Search
Sahabat dalam Al-Qur'an Dan Sunnah
Di dalam al-Quran banyak keterangan tentang prihal sifat terpuji para sahabat Rasulullah e. Diantaranya, sahabat adalah sebaik-baik umat dilahirkan untuk menyeru kepada yang maʻrūf dan mencegah yang mungkar,([1]) merekalah orang yang adil dan pilihan,([2]) Umat yang menjadi saksi adalah merupakan umat yang adil yang di ridhoi (para Sahabat dari Muhajirin dan Anshar) oleh Allah ([3]) yang berjanji kepada Rasulullah di bawah pohon([4]) untuk mengakui Allah sebagai Tuhan yang Esa dan Rasul sebagai RasulNya([5]) serta mentaati perintah yang disampaikan oleh Nabi Muhammad e([6]) Allah berfirman dalam surat at-Taubah :
"Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar". (at-Taubah:100).([7])
Allahpun ridha kepada mereka, orang-orang yang terdahulu yang pertama-tama masuk Islam dari orang-orang Muhajirin dan Anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, dan merekapun ridha kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyediakan bagi mereka tempat yang penuh kenikmatan yaitu surga-surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka akan kekal di dalamnya selama-lamanya. Itulah kemenangan yang besar bagi mereka, yang diberikan oleh Allah karena mereka orang-orang yang benar-benar beriman([8]) dan bertakwa kepada Allah.([9]) Orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus,([10]) yaitu jalan yang benar,([11]) jalan bersama Nabi Muhammad e, mereka juga orang yang keras terhadap orang kafir, tetapi berkasih sayang terhadap sesama muslim, mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya,([12]) itulah mereka, orang-orang yang mendapatkan kemenangan(surga)([13]) dari Allah .
Di dalam hadits Nabi juga menerangkan sifat-sifat dan pujian terhadap para sahabat. Di antaranya hadits Nabi tentang larangan mencela para sahabat serta pujian terhadap mereka. Diriwayatkan oleh Imam al-Bukhori, telah disampaikan kepada kami dari Adam Ibnu Abi Iyas, disampaikan juga kepada kami dari Syu'bah dari A'masy, ia berkata : saya mendengar Zakwan menyampaikan dari Abi Sa'id al-Khudri, Nabi e bersabda:
"لاَ تَسُبُّوا أَصْحَابِي فَلَوْ أَنَّ أَحَدَكُمْ أَنْفَقَ مِثْلَ أُحُدٍ ذَهَبًا مَا بَلَغَ مُدَّ أَحَدِهِمْ وَلاَ نَصِيفَهُ "
"Jangan kalian mencaci para sahabatku, andaikan kalian bersedekah dengan emas sebesar gunung Uhud, maka hal demikian tidak dapat mengimbangi sedekah yang dikeluarkan para sahabat satu mud saja atau separuhnya." (H.R. Bukhari)([14])
Nabi juga menjelaskan bahwa para sahabat dan umat Islam yang mengikuti jejak mereka adalah orang-orang yang Wasath (adil) dan orang pilihan agar menjadi saksi atas perbuatan manusia setelahnya dan Rasulullah e menjadi saksi atas (perbuatan) mereka.([15]) Rasul juga mendeklarasikan bahwa sebaik-baik manusia ialah generasi pada zaman Rasulullah, kemudian orang setelahnya, kemudian setelahnya, dan sumpahnya mendahului persaksian([16]) merekalah sahabat Nabi e tidak ada satupun di antara mereka yang tercela dan lemah.([17])
Nabi juga melarang untuk mencaci maki atau menghina para sahabat Rasulullah e. Sesungguhnya kedudukan salah seorang dari kalangan sahabat bersama Rasulullah sesaat (sejam) itu lebih baik dari amal seorang dari orang setelahnya selama 40 (empat puluh) tahun.([18]) Tidak akan masuk neraka seorang pun dari sahabat yang berba'iat di bawah pohon (di Hudaibiyyah),([19]) dan tidak akan masuk neraka seseorang yang ikut serta dalam perang Badar dan Perjanjian Hudaibiyyah.([20]) Demikian ungakapan yang Rasul sampaikan mengenai keadilan dan jaminan para sahabatnya dengan dasar yang beliau miliki dari sikap dan tingkah laku mereka selama hidup bersamanya.([21])
Ayat-ayat dan hadits-hadits di atas menunjukkan dengan jelas bahwa para sahabat ridwānullāhi 'alaihim ajmaīn adalah orang-orang yang telah mendapat pujian dan sanjungan dari Allah dan Rasul-Nya, mereka mempunyai jasa yang besar bagi Islam dan kaum Muslimin. Islam yang diterima oleh kaum Muslimin sampai hari Kiamat adalah berkaitan dengan pengorbanan para sahabat yang ikut serta dalam perang Badar dan perang-perang lainnya demi tegaknya agama Islam. Karena itu, Rasulullah e mengingatkan umat Islam bahwa apa yang mereka infaq-kan dan belanjakan fī-sabīlillāh belumlah dapat menyamai derajat para Sahabat, meskipun umat Islam ini berinfaq sebesar gunung Uhud berupa emas atau barang-barang berharga lainnya. Nabi juga melarang siapa saja menghina para sahabatnya.
