1. Articles
  2. Kesyirikan Pada Kaumnya Nabi Musa alaihissalam
  3. Kesyirikan Kaum Yahudi

Kesyirikan Kaum Yahudi

2841 2014/09/13 2024/11/17

         Apakah terdapat kesyirikan pada kaum Yahudi generasi pertama atau kesyirikan muncul manakala mereka sudah tidak lagi di bimbing oleh para nabinya, yakni pada generasi belakangan?


       Jika kita memperhatikan sejarah kita akan menjumpai kalau mereka telah terjatuh kedalam kesyirikan pada waktu yang sudah cukup lampau, dan diantara kesyirikan mereka yang dijelaskan oleh al-Qur'an adalah:


 

  1. 1.       Melekatnya keyakinan para penyembah berhala pada sebagian Bani Israil dimasanya nabi Musa 'alaihi sallam.

 

Sebagaimana yang direkam oleh Allah didalam firmanNya:

 

﴿ وَجَٰوَزۡنَا بِبَنِيٓ إِسۡرَٰٓءِيلَ ٱلۡبَحۡرَ فَأَتَوۡاْ عَلَىٰ قَوۡمٖ يَعۡكُفُونَ عَلَىٰٓ أَصۡنَامٖ لَّهُمۡۚ قَالُواْ يَٰمُوسَى ٱجۡعَل لَّنَآ إِلَٰهٗا كَمَا لَهُمۡ ءَالِهَةٞۚ قَالَ إِنَّكُمۡ قَوۡمٞ تَجۡهَلُونَ ١٣٨ إِنَّ هَٰٓؤُلَآءِ مُتَبَّرٞ مَّا هُمۡ فِيهِ وَبَٰطِلٞ مَّا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ ١٣٩ قَالَ أَغَيۡرَ ٱللَّهِ أَبۡغِيكُمۡ إِلَٰهٗا وَهُوَ فَضَّلَكُمۡ عَلَى ٱلۡعَٰلَمِينَ ١٤٠ وَإِذۡ أَنجَيۡنَٰكُم مِّنۡ ءَالِ فِرۡعَوۡنَ يَسُومُونَكُمۡ سُوٓءَ ٱلۡعَذَابِ يُقَتِّلُونَ أَبۡنَآءَكُمۡ وَيَسۡتَحۡيُونَ نِسَآءَكُمۡۚ وَفِي ذَٰلِكُم بَلَآءٞ مِّن رَّبِّكُمۡ عَظِيمٞ ١٤١ ﴾ [ الأعراف: 138-141 ]

 

"Dan Kami selamatkan Bani Israil ke seberang lautan itu, maka setelah mereka sampai kepada suatu kaum yang tetap menyembah berhala mereka, Bani lsrail berkata: "Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah Tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa Tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)". Sesungguhnya mereka itu akan dihancurkan kepercayaan yang dianutnya dan akan batal apa yang selalu mereka kerjakan. Musa menjawab: "Patutkah aku mencari Tuhan untuk kamu yang selain dari pada Allah, padahal Dialah yang telah melebihkan kamu atas segala umat. Dan (ingatlah hai Bani Israil), ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir'aun) dan kaumnya, yang mengazab kamu dengan azab yang sangat jahat, yaitu mereka membunuh anak-anak lelakimu dan membiarkan hidup wanita-wanitamu. dan pada yang demikian itu cobaan yang besar dari Tuhanmu". (QS al-A'raaf: 138-141).

 

 

 Didalam ayat ini Allah azza wa jalla mengabarkan kepada kita bahwasannya Allah telah membelah lautan untuk di lewati Bani Israil hingga mereka mampu menyeberanginya sampai di tepian, selanjutnya mereka melewati sekelompok kaum yang mempunyai kebiasaan berdiam diri di sisi berhala yang mereka miliki, yang biasa mereka sembah selain dari pada Allah azza wa jalla.


  Melihat hal tersebut, maka mereka minta kepada Musa 'alaihi sallam untuk dibuatkan tuhan sebagaimana tuhan yang dimiliki oleh kaum tersebut.


 Sedangkan berhala yang mereka miliki, sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Juraij[1], beliau mengatakan, "Patung-patung sapi yang terbuat dari tembaga, tatkala anak sapi dibuat oleh Samiri maka mereka mempunyai tujuan untuk menyerupai patung sapi tersebut, maka itulah untuk pertama kalinya anak sapi disembah".[2]


  Agar Allah memiliki hujah atas mereka untuk menurunkan adzab, diberilah ayat terbesar yang bisa mereka saksikan dengan mata telanjang, namun, sayangnya justru mereka meminta kepada nabinya untuk melakukan kesyirikan dihadapanya secara terang-terangan. Maka hal tersebut memberi petunjuk kepada kita kalau penyembahan berhala yang dilakukan penduduk Mesir zaman dahulu masih mencokol pada sanubari Bani Israil, ditambah faktor penindasan yang mereka rasakan. Hidup berada dibawah kekuasaan Fir'aun ternyata memiliki efek negatif yang menjadikan mereka mengikuti agamanya, dan seperti pepatah mengatakan, setiap orang yang tertindas akan senantiasa mengikuti orang yang menguasainya, terpaksa ataupun tidak.

