1. Articles
  2. Sahabat Nabi dalam Pandangan Syiah dan Ahlussunnah
  3. Kedudukan Para Sahabat dalam Islam

Kedudukan Para Sahabat dalam Islam

4651 2014/11/02 2024/11/17

Sahabat Nabi menempati posisi sangat penting dalam Islam. Para sahabat orang yang hidup bersama Nabi, merekalah yang paling tahu setelah Nabi tentang Islam. Nabi mengajari mereka langsung secara berhadapan. Sesungguhnya perbuatan dan perkataan Nabi merupakan wahyu, dan para sahabatlah yang perperan untuk meneruskan dalam penyampaiannya. Dengan posisi ini mereka menjadi perantara atau jembatan pada Islam yang diwariskan pada generasi berikutnya.([1]) Tidak ada seorang muslimpun yang dapat mengungkapkan Islam tanpa bersandar pada sahabat sebagai otoritas utama. Setelah Nabi wafat, para sahabat menduduki peran lebih besar dibandingkan sebelum Nabi wafat. Semua fungsi Nabi kecuali dalam hal menerima wahyu, diambil alih oleh para sahabat. Mereka manjadi figur sangat penting dalam masyarakat Muslim, menjalankan otoritas politik dan agama. Maka, apapun yang datang dari mereka yang bisa dibuktikan harus bisa dipercaya dan dianggap sebagai kebenaran.

 


Sahabat Nabi e memililki sifat 'Adālah (keadilan/kejujuran). Secara bahasa, 'Adālah atau 'Adl  lawan dari Jaur artinya kejahatan. Rojulun 'Adl maksudnya : seseorang dikatakan adil yakni seseorang itu diridhai dan diberi kesaksiannya.([2]) Menurut istilah ahli hadist, seperti Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata : "Yang dimaksud dengan adil ialah orang yang mempunyai sifat ketaqwaan dan muru'ah".([3]) Maksud 'Adalatus Shahabah ialah bahwa semua sahabat ialah orang-orang yang bertaqwa dan wara', yakni mereka adalah orang-orang yang selalu menjauhi maksiat dan perkara-perkara yang syubhat. Keadilan sahabat juga bsia berarti diterimanya periwayatan mereka tanpa perlu bersusah payah mencari sebab-sebab keadilan dan kebersihan mereka.([4]) Para sahabat tidak mungkin berdusta atas nama Rasulullah e atau menyandarkan sesuatu yang tidak sah dari beliau.([5])

 


Dalam inti permasalahan 'adalah sahabat terbagi beberapa pandangan. Pertama, Semua sahabat Nabi e 'adil (jujur), dan mereka adalah para mutjahid. Ini adalah pendapat jumhur Ahlul Sunnah. Kedua,  Sahabat seperti orang biasa, ada yang 'adil, dan ada yang fasiq, karena mereka dinilai berdasarkan perbuatan mereka. Oleh karena itu, yang berbuat baik diberi ganjaran kerana kebaikannya. Sebaliknya, yang berbuat jahat dibalas dengan kejahatannya. Ini adalah pendapat Syiah.([6]) Dari sini perlu adanya pemaparan yang lebih jelas dan serius untuk mengetahui suatu sifat seorang sahabat Rasulullah .


Al-Khatib Al-Baghdadi mengatakan bahwa semua hadits yang bersambung sanadnya dari orang-orang yang meriwayatkan sampai kepada Nabi e tidak boleh diamalkan kecuali kalau sudah diperiksa keadilan rawi-rawinya serta wajib memeriksa biografi mereka dan dikecualikan dari mereka adalah sahabat Rasulullah e, karena 'Adālah mereka sudah pasti dan sudah diketahui dengan pujian Allah atas mereka. Allah memberitakan tentang bersihnya mereka dan Allah memilih mereka (sebagai penolong RasulNya) berdasarkan nash Al-Qur'an.([7]) Semua sahabat sudah tetap keadilannya dan tidak perlu diragukan serta diperiksa lagi tentang keadaan mereka.([8]) Justru itu, sahabat Nabi mempunyai peran yang sangat penting dalam perluasan dan penyebaran agama Islam. Mereka generasi pertama setelah Rasulullah e yang menimba ilmu dari beliau secara tatap muka. Para sahabat juga mempunyai sifat yang jujur dalam meriwayatkan suatu hadits dari Nabi e karena mereka tidak mungkin berdusta mengatasnamakan Nabi. Yang telah dinyatakan oleh Nabi bahwasanya orang yang telah berdusta atasnya maka diancam dengan api neraka dan azab yang pedih. Justru dengan demikian sahabat Nabi tidak mungkin berbuat dusta atas apa yang Nabi sampaikan.


Dalam meriwayatkan dari Rasulullah e sahabat merupakan orang yang 'ādil (jujur) secara keseluruhan tanpa terkecuali menurut ijma ulama.([9]) Ini berdasarkan perkataan para ulama terdahulu yang berdalilkan dari al-Quran dan Hadits Nabi e. Tapi, perlu diketahui bahwa sahabat tidaklah maʻsūm atau terlepas dari kesalahan dan dosa. Sebahagian mereka ada yang berbuat dosa, akan tetapi mereka tidak pernah berdusta atas nama Nabi e. Justru karena itulah para sahabat merupakan generasi utama setelah Nabi e.

 



[1] Al-Baqilani, al-Inshaf ma Yajibu I'tiqaduhu wa la Yajuzu al-Jahl bih, ed. Imad al-Din Ahmad Haidar (Beirut:'Alamul Kutub, 1986), hal.107.

[2] Kamus Muktarus-Shihah, Darul Fikr, hal. 417. 

[3] Nuzhatun Nazhar Syarah Nukhbatul-Fikar (Maktabat Thayibah tahun 1404H), hal. 29.

[4] Al-Hafiz as-Syakawi, Fathul Mughits bi Syarh Alfiyat al-Hadits, jld.4, hal.40. lihat ; buku panduan MUI, "Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Syiah di Indonesia", hal. 62.

[5] Jalaluddin as-Suyuthi, Tadribur-Rawi, jld.2 hal. 215.

[6] Khalid Kasban, Persfektif Sahabat Dalam Islam, (Malaysia: Pustaka Ikhwan, 1987), hal. 5. 

[7] Al-Khatib al-Baghdadi, Al-Kifayah fi 'Ilmir-Riwayah, (naskah PDF, Maktabah Waqfea), hal.93.

[8] Ibnu Shalah, 'Umul Hadits, hal. 329. Pendapat ini senada dengan Imam Syairaji dalam Tabshirah fi Ushulil-Fiqh hal. 329.

[9] Ziyab bin Sa'din Ali Hamdan al-Ghomidi, Tasdid al-Ishobah Fima Syajara Baina as-shohabah, hal. 96.

Previous article Next article
Website Muhammad Rasulullah saw.It's a beautiful day