunya Imam Thabari, akan tetapi, dirinya adalah perawi yang lemah. Jalur yang ketiga ada seorang perawi yang majhul tidak dikenal. 

[2] . Majmu Fatawa Ibnu Taimiyah 7/361.

[3] . an-Nukat wal Uyun 2/248 oleh Mawardi.

[4] . Tafsir Ibnu Katsir 2/239.

[5] . Tafsir Thabari 6/9/18.

[6] . Ibid 6/9/17-18.

[7] . Mawatihul Ghaib 14/220 oleh Ibnul Khathib ar-Razi.

[8] . Ibid 24/128.

[9] . Ibid.

[10] . Majmu Fatawa 7/631-632. Dengan sedikit pengubahan.

[11] . Ighatsatu Lahfan 2/681.

Previous article Next article
Website Muhammad Rasulullah saw.It's a beautiful day