[1] Allah berfirman dalam surat Ali-Imran, ayat. 110, yang berbunyi :
öNçGZä. uöyz >p¨Bé& ôMy_Ì÷zé& Ĩ$¨Y=Ï9 tbrâßDù's? Å$rã÷èyJø9$$Î/ cöqyg÷Ys?ur Ç`tã Ìx6ZßJø9$# tbqãZÏB÷sè?ur «!$$Î/ 3 öqs9ur ÆtB#uä ã@÷dr& É=»tGÅ6ø9$# tb%s3s9 #Zöyz Nßg©9 4 ãNßg÷ZÏiB cqãYÏB÷sßJø9$# ãNèdçsYò2r&ur tbqà)Å¡»xÿø9$#
"Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik."
[2] (Al-Baqarah : 143)
[3] (Al- Taubah: 100)
[4] (Al-Fath : 18) "Sesungguhnya Allah telah ridha terhadap orang-orang mu'min ketika mereka berjanji setia kepadamu (Muhammad) di bawah pohon".
[5] (Al-Fath. 18)
[6] (Al-Anfal: 64)
[7] cqà)Î6»¡¡9$#ur tbqä9¨rF{$# z`ÏB tûïÌÉf»ygßJø9$# Í$|ÁRF{$#ur tûïÏ%©!$#ur Nèdqãèt7¨?$# 9`»|¡ômÎ*Î/ Å̧ ª!$# öNåk÷]tã (#qàÊuur çm÷Ztã £tãr&ur öNçlm; ;M»¨Zy_ Ìôfs? $ygtFøtrB ã»yg÷RF{$# tûïÏ$Î#»yz !$pkÏù #Yt/r& 4 y7Ï9ºs ãöqxÿø9$# ãLìÏàyèø9$# .
[8] (Al-Anfaal : 74)
[9] (Al-Fath : 26)
[10] (Al-Hujuraat : 7)
[11] (At-Taubah : 119)
[12] (Al-Fath : 29)
[13] (At-Taubah : 20)
[14] Isma'il Abu Abdillah Ismail al-Bukhari, Mukhtasar Jami' Musnad Shahih, no. 3673.
[15] Hadits Shahih Riwayat Bukhari/Fathul Bari, no. 4487, jld. 8, hal. 171-172.
[16] Hadits Shahih Riwayat Bukhari 4:189.; Muslim 7:184-185.; Ahmad 1:378,417,434,442 dan lain-lain.
[17] Abi Lubabah Ibnu Hibban, Al-Jarh wat Ta'dil, jld. 1, hal. 123.
[18] Hadits Riwayat Ibnu Batthah dengan sanad yang shahih
[19] Hadits Shahih Riwayat Ahmad, Abu Dawud, Tirmidzi dan Muslim
[20] Hadits Shahih Riwayat Ahmad, III:396 dari Jabir
[21] Ibnu Abi al-'Izz Abu Ja'far al-Thahawi, Syarah Aqidah Thahawiyah , Takhrij Syaikh Al-Albani (Beirut: al-Maktabah al-Islami, 1988), hal. 469.