 

 Itulah yang terjadi pada kaumnya nabi Musa 'alaihi sallam, yang juga menimpa pada umat ini, prakteknya juga hampir sama persis seperti apa yang menimpa mereka. Yaitu masih suka meniru kebiasaan orang lain, demikian pula kesyirikan yang menimpa pada umat ini.


Kita bisa menyaksikan fenomena ini yang terjadi pada generasi awal umat ini, sebagaimana dikisahkan kepada kita oleh Abu Waqid al-Laits[3] radhiyallahu 'anhu, beliau menceritakan:


"Suatu ketika kami pergi bersama Rasulallah shalallahu 'alaihi sallam dalam perang Hunain[4], ketika itu kami baru saja masuk Islam, dan kaum musyrikin ketika itu memiliki pohon bidara yang biasa mereka duduk-duduk disekelilingnya (untuk tujuan ibadah) serta menggantungkan senjata mereka pada pohon tersebut agar menjadi berkah (ampuh), pohon tersebut di namai dengan Dzatu Anwath.

Ketika kami melewati sebuah pohon Bidara, maka kami kemukakan kepada Rasulallah shalallahu 'alaihi sallam, "Wahai Rasul, buatkan untuk kami Dzatu Anwath! sebagaimana mereka juga mempunyai Dzatu Anwath".


 Seketika itu, Rasulallah marah besar seraya bersabda, "Allahu Akbar! Sesungguhnya inilah metode yang dikatakan, -demi Allah- sebagaimana yang dikatakan oleh Bani Israil kepada Musa:

 

﴿ قَالُواْ يَٰمُوسَى ٱجۡعَل لَّنَآ إِلَٰهٗا كَمَا لَهُمۡ ءَالِهَةٞۚ قَالَ إِنَّكُمۡ قَوۡمٞ تَجۡهَلُونَ ١٣٨ ﴾ [الأعراف: 138]

 

"Bani lsrail berkata: "Hai Musa. buatlah untuk kami sebuah Tuhan (berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa Tuhan (berhala)". Musa menjawab: "Sesungguh-nya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui (sifat-sifat Tuhan)". (QS al-A'raaf: 138).

 

Benar-benar kalian pasti akan mengikuti cara orang-orang sebelum kalian".[5]

 

 Betapa banyak orang yang masih seperti mereka yaitu menjadikan Tuhan dari sesuatu yang dibuat, karena setiap orang yang menjadikan Tuhan selain Allah ta'ala, maka sungguh dirinya telah mengambil Tuhan yang dibuat, maka kebodohan mana lagi yang lebih bodoh pelakunya dari pada ini?


  Dan Bani Israil meminta kepada nabi Musa 'alaihi sallam untuk dibuatkan bagi mereka sebuah Tuhan, mereka meminta kepada seorang makhluk untuk membuatkan bagi mereka Tuhan yang mempunyai postur, lantas bagaimana mungkin ada Tuhan yang dibuat sendiri oleh penyembahnya?  


Adapun yang benar dalam masalah ini  adalah Tuhan itulah yang membuat segala sesuatu, lalu hasil kreasinya diurusi dan tetap dinamakan sebagai hasil ciptaan, yang mustahil bisa berubah menjadi seorang Tuhan.[6]

 

 



[1] . Beliau adalah Abdul Malik bin Abdul Aziz bin Juraij al-Umawi mantan sahaya mereka, Abu Walid dan Abu Khalid al-Makki. Ahli fikih, salah seorang ulama besar, meriwayatkan dari Ibnu Abi Mulaikah dan Ikrimah secara mursal, begitu pula meriwayatkan dari Thawus, Mujahid, Nafi, dan masih banyal lagi yang lainnya. Dan yang meriwayatkan darinya Yahya bin Sa'id al-Anshari, al-Auza'i, Sufyan ats-Tsauri dan Sufyan bin Uyainah. Meninggal pada tahun 150 H, lihat biografinya dalam al-Khulashah hal: 244 oleh al-Khajrazi.

[2] . Jami'ul Bayan 6/9/30-31.

[3] . Beliau adalah al-Harits bin Auf, seorang sahabat masyhur. Meninggal pada tahun 68 H. umur beliau ketika itu 85 tahun, lihat biografinya dalam Siyar 'alamu Nubala 2/574 oleh adz-Dzahabi.

[4] . Dikeluarkan oleh Ibnu abi Hatim dan Abu Syaikh dari Qatadah, beliau berkata, "Hunain letaknya berada di antara kota Makah dan Thaif". Lihat ucapan beliau yang dinukil oleh Syaukani dalam Fathul Qadir 3/348.

Saya berkata: "Namun yang benar Hunain itu posisinya berada disebuah lembah dari lembah-lembah yang berada di Makah, letaknya berada disebelah timur kota Makah kurang lebih jaraknya sekitar 30 Km. Dan sekarang dinamakan dengan Wadi Syaari'. Adapun namu Hunain pada zaman kita sekarang tidak ketahui melainkan oleh kalangan khusus saja". Lihat penjelasannya dalam Mu'jam Ma'aalim al-Jaghrafiyah fii Siroti Nabawiyah hal: 107 oleh Atiq Ghaits al-Biladi.

[5] . HR Tirmidzi no: 218. Ahmad 5/218. dan dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Dhilalul Janah no: 76.

[6] . Ighatsatul Lahfan 1/712 oleh Ibnu Qoyim.

Previous article Next article
Website Muhammad Rasulullah saw.It's a beautiful day